Berdasarkan pengamatan aktivitas belajar siswa, diperoleh skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learningpada
pertemuan pertama sebesar 78,59 dengan kriteria sangat tinggi dan pertemuan kedua
80,47 dengan
kriteria sangat
tinggi dan
kehadiran siswa
100.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan model Problem Based Learninglebih efektif meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas V di
SD Negeri Adiwerna 04.
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian adalah keterlibatan hasil penelitian dengan manfaat yang diharapkan.Implikasi hasil penelitian meliputi implikasi secara
teoretis, praktis, dan pedagogis. 4.2.2.1 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis merupakan implikasi hasil penelitian dengan manfaat teoritis yang diharapkan. Hasil dari penelitian menggunakan penerapan model
Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA menunjukkan bahwa model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, kemandirian
siswa, penalaran siswa dan kreativitas siswa. Hal ini ditunjukkan bahwa pada pembembangan ilmu pengetahuan secara teoritis, model Problem Based Learning
dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan yang diharapkan mampu menjadi sebuah rujukan untuk memecahkan masalah atas
kendala pembelajaran yang terjadi khususnya pembelajaran IPA materi “Peristiwa Alam”. Model Problem Based Learning juga merupakan model inovatif dalam
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berfikir secara kritis memecahkan masalah secara berkelompok maupun mandiri.
Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme. Teori konsruktivisme merupakan teori yang menekankan siswa dalam menemukan pengetahuannya
sendiri dengan ide-ide yang dimilikinya ataupun dari sumber pendukung, seperti buku ajar dan materi pembelajaran. Menurut Slavin 2006: 227 teori belajar
konstruktivisme menekankan pembelajaran dari atas ke bawah daripada dari bawah ke atas. Pembelajaran dari atas ke bawah berarti bahaw siswa memulai
dengan masalah kompleks untuk dipecahkan kemudian dengan bantuan dari guru, siswa mendapatkan informasi dasar yang dalam pembelajaran IPA materi
“Peristiwa Alam”. Dalam memecahkan masalah pada model Problem Based Learning, siswa bersama kelompok mencari materi yang ada di dalam bahan ajar
yang ditayangkan oleh guru, kemudian merangkumnya dan berdiskusi kelompok untuk memecahkan jawaban dari permasalahan tersebut. Model ini juga
meningkatkan penalaran siswa, karena dengan proses berfikir kritis terhadap pemecahan masalah memungkinkan siswa untuk menalar dengan logika. Karena
pada tahap ini siswa berada pada usia anak berfikir secara konkrit yang disebutkan oleh Piaget. Piaget dalam Slavin, 2006: 62
yang menyatakan bahwa tahap usia 7-12 tahun anak mampu mengoprasionalkan berbagai logika secra obyektif dan
berorientasi secara konseptual. Hal tersebut juga sesuai dengan kerucut pengalaman Edgar Dale yang menyatakan bahwa suatu gagasan dibandingkan
ketika siswa menerima pengetahuan secara teoritis.
4.2.2.2 Implikasi Praktis Implikasi praktis dapat diartikan sebagai keterlibatan hasil penelitian
terhadap pelaksanaan pembelajaran serta keterlibatan hasil penelitian dengan manfaat praktis yang diharapkan. Pada penerapan model Problem Based Learning
siswa diberikan masalah terlebih dahulu, kemudian melakukan pemecahan masalah dengan cara diskusi kelompok, sehingga meningkatkan tingkat berfikir
kritis dan menalar siswa serta saat presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas juga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal tersebut juga sesuai
dengan pendapat Putra 2013: 76-78 yang menyebutkan bahwa kekurangan model Problem Based Learning yaitu salah satunya tidak semua materi
pembelajaran cocok menerapkan model ini. Model Problem Based Learning sesuai diterapkan pada materi yang menuntut siswa untuk memahami bahasan dari
pengalaman yang dialami sendiri, sehingga model Problem Based Learning sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran IPA.
Keefektifan model Problem Based Learning yng diterapkan di dalam pembelajaran akan merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar,
baik itu secara individu maupun secara kelompok. Mengembangkan sikap kepercayaan diri siswa dan melatih berfikir kritis melalui proses penyelidikan
suatu permasalahan yang disampaikan oleh guru. Selain itu, dapat memberikan referensi bagi guru tentang model-model inovaif yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPA. Khususnya dalam membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan
pemecahan masalah,
sehingga siswa
dapat menemukan
pemahamannya melalui pemecahan masalah tersebut dengan mandiri dan memperbaiki hasil belajar siswa.
4.2.2.3 Implikasi Pedagogis Implikasi pedagogis dapat diartikan sebagai keterlibatan hasil penelitian
dengan gambaran umum keefektifan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa
model Problem Based Learning lebih efektif terhadap hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan model belajar bersamayang belum inovatif. Hal ini dapat
dibuktikan degan peningkatan hasil rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Variabel yang dikontrol dalam kegiaan
pembelajaran yang dilakukan sama antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang meliputi materi, kemampuan guru, dan jumlah pertemuan. Akan tetepi yang
membedakan dari kedua kelas tersebut adalah penerapan model yang digunakan. Model Problem Based Learning diterapkan pada kelas eksperimen dan model
belajar bersama yang belum inovatif diterapkan di kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning juga dapat meningkatkan
aktivitas siswa selama pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan teori pembelajaran yang efektif menurut Susanto 2013: 54 bahwa pembelajaran
dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan penekatan pemecahan masalah lebih baik dari pendekatan konvensional pada
tingkat ketuntasan tertentu. Walaupun pada proses pelaksanaan penelitiandilakukan pengontrolan
variabel, namun peneliti tidak dapat mengontrol variabel dari dalam diri maupun
dari luar peserta didik. Karena dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa intern dan faktor dari luar diri
siswa ekstren. Menurut Slameto 2010: 54 faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri siswa yang
mencakup, kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan, serta kebiasaan siswa. Secara umum siswa kelas V SDN Candirejo 01
dan SDN Gogik 01 memiliki kesehatan dan kemampuan menerima pembelajaran dengan baik. Serta memiliki tingkat perhatian dan daya berfikir yang tidak terpaut
jauh. Sedangkan minat, bakat dan motivasi dapat dikembangkan oleh guru melalui kegiatan apersepsi dan pemberian reward.
Faktor dari luar siswa mencakup lingkungan fisik dan non fisik termasuk suasana kelas, seperti riang gembira, menyenangkan, lingkungan social budaya,
lingkungan keluarga, guru, pelaksanaan pembelajaran, program sekolah, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, perbedaan proses pembelajaran di kelas
eksperimen dan di kelas kontrol yaitu pada penerapan model pembelajaran. Sedangkan materi, kemampuan guru, jumlah pertemuan disamakan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Faktor dari luar diri siswa ekstern yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik
termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah termasuk
dukungan komriang ite sekolah, guru, pelaksana pembelajaraan, dan teman sekolah.
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama empat kali pertemuan menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based
Learning lebih efektif terhafap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
105
BAB V PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Menurut pemaparan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang disampaikan pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Model Problem Based Lerning efektif meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V. Hal tersebut ditunjukkan hasil uji t nilai posttest kedua kelas
diperoleh t
hitung
sebesar 10,814 lebih besar dibandingkan harga t
tabel
sebesar 2,03 sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar IPA pada siswa
kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. 2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa setiap indikator,
diketahui bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan rata- rata persentase aktivitas siswa di setiap pertemuan.. Pada pertemuan pertama
sebesar 64,17. Kemudian pada pertemuan kedua sebesar 68,81. Pada pertemuan ketiga meningkat dengan persentase sebesar 70,24 dan
pertemuan keempat dengan persentase sebesar 76,19. Pemaparan simpulan di atas sesuai dengan hipotesis penelitian yang
tercantum pada Bab II, bahwa model Problem Based Learning efektif terhadap hasil belajar IPA materi “Peristiwa Alam” pada siswa kelas V SDN Gugus
Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat.