21
2.3.4. Fungsi Kepuasan Pelanggan
Adapun fungsi kepuasan para pelanggan secara historis, sering dianggap
bahwa para pelanggan yang mendapatkan kepuasan kerja akan melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik. Dalam banyak kasus, memang sering ada
hubungan positif antara kepuasan pelanggan yang tinggi dan prestasi pelanggan yang tinggi, tetapi tidak selalu cukup kuat dan berarti signifikan. Ada banyak
pelanggan dengan kepuasan kerja yang tinggi tidak menjadi pelanggan yang produktifitasnya tinggi, tetapi tetap hanya sebagai pelanggan rata-rata.
Kepuasan pelanggan itu sendiri, bukan merupakan suatu motivator kuat. Bagaimanapun juga kepuasan juga perlu untuk memelihara pelanggan agar lebih
tanggap terhadap lingkungan motivasional yang diciptakan.
2.4. Pengukuran Kinerja Layanan
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan adalah metode servqual. Pengukuran nilai kualitas disini dilakukan
dengan membandingkan nilai variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap suatu kualitas layanan dengan harapan pelanggan. Dengan
demikian akan diketahui apakah terjadi ketidaksesuai antara persepsi dan harapan pelanggan. adapun nilai kualitas pelayanan didapat dari persamaan berikut:
Nilai kualitas pelayanan servual= nilai persepsi- nilai harapan pelanggan Apabila nilai kualitas pelayanannya positif, berarti konsumen merasa
pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan harapan. Namun apabila kualitas pelayanan negatif, maka konsumen merasa kualitas pelayanan yang berikan belum
sesuai dengan yang diharapkan.
22
2.5. Model Analisis
Untuk mencapai tujuannya, perusahaan mengarahkan kegiatan usahanya untuk menghasilkan kinerja pelayanan yang dapat memberikan kepuasaan
pelanggan sehingga dalam jangka panjang dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, oleh karena itu keberhasilan perusahaan haruslah didasarkan pada
konsep palayanan yang tepat untuk dapat menentukan strategi yang mengarah pada sasaran pelanggan yang dituju.
Dengan kata lain, ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa: jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersepsikan tidak sama, Salah satu model
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan yang dilihat dari variabel Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy.
Pengukuran kualitas jasa dengan metode Servqual melibatkan perbedaan penilaian konsumen pada pasangan pernyataan harapan dan persepsi.
2.5.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Pengukuran validitas dengan membandingkan nilai r
hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom df = n – k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Jika r hitung untuk r tiap
butir dapat pada kolom Corrected Item – Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid
Ghozali, 2001:136.
23
Rumus koefisien validitas : Sugiyono, 2003: 283 S
t 2
2 2
2
n X
n X
t t
∑ ∑
− =
S
i 2
2
n JK
n JK
s i
− =
Keterangan : JK
i
= jumlah kuadrat seluruh skor item JK
s
2.5.2. Uji Reliabilitas
= jumlah kuadrat subyek
Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang digunakan cukup
akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran reliabilitas menggunakan nilai cronbach Alpha, suatu kuesioner dikatakan reliabel
bila memiliki nilai cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 Ghozali, 2001:133. Rumus koefisien cronbach alpha : Sugiyono, 2003: 282
r
i
{
2 2
1
t t
S S
k k
∑
− −
=
Keterangan : k
= mean kuadrat antara subyek Σ S
i 2
= mean kuadrat kesalahan S
t 2
= varians total
24
2.5.3. SERVQUAL
Service Quality
Model kualitas jasa yang popular dan hingga kini banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL singkatan dari service quality
yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, dalam serangkaian penelitian mereka terhadap enam sektor jasa. Model tersebut berkaitan erat
dengan model kepuasan pelanggan yang sebagian besar didasarkan pada pendekatan diskonfirmasi. Dalam pendekatan ini ditegaskan bahwa bila kinerja
pada suatu atribut meningkat lebih besar daripada harapan atas atribut yang bersangkutan, maka kepuasan pun akan meningkat Tjiptono,2000: 53.
Model SERVQUAL meliputi analisis terhadap lima gap yang berpengaruh terhadap kualitas jasa. Gap pertama adalah antara harapan pelanggan dan persepsi
manajemen. Gap ke dua antara persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan dan spesifikasi kualitas jasa. Gap ketiga antara spesifikasi kualitas jasa dan
penyampaian jasa. Gap keempat antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Sedangkan gap kelima adalah antara jasa yang dipersepsikan dan jasa
yang diharapkan. Model SERVQUAL dibangun atas asumsi bahwa pelanggan
membandingkan kinerja atribut jasa dengan standar ideal atau sempurna untuk masing-masing atribut tersebut. Bila kinerja atribut melampaui standar, maka
persepsi atas kualitas jasa keseluruhan akan meningkat. Ringkas kata, model ini menganalisis gap antara dua variabel pokok, yakni jasa yang diharapkan dan jasa
yang dipersepsikan atau dirasakan. Tjiptono, 2000: 53
25
1. Jasa Yang Diharapkan. Model SERVQUAL menekankan arti penting harapan pelanggan sebelum membeli atau mengkonsumsi suatu jasa sebagai standar
atau acuan dalam mengevaluasi kinerja jasa yang bersangkutan. 2. Jasa Yang Dipersepsikan. Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelangganlah yang menilai tingkat kualitas jasa
sebuah badan usaha. Sayangnya, jasa memiliki karakteristik variability, sehingga kinerjanya acapkali tidak konsisten. Hal ini menyebabkan pelanggan
menggunakan isyarat ekstrinsik unsur-unsur pelengkap jasa sebagai acuan atau pedoman dalam mengevaluasi kualitas jasa.
Dimensi Kualitas Jasa . Pengukuran kualitas jasa dalam model
SERVQUAL didasarkan pada skala multi-item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antaranya keduanya dalam dimensi-
dimensi utama kualitas jasa. Tjiptono, 2000: 5. Perusahaan perlu memahami proses yang saling berhubungan satu dengan
yang lain dalam memberikan layanan kualitas kepada pelanggan. Proses tersebut dapat diuraikan sebagai berikut Tandjung, 2004: 88:
1. Memahami Kebutuhan Pelanggan Untuk memahami kebutuhan pelanggan secara rinci, pemasaran perlu
mempertimbangkan empat isu 2. Memahami kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang
Pemasar perlu melakukan pengelompokan pelanggansegmentasi pasar. Tujuannya agar dapat melayani pelanggan secara optimal sehingga pelanggan
26
puas. Pemasar juga perlu mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pelanggan sehingga proses penyediaan barangjasa diharapkan sesuai
kebutuhan pelanggan. Fitur produk atau layanan yang ditawarkan harus lebih baik dibanding pesaing dan perlu dilakukan ranking fitur yang paling disukai
sampai yang kurang disukai. 3. Memahami kebutuhan dan harapan masa depan
Pemasar perlu memperhitungkan horizon waktu untuk mencapai sukses, artinya pada saat persaingan global, mau tidak mau pemasar harus melakukan
tindakan cepat untuk melakukan perbaikan bila dirasakan masih ada layanan yang kurang memuaskan pelanggan. Perlu diingat, bahwa pelanggan akan
mudah beralih ke pesaing bila keluhan tidak segera diselesaikan. Faktor-faktor eksternal
seperti: teknologi, persaingan, mempengaruhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Akhirnya, pemasar juga perlu memperhatikan
pengembangan produk baru yang diharapkan pelanggan dapat memberikan manfaat yang lebih unggul dibanding produk yang ada sekarang ini.
4. Proses untuk menetapkan kebutuhan Dalam hal ini pemasar perlu mengumpulkan informasi tentang kebutuhan dan
harapan pelanggan terutama munculnya peluang-peluang pasar baru. Selain itu pemasar perlu memperpanjang harizon waktu untuk melakukan survei
mengenai kebutuhan pelanggan yang belum dipenuhi oleh pesaing. 5. Mengelola hubungan dengan pelanggan
Membina hubungan dengan pelanggan dimaksudkan agar pelanggan tetap setia terhadap perusahaan. Untuk mengelola hubungan dengan pelanggan
diperlukan 7 tujuh langkah, yaitu :
27
a. Mengidentifikasikan keperluan-keperluan kunci pelanggan. Perusahaan perlu menetapkan indikator kualitas kunci dari keperluan-
keperluan pelanggan serta mengetahui motif pelanggan dalam memutuskan pembelian, misal: murah, kualitas, image.
b. Menyediakan kemudahan bagi pelanggan. Yaitu kemudahan bagi pelanggan meminta bantuan atau menanyakan
sesuatu kepada perusahaan, misal: fasilitas layanan bebas pulsa. c. Meminta masukan.
Perusahaan perlu meminta masukan dari pelanggan tentang produkjasa yang telah dibeli untuk meningkatkan kualitas produkjasa.
d. Memperbaiki hubungan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, perusahaan dapat meningkatkan
kualitas hubungan terhadap pelanggan dengan meningkatkan standar layanan, pelatihan karyawan dan dukungan teknologi.
e. Memegang janji komitmen. Perusahaan harus percaya diri terhadap produkjasa yang dipasarkan dan
bilamana terjadi ketidakpuasan pelanggan maka perusahaan harus peduli dan barusaha untuk berkomunikasi dengan pelanggan agar permasalahan
menjadi lebih jelas. f. Evaluasi dan perbaikan.
Perusahaan mengevaluasi dan memperbaiki janji yang sudah diberikan kepada pelanggan untuk memperkecil kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.
28
g. Meyakinkan Komunikasi Pemasaran Berkualitas. Produk berkualitas juga perlu didukung oleh komunikasi yang berkualitas
pula. Advertising, sales promotion, personal selling, public relation, dan aktivitas komunikasi lain harus benar-benar memiliki komitmen terhadap
kualitas. Artinya apa yang dijanjikan dalam melakukan kegiatan selling dan promotion harus sesuai dengan kenyataan.
2.5.4. Grafik I-P
importance performance chart
Grafik I – P merupakan suatu alat serbaguna yang digunakan untuk menganalisa harapan pelanggan. Fungsi dari Grafik I – P antara lain yaitu:
Mengevaluasi bentuk pelayanan dari tiap segmen konsumen yang berbeda Mengevaluasi bentuk pelayanan dari sebuah segmen suatu perusahaan dengan
pesaingnya Mengevaluasi bentuk pelayanan dari konsumen dengan pihak staff pelayanan
29
Pada grafik I –P dapat digambarkan dengan :
A
Consentrate Here Time lines
Knowledge
B
Keep up good work Accuracy
Compeleteness
C
Low Priority
D
Courtesy concern Possible Overskill
Gambar 2.3. Grafik I – P
Importance – Performance chart Sumber : Make Customer Service Analyses a Little Easier With PGCV
Index Quality Progres Magazine , Willard C Hom, Maret 1997
Pada grafik I – P lokasi tiap kuadran menunjukkan suatu implikasi strategis dari usaha-usaha pelayanan. Setiap kuadran memiliki implikasi aturan
yang berbeda untuk setiap usaha-usaha pelayanannya.adapun aturan untuk setiap kuadran dalam Grafik I – P adalah sebagai berikut:
o
Kuadran A : Masalah dan Konsentrasikan disisni Problem and Concentrate here
Apabila banyak pelanggan yang termasuk kedalam kuadran ini maka perusahaan perlu segera mengevaluasi dan merencanakan serta segera
melakukan proses reengineering dan continue improvement. Pelanggan yang ternasuk dalam kuadran ini merasa tidak puas karena pelayanan yang telah
diterima belum sesuai dengan harapannya. Dengan demikian kuadran ini merupakan prioritas utama.
30
o
Kuadran B : Pertahankan Kerja yang Baik keep the Good Work
Pada kuadran ini nilai persepsi dan harapan pelanggan berada diatas nilai rata-rata untuk tiap kelompok. Hal ini menunjukkan adanya titik temu antara
pelayanan yang diterima dengan tingkat harapan pelanggan. Dengan demikian dapat dikatakan pelanggan merassa puas akrena harapannya telah terpenuhi
dengan baik. Apabila banyak pelanggan yang termasuk dalam kuadran ini maka perusahaan seharusnya tetap mempertahankan kinerjanya dan berusaha
bekerja lebih baik agar tetap dalam kuadran ini. Karena kuadran B merupakan posisi yang terbaik.
o
Kuadran C : Diabaikan IgnorentLow Priorty
Pada kuadran ini tingkat kepuasan pelanggan rendah. Hal ini merupakan suatu kerugian karena performansi pelayanan belum maksimal namun pelanggan
merasa tidak memerlukan. Apabila ada pelanggan yang termasuk dalam kuadran ini maka perusahaan perlu berhati-hati. Dengan demikian pada
kuadran ini perlu dilakukan proses informasi dan pendidikan secara terus menerus. Kuadran ini mendapatkan prioritas rendah.
o
Kuadran D : Biaya dan Kemungkinan adanya Kemampuan Berlebih Cost Possible Overskill
Pada kuadran ini akan dikeluarkan biaya-biaya untuk melakukan proses pendidikan, promosi dan pengenalan terhadap produk-produk. Tingkat
harapan pelanggan dalam kuadran ini rendah. Ini disebabkan karena pelanggan belum merasa membutuhkan sehingga tidak mengetahui nilai guna
dari produk tersebut. Apabila terdapat pelanggan yang termasuk dalam kuadran D ini mak perusahaan harus menghentikan penawaran dan mendidik
pelanggan tentang manfaat dan karakteristik produk yang ditawarkan.
31
Posisi dan aturan untuk masing-masing kuadran tersebut dapat dilihat pada gambar 2.4. berikut:
Prioritas Utama
Berusaha mempertahankan
Prioritas Rendah
Berlebihan
Gambar 2.4. Aturan Kuadran Grafik I – P
sumber : Make Customer Service Analyses a Little Easier With PGCV Index Quality Progress Magazine, Willard C Hom, Maret 1997.
2.5.5. Analisis PGCV
Indeks PGCV merupakan suatu alat statistik yang banyak digunakan dalam analisis pemasaran untuk mengukur kepuasan pelanggan secara kuantitatif.
Metode ini masih berkaitan dengan metode service quality serqual dan quality function deployment QFD. Analisis dengan indeks PGCV melibatkan tingkat
performansi Performance dan kepentingan Importance. Sehingga dengan motode ini ada dua hal penting dalam serqual yang dapat diukur, yaitu:
Pelanggan tidak puas , karakteristikyang
diinginkan tidak diperoleh
Berhenti menawarkan atau mendidik pelangan tentang
manfaat
32
a. Persepsi konsumen dari tingkat kepentinganharapan suatu pelayanan b. persepsi konsumen dari tingkat performansikepuasan suatu pelayanan
Setelah melakukan pemetaan grafik I – P setiap kriteria variabel maka selanjutnya adalah melakukan perhitungan indeks PGCV. Indeks dalam analisa
PGCV memberikan beberapa keuntungan, diantaranya: a. Indeks yang mampu memberikan informasi lebih dari sekedar grafik I-P
b. Indeks ini dapat digunakan untuk perhitungan numerik untuk analisa yang lebih lanjut, seperti analisis korelasi atau model multiple regresi
c. Indeks ini juga menunjukkan suatu perbandingan yang lebih baik dari perbandingan pembeda I – P visual, dimana perbedaan mungkin tidak terlihat
oleh mata. d. Secara visual perbandingan grafik I – P adalah relatif subyaktif, tetapi indeks
PGCV menyediakan evaluasi yang standar dari hasil grafik I – P. Indeks PGCV dari setiap variabel atau dimensi pelayanan tergantung pada
dua faktor yaitu ACV dan UDCV. ACV Achieved Customer Value adalah suatu nilai yang diperoleh pelanggan dari suatu survey. ACV diperoleh dengan
mengalihkan nilai tingkat kepentingan dengan nilai tingkat performansi yang diperoleh dari suatu survey. Jadi dapat dituliskan :
ACV = I X P
yang diperoleh
Selanjutnya faktor kedua aadlah UDCV Ultimatly Desired Customer Value
yaitu suatu nilai yang diperoleh dengan mengalihkan nilai tingkat kepentingan yang diperoleh dengan nilai tingkat performansi yang tertinggi dan
yang paling mungkin dari skala penelitian yang dibuat. UDCV = I X P
PGCV = UDCV – ACV
maksimum yang mungkin
33
Berikut ini akan digambarkan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini:
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
Analisis Potential
Gain Customer
Value PGCV
Persepsi pelanggan terhadap kinerja Layanan 1. Tangible X1
a. Tata letak pengelompokan Buku b. Kebersihan ruangan
c. Penyejuk ruangan yang ada d. Penerangan ruangan
e. Keberadaan komputer atau peralatan yang
penunjang kegiatan operasional f. Kemudahan menjangkau lokasi
g. Jumlah petugas yang melayani h. Kerapian penampilan petugas
i. Kelengkapan koleksi buku atau referensi yang dimiliki
2. Reliability X2 a. Ketersediaan tempat penitipan tas
b. Adanya fasilitas hiburan berupa musik c. Penyediaan katalog dan koleksi yang selektif
d. Pemeliharaan dan perawatan koleksi
e.
Jumlah hari buka
f.
Ketatausahaan layanan yang tertib 3.
Responsiveness X3 a. kecepatan dalam menyelesaikan keluhan
b.Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi c. Kecepatan dalam memperoleh koleksi buku yang
diinginkan 4. Assurance X4
a. Keamanan kendaraan yang diparkir b. Kelengkapan koleksi buku perusahaan
c. keramahan karyawan dalam mendengar keluhan pelanggan
d.
keutuhan kemasan produk yang dijual e. Keamanan dan ketertiban kondisi di dalam
perusahaan f. Petugas perusahaan melayani pengguna
perusahaan dengan sopan. g. Petugas perustakaan melayani pengguna
perusahaan dengan ramah. h. Pengetahuan yang memadai dari petugas
perusahaan terhadap koleksi yang dimiliki 5.
Emphaty X5 a. Kemudahan untuk menyampaikan keluhan kepada
petugas perusahaan b. Kemauan petugas perusahaan mamahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan c. Kemauan petugas perusahaan untuk memahami
keinginan dari pelanggan Harapan Pelanggan terhadap kinerja Layanan
1. Tangible X1
a. Tata letak pengelompokan Buku b. Kebersihan ruangan
c. Penyejuk ruangan yang ada d. Penerangan ruangan
e. Keberadaan komputer atau peralatan yang
penunjang kegiatan operasional f. Kemudahan menjangkau lokasi
g. Jumlah petugas yang melayani h. Kerapian penampilan petugas
i. Kelengkapan koleksi buku atau referensi yang dimiliki
2. Reliability X2
a. Ketersediaan tempat penitipan tas b. Adanya fasilitas hiburan berupa musik
c. Penyediaan katalog dan koleksi yang selektif d. Pemeliharaan dan perawatan koleksi
e. Jumlah hari buka
f.
Ketatausahaan layanan yang tertib 3.
Responsiveness X3 a. kecepatan dalam menyelesaikan keluhan
b. Kecepatan dan kemudahan memperoleh informasi
c. Kecepatan dalam memperoleh koleksi buku yang diinginkan
4. Assurance X4
a. Keamanan kendaraan yang diparkir b. Kelengkapan koleksi buku perusahaan
c. keramahan karyawan dalam mendengar keluhan pelanggan
d. keutuhan kemasan produk yang dijual
e.
Keamanan dan ketertiban kondisi di dalam perusahaan
f. Petugas perusahaan melayani pengguna perusahaan dengan sopan.
g. Petugas perustakaan melayani pengguna perusahaan dengan ramah.
h. Pengetahuan yang memadai dari petugas perusahaan terhadap koleksi yang dimiliki
5. Emphaty X5
a. Kemudahan untuk menyampaikan keluhan kepada petugas perusahaan
b. Kemauan petugas perusahaan mamahami kebutuhan dan keinginan pelanggan
c. Kemauan petugas perusahaan untuk memahami keinginan dari pelanggan
34
2.6. Metode Penentuan Sampel
Sampel merupakan metode yang digunakan untukmenyeleksi individu dari populasi yang dapat menghasilkan sampel yang representatif. tujuan utama
dilakukannya sampling adalah memberikan pedoman untuk memilih sampling yang dapat mewakili populasi yang mendasarinya. Alasan perlunya dilakukan
pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. ukuran populasi yang dihadapi sangat besar sehingga tidak mungkin
mengamati seluruh anggota populasi dan melakukan observasi satu persatu 2. pengamatan seluruh populasi dapat bersifat merusak
3. menghemat waktu, biaya dan tenaga Sample yang didapatkan harus lebih dari 30, karena memang dengan
pertimbangan ukuran sampel tersebut dapat memberikan ragam sampel yang telah stabil sebagai pendugaan ragam populasi. Sugiarto, dkk, 2003: 10 Untuk
menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane sebagai berikut : Kriyantono, 2007: 160
1 Nd
N n
2
+ =
Keterangan : N = Ukuran Populasi
n = Ukuran Sampel d Presisi derajat ketelitian
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Toko Buku Gramedia Cabang Royal Plaza, penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan
Maret 2010, penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan ini tersebut sampai data- data yang diperlukan benar-benar tercukupi.
3.1.1. Definisi dan Pengukuran Variabel
Untuk memudahkan pengertian dan menghindari kesalahan pengertian, maka masing-masing variabel penelitian perlu didefinisi operasionalkan dengan
cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Variabel Bebas
1. Tangible X1 Merupakan harapan pengguna terhadap penampilan fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi di Toko Buku Gramedia Cabang Royal Plaza, yang terdiri atas sub kriteria :
a. Tata letak pengelompokan Buku b. Kebersihan ruangan
c. Penyejuk ruangan yang ada d. Penerangan ruangan
e. Keberadaan komputer atau peralatan yang penunjang kegiatan operasional