Model TPS KAJIAN TEORI

28

2.1.4 Model TPS

TPS Think Pairs Share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Shoimin 2014: 208 mengatakan TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons pertanyaan. Shoimin 2014: 209 menyebutkan keterampilan sosial dalam proses pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut. 1. Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek. a Aspek bertanya, meliputi keterampilan siswa bertanya kepada teman satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas. b Aspek menyampaikan ide atau pendapat, meliputi keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat saat kelompok lain presentasi. 2. Keterampilan sosial aspek bekerja sama, yaitu keterampilan siswa bekerja sama dengan teman satu kelompok menyelesaikan soal yang diberikan guru. 3. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik, meliputi keterampilan mendengarkan guru, teman dari kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat. 29 Komponen pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Shoimin 2014: 210 adalah sebagai berikut. 1. Think berpikir Pelaksanaan pembelajaran TPS diawali dari berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru. 2. Pair berpasangan Setelah diawali dengan berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan mereka. Diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain dalam kelompok serta mampu bekerja sama dengan orang lain. 3. Share berbagi Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu mempertahankan pendapat yang telah disampaikannya. 2.1.4.1 Langkah-langkah Model TPS Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan. Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi, penyampaian tujuan atau kompetensi materi yang akan dipelajari, sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan guru menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran dengan model TPS menurut Shoimin 2014: 211 adalah sebagai berikut. 1. Tahap satu, think berpikir Pada tahap ini guru memberi pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini 30 hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban. 2. Tahap dua, pair berpasangan Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya. 3. Tahap 3, share berbagi Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap ini seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda. Tahapan terakhir dalam model pembelajaran kooperatif pada tabel 2.1 yaitu memberikan penghargaan. Hamdayama 2014: 203 mengatakan bahwa dalam model TPS siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas. 31 2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model TPS Pembelajaran kooperatif model TPS ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Trianto 2011: 61 menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan. Pembelajaran menggunakan model TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dapat melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. Model TPS memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1 TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan; 2 menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa; 3 siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran; 4 siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi; 5 siswa dapat belajar dari siswa lain; 6 setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya Shoimin, 2014: 212. Hamdayama 2014: 204 juga mengemukakan kelebihan model TPS, dalam model ini penerimaan terhadap individu lebih besar. Siswa yang aktif di dalam kelas tidak hanya siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan guru. Siswa tidak hanya sebagai pendengar materi yang disampaikan guru, tetapi semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan guru. Melalui model TPS, hasil belajar siswa lebih mendalam, 32 perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. Model TPS tidak hanya memiliki kelebihan saja, akan tetapi memiliki beberapa kekurangan, antara lain: 1 tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik; 2 lebih sedikit ide yang masuk; 3 jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor; 4 jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan; 5 jumlah kelompok yang terbentuk banyak; dan 6 menggantungkan pada pasangan Hamdayama, 2014: 205. Kekurangan nomor 1 dapat diatasi dengan cara guru memberikan pertanyaan yang jelas dan singkat, memberikan acuan, memusatkan perhatian siswa, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, memberikan kesempatan berpikir, serta memberikan tuntunan kepada siswa menuju suatu jawaban yang tepat. Kekurangan nomor 2 dapat diatasi dengan cara mengelompokkanmemasangkan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan sedang atau rendah agar selama diskusi muncul ide-ide untuk memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru. Kekurangan nomor 3, 4 dan 6 dapat diatasi dengan cara guru menasehati siswa untuk saling kompak dengan pasangannya, untuk murid yang tidak memiliki pasangan dapat digabungkan dengan salah satu kelompok agar murid tersebut dapat berbagi idenya dalam memecahkan masalah. Kekurangan nomor 5 dapat diatasi dengan kepandaian guru dalam mengatur dan mengkondisikan kelas. 33

2.1.5 Teori Belajar