3. Keterampilan tingkat mahir, yang meliputi mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi.
2.1.7 Model Belajar Bersama Learning Together
Model belajar bersama adalah model yang melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar
belakang yang berbeda dalam mengerjakan tugas Slavin, 2005: 25. Model ini menekankan empat unsur, yaitu; 1 interaksi tatap muka, 2 interdependensi
positif, 3 tanggug jawab individual, 4 kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil Slavin, 2005: 250. Pada kelas kontrol dalam penelitian ini
menggunakan model belajar bersama yang belum inovatif, maka pembelajaran dengan model belajar bersama di kelas kontrol tersebut hanya menekankan pada
interaksi tatap muka dan interdepensi positif saja. Adapun kelemahan dan kelebihan model belajar bersama.
2.1.7.1 Kelebihan Model Belajar Bersama Menurut Slavin 2005:252 model belajar bersama memiliki kelebihan
sebagai berikut; 1 siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru; 2 meningkatkan kerjasama siswa dalam
kelompok dengan prinsip belajar bersama learning together; 3 siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil di
depan kelas; 4 guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar; 5 siswa lebih kreatif
karena pembelajarannya menggunakan pendekaan salingtemas, yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan dan masyarakat.
2.1.7.2 Kekurangan Model Belajar Bersama Menurut Slavin 2005: 253 adapun kekurangan dari model belajar
bersama adalah; 1 hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi; 2 memakan waktu cukup lama dan sedikit
membosankan; 3 tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok.
2.1.8 Model Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar peserta didik dapat berfikir secara kritis dan menemukan strategi pemecahan masalah secara mandiri. Dikuatkan oleh pendapat para ahli,
Barrow dalam Miftahul Huda 2014: 271 mendefinisikan “pembelajaran berbasis masalah Problem-Based Learning atau PBL sebagai pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah yang dipertemukan pertama-
tama dalam proses pembelajaran”. Barrows dan Kelson dalam Amir, 2009: 21 “PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran yang
didalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahapeserta didik mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan dalam berpartisipasi dalam tim”.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan kecakapan pemecahan masalah, belajar sendiri
dan kerja sama tim. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan.
2.1.8.1 Tahapan Pembelajaran Model Problem Based Learning Tahapan pembelajaran model merupakan langkah-langkah atau kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik dan guru dalam penggunaan suatu model tertentu. Dalam model Problem Based Learning, terdapat lima tahapan, yaitu:
orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil,
dan yang terakhir menganalisis dan mengevaluasi proses serta hasil pemecahan masalah.
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran dengan Problem Based Learning Tahap Pembelajaran
Perilaku Guru Tahap 1
Memberikan orientasi suatu masalah pada peserta didik
Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan, dan memotivasi
peristiwa didik untuk terlibat dalam kegiatan menganalisis masalah.
Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk
meneliti Guru membantu peserta didik untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan
perasalahannya Tahap 3
Mendampingi dalam penyelidikan sendiri maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen serta mencari penjelasan dan solusi
Tahap 4 Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai laporan, rekaman
video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik
melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka
gunakan Sumber: Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 91
Miftahul Huda 2014: 272 memerinci tahapan pembelajaran Problem Based Learning lebih detail lagi sebagai berikut.
1. Peserta didik disajikan suatu masalah. 2. Peserta didik mendiskusikan masalah dalam tutorial Problem Based
Learningdalam sebuah. kelompok kecil. Mereka mengklarifikasikan fakta- fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka
membrainstorming gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya dan dilanjutkan dengan mengidentifikasi apa yang mereka
butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang tidak diketahui. Peserta didik menelaah masalah dan mendesain suatu rencana tindakan untuk
menggarap masalah.
3. Peserta didik terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, data base,
website, masyarakat, dan observasi. 4. Peserta didik kembali pada tutorial Problem Based Learning, lalu sharing,
informasi, melalui peer teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.
5. Peserta didik menyajikan solusi atas masalah. 6. Peserta didik mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan.
Semua yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review pribadi, review berpasangan, dan review berdasarkan bimbingan guru,
sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses tersebut.
Model pembelajaran Problem Based Learning tersebut juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan saat diterapkan di dalam kelas.
2.1.8.2 Kelebihan Model Problem Based Learning Pada model pembelajaran Problem Based Learning, terdapat manfaat yang
dirasakan ketika guru menerapkan model tersebut. Amir berpendapat ada enam manfaat dari pembelajaran dengan model Problem Based Learning, antara lain;
1 menjadi lebih ingat dan meninngkat pemahamannya atas materi ajar; 2 meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan; 3 mendorong untik
berfikir; 3 membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial; 4 membangun kecakapan belajar; 5 memotivasi pembelajar.
2.1.8.3 Kekurangan Model Problem Based Learning Selain manfaat, ada pula kekurangan ketika pengajar menggunakan model
ini. Putra berpendapat bahwa ada tiga kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut; 1 bagi peserta didik yang malas, tujuan
dari metode tersebut tidak tercapai; 2 tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan Putra, 2013: 76-78.
Peneliti meminimalisir kekurangan dari model Problem Based Learning dengan cara memberikan motivasi bagi peserta didik melalui video tentang akibat
dari anak yang malas di setiap pembelajaran dan menggunakan penghargaan untuk kelompok yang terlebih dahulu menyelesaikan tugas.
2.1.8.4 Keefektifan Pembelajaran Model Problem Based Learning Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan strategi
pembelajaran yang menuntut siswa aktif, mandiri dan berpartisipasi dalam pembelajaran, oleh karena itu siswa diharapkan benar-benar memahami materi
yang disampaikan guru sehingga ketika diberi permasalahan, siswa dapat memecahkan permasalahan tersebut secara mandiri.
Keunggulan Problem Based Learning adalah melatih siswa menjadi aktif baik itu secara individu maupun kelompok, siswa menjadi mandiri karena siswa
harus bisa mencari referensi dan memecahkan masalah secara mandiri tanpa mengandalkan kemampuan orang lain walaupun itu dalam satu kelompok,
disamping itu siswa juga bekerjasama antar kelompok setelah kelompok awal bertemu.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dikatakan efektif jika semua komponen pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik, yaitu sebagai
berikut. 1. Tujuan. Tujuan belajar dapat tercapai dengan baik yaitu siswa aktif dalam
kegiatan dikelas khususnya ketika sedang berdiskusi untuk mengerjakan
tugas yang diberikan guru siswa juga termotivasi untuk dapat mengerjakan tugasnya sendiri, hal itu tentu berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar
siswa. 2. Materi ajar Pembelajaran. Materi ajar atau bahan ajar yang diberikan sesuai
dengan SK dan KD mata pelajaran IPA kelas V sekolah dasar. 3. Strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan guru sesuai
dengan kebutuhan siswa, yaitu pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru tapi pada siswa, jadi dalam proses pembelajaran guru memberikan umpan
balik kepada siswa agar siswa aktif dalam berfikir. 4. Media Pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan sudah baik karena
dapat membantu guru dalam menyampaikan materi, media yang digunakan adalah media gambar, hal itu dapat menunjang pembelajaran karena
memudahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dari materi yang disampaikan.
5. Penunjang. Penunjang yang digunakan oleh siswa merupakan teks bacaan yang sesuai dengan materi. Kemudian Evaluasi yang dilakukan berjalan
dengan baik, hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dapat meningkat.
Problem Based Learning dapat mengoptimalkan aktifitas siswa dalam kelas yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut dalam kegiatan
diskusi dan berpikir dalam memecahkan masalah, oleh karena itu model pembelajaran Problem Based Learning cocok dan lebih efektif untuk diterapkan
pada kelas tinggi yaitu kelas V pada mata pelajaran IPA, karena dalam
pembelajaran IPA siswa dituntut untuk dapat berkomunikasi, menganalisis, dan bekerjasama dengan orang lain.
Pada dasarnya, model Problem Based Learning memiliki landasan teori belajar yang dilakukan oleh beberpa ahli, yaitu teori kontruktivisme.
2.1.8.5 Teori Belajar yang Melandasi Model Problem Based Learning Salah satu teori yang melandasi pembelajaran IPA melalui model Problem
Based Learning adalah teori konstruktivisme. Menurut Trianto 2010: 28 teori ini menekankan siswa harus dapat menemukan pengetahuannya sendiri dengan ide-
ide yang dimilikinya ataupun bantuan dari berbagai sumber pendukung yang meliputi buku-buku penunjng dalam pembelajaran IPA model Problem Based
Learning. Menurut Slavin 2006: 277 berpendapat bahwa teori belajar
konstruktivisme lebih menekankan pembelajaran dari atas ke bawah daripada dari bawah ke atas. Pembelajaran dari atas ke bawah berarti bahwa siswa memulai
dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian dengan bantuan dari guru mengetahui keterampilan dasar yang dibutuhkan. Suprijono 2012: 30
menyebukan gagasan tentang konstruktivisme mengenai pengetahuan ada 3 macam, yaitu ; 1 pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek; 2 subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktus yang perlu untuk
pengetahuan; dan 3 pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang, struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam beradapan
dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Teori konstruktivisme sesuai dengan model Problem Based Learning dikarenakan konsep yang ada dalam model Problem Based Learning adalah
menemukan dan memecahkan permasalahan secara mandiri tanpa bantuan dari guru, sehingga pengetahuan didasarkan pada pengalaman sendiri. Berdasarkan
pendapat dan teori mengenai model pembelajaran Problem Based Learning yang menekankan proses belajar dan pemecahan masalah secara mandiri, maka model
Problem Based Learning memiliki beberapa tahapan pembelajaran. terdapat lima tahapan,
yaitu orientasi,
mengorganisasi, membimbing
penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil, serta menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan masalah.
2.1.9 Keefektifan Model Problem Based Learning dengan Hasil Belajar IPA