yang dilakukan siswa secara berkelompok. Aktifitas siswa tersebut juga akan berdampak pada hasil belajar IPA pada materi peristiwa alam, sehingga model
pembelajaran Problem Based Learning lebih efektif dalam hasil belajar IPA dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa digunakan guru sehari-hari.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Penelitian yang mendukung tentang penerapan model Problem Based Learning telah banyak dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
Problem Based Learning merupakan model yang efektif diterapkan dalam pembelajaran. Dalam model Problem Based Learning tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar serta kemampuan berfikir kritis peserta didik, karena model Problem Based Learning didesain dengan memberikan pada peserta didik
masalah-masalah kontekstual yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga peseta didik mengetahui alasan dalam belajar, mengidentifikasikan
masalah dan mengumpulkan informasi dari sumber belajar untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut.
Nurqomariah, dkk 2015 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar mata Pelajaran Fisika peserta didik kelas VII dengan presentase peningkaan sebesar 67 di kelas eksperimen dan 52 di kelas kontrol.
Hal tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based Learning yang digunakan pada penelitian tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Alfian, dkk 2015 juga
menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dengan menggunakan media audio visual efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas VII mata pelajaran IPA. Ditunjukkan dengan rata-rata kelas eksperimen yang diperoleh adalah 78,03 sedangkan rata-rata kelas kotrol hanya memperoleh
68,68. Penelitian mengenai model Problem Based Learning juga dilakukan oleh Putu Diantari 2015 dengan menerapkan model PBL berbasis hypnoteaching
berpengruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD. Ditunjukkan dengan hasil analisis t
hitung
= 2,25 t
tabel
= 2,000 dan rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol 80,3 77,23.
Model Problem Based Learning juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Hal tersebut terbukti dari penelitian yang dilakukan
oleh Dwi Rachmawati, dkk 2015. Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen memperoleh kriteria tinggi dengan hasil
perhitungannya mencapai 1,01. Sedangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk kelas kontrol memperoleh kriteria sedang dengan hasil
perhitungannya mencapai 0,55. Kemudian ditambahkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Siti Mutmainah, dkk 2015 yang mengujikan kemampuan berfikir
matematis tingkat tinggi peserta didik kelas VII dengan menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model Problem Based Learning dan model Group
Investigation GI. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model Problem Based Learning lebih tinggi dalam meningkatkan kemampuan berfikir
matematis tingkat tinggi peserta didik dibandingkan dengan model GI. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setyorini, dkk 2011 dengan menerapkan model
Problem Based Learning juga menghasilkan kesimpulan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
Penelitian internasional yang mengacu pada model Problem Based Learning juga memiliki hasil yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Joy pada
sekolah kimia di Nigeria mengatakan bahwa kelompok yang menggunakan model Problem Based Learning pencapaian strategi belajarnya lebih baik daripada
kelompok yang menggunakan metode ekspositori. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fatade pada peserta didik SMA di Nigeria. Penelitian tersebut
menghasilkan bahwa pencapaian matematika yang dilakukan oleh kelompok eksperimen lebih memilih model Problem Based Learning sebagai alternatif
pelajaran dalam memajukan matematika kedepannya. Model Problem Based Learning tersebut dapat meningkatkan hasil belajar
serta kemampuan berfikir kritis peserta didik, karena model Problem Based Learning didesain dengan memberikan pada peserta didik masalah-masalah
konekstual yang berhubungan dengan materi pembelajaran sehingga peseta didik mengetahui
alasan dalam
belajar, mengidentifikasikan
masalah dan
mengumpulkan informasi dari sumber belajar untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut.
2.3 KERANGKA BERFIKIR