daripada supir yang belum menikah. Karena biasanya supir angkot pulang untuk makan siang di rumah.
Sebagian besar pendapatan perhari responden adalah Rp 50.000,00 adalah sebesar 63,93, sedangkan paling sedikit adalah Rp. 50.000,00 adalah sebesar
36,07. Apalagi berdasarkan pengakuan supir dari hasil wawancara kadang mereka tidak membawa hasil ke rumah melainkan mereka harus menambah uang di saku
untuk membayar setoran. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan mengingat tingginya biaya sehari-hari yang harus dipenuhi. Apalagi pendapatan supir perharinya
tidak tetap, tergantung berapa penumpang yang naik angkot. Untuk lama bekerja sebagai supir angkot sebagian besar responden adalah
antara 1 - 10 tahun yaitu sebesar 81,98, sedangkan yang paling sedikit adalah sebesar 1,64. Berdasarkan pengakuan supir angkot tersebut mereka menikmati
pekerjaan sebagai supir karena adanya rasa kekeluargaan sesama supir, walaupun pada saat mengemudi mereka sering beradu mulut kalau jaraknya terlalu dekat, tetapi
sesudah sampai di pangkalan mereka damai lagi.
5.2. Pengetahuan Gizi
Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan
yang bergizi bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya. Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi,
dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau sering disebut dengan gizi seimbang,
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah supir angkot yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi sedang sebanyak 50,82. Dapat dilihat bahwa tingkat
pengetahuan gizi supir dikategorikan pengetahuan gizi yang cukup. Hal ini juga terkait dengan tingkat pendidikan yang rata-rata lulusan Sekolah Menengah Umum
seperti yang tercantum dalam karakteristik di atas. Supir angkot cukup mengetahui tentang makanan gizi seimbang sehingga diharapkan memiliki pola konsumsi pangan
yang cukup. Tetapi makanan yang tersedia terbatas di rumah makan sekitar pangkalan, karena tidak menyediakan makanan yang beranekaragam.
Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik, seharusnya memiliki pola konsumsi pangan yang baik dan benar. Dan bila pengetahuan gizi
kurang maka pola konsumsi pangannya kurang, dari hasil penelitian diperoleh 5 responden yang konsumsi energinya kurang ada 2 responden 40 pengetahuan gizi
kurang. Ini disebabkan oleh karena supir angkot yang tidak peduli mencari informasi kesehatan sehingga pengetahuan tentang gizi masih kurang, apalagi dalam
mengonsumsi makanan yang sedikit karena kondisi keuangan yang kurang. Dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang dapat mengubah
perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera serta akan mengetahui
akibat adanya kurang gizi. Pengetahuan gizi yang cukup supir angkot, salah satunya dapat dilihat bahwa supir belum mengerti arti gizi, mereka mengartikan gizi, sesuatu
yang identik dengan makanan. Pengetahuan gizi yang kurang, salah satunya dapat dilihat supir mengganggap bahwa air yang baik untuk kesehatan adalah air yang
dimasak mendidih sebelum diminum. Pemberian pengetahuan gizi yang baik
diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan yang semula kurang menjadi lebih baik.
5.3. Pola Konsumsi Pangan 5.3.1.