pangkalan, tetapi ada juga sebagian supir angkot makan di rumah mereka atau membawa makanan dari rumah terutama supir angkot yang sudah menikah.
Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah buah pepaya dan jeruk dengan frekuensi makan 2x1 bulan sebanyak 30 orang 50,82, supir angkot jarang
mengonsumsi buah, hal ini disebabkan karena di rumah makan sekitar pangkalan jarang menyediakan buah-buahan. Padahal pepaya banyak mengandung vitamin A
dan vitamin B kompleks, dan pepaya juga dapat membantu pencernaan protein Irianto, 2004.
Waktu makan supir angkot tidak teratur karena pada saat waktu makan mereka harus mengemudi angkot karena kejar setoran. Sehingga menyebabkan pola makan
supir angkot tidak teratur yang dapat mengakibatkan penyakit-penyakit pencernaan, seperti magg.
5.3.2. Konsumsi Energi dan Protein
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status gizi yang
baik atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang buruk pula. Menurut Radhardja, P 2001 yang dikutip dari Harper, dkk
1985 bagi sebagian negara-negara yang sedang berkembang ada empat faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan sehari-hari, yaitu a produksi pangan
untuk keperluan rumah tangga, b pengeluaran uang untuk keperluan rumah tangga, c pengetahuan gizi, dan d tersedianya pangan.
Berdasarkan hasil penelitian didapat tingkat konsumsi energi supir angkot yang berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 68,85 dan tidak ada supir
angkot yang termasuk dalam kategori defisit. Konsumsi makan yang cukup pada supir angkot yang didukung oleh selera makan yang tinggi meskipun dengan
kerterbatasan aneka ragam makanan, tetapi tetap dengan kecukupan energi. Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan
berat badan. Energi yang berlebih disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan
kegemukan, yang biasanya disertai berbagai gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit kencing manis dll.
Supir angkot yang yang tingkat konsumsi energinya kurang dan mengalami overweight sebesar 3,28, ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang dan
frekuensi makan hanya dua kali sehari, karena kondisi uang yang tidak cukup. Apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang berada
dalam jaringan ototlemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut, maka dapat menurunkan daya kerja dan kreativitas.
Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, malas dan mengantuk. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan
penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Selain itu, ia mudah terkena
penyakit infeksi. Berdasarkan hasil penelitian didapat tingkat konsumsi protein supir angkot
yang berada pada kategori baik 60,66, dan tidak ada yang mengalami defisit. Ini disebabkan karena supir angkot sering mengonsumsi ikan basah dengan frekuensi
makan 1x1 hari sebesar 52,46 dan juga karena memang ikan lebih sering tersedia
di rumah makan sekitar pangkalan. Konsumsi protein supir angkot sudah baik yang sangat mempengaruhi perbaikan jaringan tubuh yang rusak atau menggantikan sel-sel
tubuh yang sudah rusak. Konsumsi protein supir angkot yang berada pada kategori kurang yaitu
sebesar 3,28, hal ini disebabkan karena kebiasaan supir angkot untuk mengutamakan nasi sebagai sumber tenaga dan menomorduakan mengonsumsi
makanan yang mengandung makanan yang mengandung sumber protein. Sebagian supir angkot mengganggap bahwa nasi yang paling utama, jadi nasi yang paling lebih
banyak dikonsumsi. Konsumsi protein lebih tinggi daripada konsumsi energi ini disebabkan
karena supir angkot setiap pagi sering mengkonsumsi telur ayam setengah matang yang banyak mengandung protein. Dan mereka juga sering mengonsumsi tempe
dengan frekuensi makan 1x1 hari sebanyak 34,43. Secara prinsip, cara konsumsi yang baik adalah hal yang mudah. Caranya memilih makanan yang mengandung zat
gizi esensial, serat, dan energi tanpa kelebihan lemak, gula dan garam. Tidak banyak orang yang dapat melakukan hal tersebut, sebagian lagi adalah orang kelebihan berat
badan karena terlalu banyak konsumsi yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi dan sebagian lainnya adalah orang dengan status gizi kurang. Kedua kelompok
ini selanjutnya akan mengalami gangguan kesehatan. Konsumsi zat gizi yang berlebihan juga membahayakan kesehatan. Misalnya konsumsi energi dan protein
yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan sehingga beresiko terhadap penyakit kelainan kardiovaskuler.
5.4. Status Gizi Supir Angkot