5.5 Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di
Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015
Hasil penelitian berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa nilai PR sebesar 1,158 dengan nilai interval CI 95 1,030-1,302, sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir
Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dan sanitasi dasar 1,158 kali dapat menyebabkan diare. Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa
seluruh balita yang mengalami diare memiliki sanitasi dasar kategori tidak sehat. Sanitasi dasar yang dilihat dalam penelitian ini terdiri dari sarana air
bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah.
Sebagian besar responden penelitian memiliki sarana air bersih yang berasal dari sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan hanya
beberapa yang sudah menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih. Air merupakan salah satu faktor lingkungan yang berkaitan dengan
penyakit diare karena salah satu bakteri penyebab penyakit diare yaitu E. coli terdapat pada air yang tercemar. Air sumur yang tidak memenuhi
syarat kesehatan besar kemungkinan adanya E. coli pada air tersebut karena jarak sumur dengan saluran pembuangan kotoran 10 m. Apabila
air tersebut selain untuk mandi, cuci dan kakus digunakan juga untuk
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan minum sehari-hari maka tidak menutup kemungkinan apabila air tersebut diminum oleh balita dapat menyebabkan penyakit diare.
Jamban sarana pembuangan kotoran yang dimiliki responden sebagian besar sudah termasuk jenis leher angsa dan ada septic tank.
Hanya ada 8 responden yang masih memiliki jamban yang bukan leher angsa dan septic tank yaitu jamban cemplung. Responden yang masih
memiliki jamban cemplung sebagian beranggapan bahwa buang air besar di luar rumah lebih menenangkan dibandingkan buang air besar di dalam
rumah lalu sebagian responden lagi belum mampu membuat jamban di dalam rumah yang berleher angsa dan ada septic tank. Pembuangan
kotoran yang tidak pada tempatnya dapat berpotensi mencemari sumber air bersih dan mengundang keberadaan vektor penyakit seperti lalat.
Sarana pembuangan air limbah SPAL yang dimiliki oleh responden sebagian besar dialirkan ke paretselokan terbuka dan
diserapkan. Paretselokan terbuka yang ada di Lingkungan I ada yang mengalir lancar dan ada yang mampattersumbat oleh sampah.
Paretselokan terbuka yang ada di Lingkungan I dalamnya tidak sampai 1 m dan terkadang meluap saat musim penghujan. Sebagian responden ada
yang mengalirkan air limbah rumah tangganya ke kolam-kolam milik pribadi yang sengaja dibuat untuk menampung air limbah rumah tangga
dan di dalam kolam tersebut terkadang ada ikan yang dipelihara oleh responden. Beberapa responden ada yang menyerapkan air limbah rumah
tangganya dan mencemari sumber air bersih karena jarak antara SPAL dan
Universitas Sumatera Utara
sumber air bersih 10 m. Air limbah yang diserapkan dan mencemari sumber air bersih berpotensi menyebabkan diare karena sumber air bersih
tersebut terkontaminasi oleh kuman dan bakteri penyebab penyakit termasuk diare.
Dari 77 responden, hanya 6 responden yang memiliki sarana pembuangan sampah yang kedap air dan bertutup dan 35 responden tidak
memiliki sarana pembuangan sampah. Responden yang tidak memiliki sarana pembuangan sampah membuang sampahnya dengan cara dibakar.
Walaupun rumah responden dekat dengan TPA sampah Terjun dan Dinas Kebersihan sudah menyediakan sarana pengutipan sampah, tetapi para
responden tersebut enggan melakukannya dengan alasan sampah lebih cepat musnah jika dibakar daripada harus pergi membuang ke TPA dan
responden merasa iuran bulanan untuk pengutipan sampah cukup mahal. Responden yang memiliki sarana pembuangan sampah ada juga yang
dibakar, sebagian ada yang langsung ke TPA untuk membuang sampah dan ada beberapa yang ikut dalam iuran pengutipan sampah yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan. Responden yang langsung membuang sampah ke TPA adalah yang bekerja sebagai pemulung.
Responden yang membakar sampah sebelumnya menumpuk sampah di halaman rumahnya sampai kira-kira cukup banyak dan setelah
itu baru dibakar. Proses penumpukan sampah sampai cukup banyak memerlukan waktu sampai satu hari. Pada saat sampah ditumpuk hal
tersebut mengundang datangnya lalat yang merupakan vektor penyakit
Universitas Sumatera Utara
diare. Apabila lalat hinggap di sampah kemudian hinggap di makananminuman balita maka balita tersebut berpotensi terkena penyakit
diare terlebih lagi apabila balita tersebut berada dalam sistem imun yang rendah. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi faktor
penyebab penyakit diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Manalu 2014 yang menyimpulkan bahwa sarana pembuangan sampah merupakan faktor
risiko dari penyakit diare. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah
dianggap baik
jika sampah
tersebut tidak
menjadi tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme pembawa penyakit dan tidak menjadi media penyebaran penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam
pengelolaan sampah adalah tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan kebakaran Azwar, 2002.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar dengan
kuman penyebab diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian diare Depkes RI, 2005. Salah satu faktor lingkungan yaitu sanitasi dasar rumah. Menurut
Depkes RI 2002, sanitasi dasar merupakan salah satu persyaratan dalam rumah sehat. Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan masalah
kesehatan terutama masalah kesehatan lingkungan. Sanitasi dasar terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari sarana air bersih, jamban sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah SPAL dan sarana pembuangan sampah.
Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sudasman 2014 menyimpulkan bahwa ada
hubungan antara jamban rumah tangga, saluran pembuangan air limbah rumah tangga dan pengelolaan sampah dengan riwayat penyakit diare pada
balita. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian Nawar 2011 yang menyatakan bahwa ada kecenderungan hubungan penyakit diare
dengan SPAL, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan tinja dan sarana air bersih.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN