7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
2.3.5 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Apabila seseorang tidak merawat diri atau seseorang memiliki personal hygiene yang kurang, maka dirinya akan dengan mudah terkena
penyakit. Penyakit merupakan dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang. Berikut dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene menurut Tarwoto dan Wartonah 2010: 1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta
gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
2.3.6 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar
Menurut Depkes RI 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Kegiatan mencuci tangan sangat
Universitas Sumatera Utara
penting untuk bayi, anak-anak, penyaji makanan di restoran atau warung serta orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak
dengan feses, urin atau dubur sesudah buang air besar BAB maka harus dicuci pakai sabun dan kalau bisa disikat.
Menurut Fathonah dalam Sudasman 2014, tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh,
feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi walaupun hal
tersebut sering disepelekan. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih serta penggosokkan dan pembilasan dengan air mengalir akan
menghanyutkan partikel
kotoran yang
banyak mengandung
mikroorganisme.
2.3.7 Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Sebelum Makan
Tangan merupakan bagian dari tubuh manusia yang sangat sering menyebarkan infeksi. Tangan terkena kuman sewaktu kita bersentuhan
dengan bagian tubuh sendiri, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Walaupun kulit yang utuh akan melindungi tubuh dari
infeksi langsung, kuman tersebut dapat masuk ke tubuh ketika tangan menyentuh mata, hidung, atau mulut. Oleh karena itu sangat penting untuk
diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun termasuk perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai
penyakit menular seperti diare Anggrainy, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rompas, Tuda dan Ponidjan 2013, cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat luas di Indonesia. Dalam
kehidupan sehari-hari saja masih banyak yang mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan dengan sabun justru dilakukan
setelah makan. Mencuci tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19.
Tangan yang kotor dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu kebersihan
tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi walaupun hal tersebut sering disepelekan.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air bersih dan
sabun oleh manusia agar menjadi bersih dan juga memutuskan mata rantai kuman. Perilaku sehat cuci tangan pakai sabun yang merupakan salah satu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS, saat ini juga telah menjadi perhatian dunia. Hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci
tangan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa
untuk melakukan perilaku cuci tangan Anggrainy, 2010. Cara mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut
Proverawati dan Rahmawati, 2012:
Universitas Sumatera Utara
1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang
berbentuk cairan. 2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.
3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan kuku.
4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. 5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.
6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air.
Gambar 2.10 Langkah-langkah Mencuci Tangan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tietjen 2004, mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak di tempat basah juga air yang menggenang, maka apabila
menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang berukuran kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di baskom
berisi air walaupun telah ditambahkan antiseptik karena mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan ini.
Apabila menggunakan sabun cair, jangan menambahkan sabun jika terdapat sisa sabun pada tempatnya. Penambahan dapat menyebabkan
kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan
sementara menyabuni kedua tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kenditeko Ray dkk, 2011.
2.3.8 Kebiasaan Buang Air Besar