BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan yang berhasil dapat digambarkan dimana organisasi perusahaan tersebut mampu menjalankan dan mengawasi semua aktivitasnya.
Selanjutnya organisasi perusahaan berkembang menjadi kompleks, menuju pada spesialisasi dari berbagai elemen atau aktivitas operasi perusahaan. Spesialisasi
ini untuk membuka jalan untuk melakukan outsourcing terhadap tugas-tugas yang bersifat bukan tugas utama non core activities. Outsourcing merupakan
usaha untuk mengontrakkan suatu kegiatan atau aktivitas perusahaan pada pihak luar untuk memperoleh layanan pekerjaan yang dibuktikan di masa yang akan
datang. Seperti hal nya yang terjadi di Pusdiklat Kemenkominfo ini, sistem
pekerjaan yang terdapat di Pusdiklat Kemenkominfo ini penerapannya dilakukan secara outsourcing. Dimana pihak Pusdiklat sendiri yang mengatur dalam
pengolahan karyawan outsourcing yang bekerja di Pusdiklat Kemenkominfo ini. Penerapan outsourcing ini pun menjadi menarik, ketika pengertian outsourcing
sebagai tenaga alih daya yang menggunakan jasa Perusahaan sebagai penyalur outsourcing untuk menyalurkan jasa outsourcing tersebut, lain halnya dengan
Pusdiklat Kemenkominfo disini yang mengatur sendiri penerapan sistem outsourcingnya sebagai pegawainya, sehingga perlu diadakannya penelitian
1
untuk mengetahui bagaimana penerapan dari outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo tersebut dan bagaimanakah hak kesejahteraan yang mereka
dapatkan selama menjadi pegawai outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo.
Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Dalam amandemen UUD 1945 tentang Ketenagakerjaan juga disebutkan dalam Pasal 28d ayat 2 UUD 1945. Hal tersebut berimplikasi
pada kewajiban negara untuk memfasilitasi warga negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu
perencanaan matang dibidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.
1
Lingkungan yang sangat kompetitif saat ini menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang cepat
dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Untuk itu diperlukan suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan
memperkecil rentang kendali manajemen, dengan memangkas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif. Dalam
kaitan itulah dapat dimengerti bahwa kalau kemudian muncul kecendrungan alih daya outsourcing, yaitu memborongkan satu bagian atau beberapa
1
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, h.1
bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut perusahaan penerima pekerjaan.
2
Banyak perusahaan alih daya yakni perusahaan yang bergerak di bidang penyedia tenaga kerja aktif menawarkan ke perusahaan-perusahaan pemberi
kerja, sehingga perusahaan yang memerlukan tenaga kerja tidak perlu susah- susah mencari, menyeleksi, dan melatih tenaga kerja yang dibutuhkan.
Alih daya merupakan penyerahan wewenang dari suatu perusahaan kepada perusahaan lain untuk menjalankan sebagian atau seluruh proses
fungsi usaha dengan menetapkan suatu target atau tujuan tertentu. Penyerahan kegiatan, tugas ataupun pelayanan pada pihak lain, dengan tujuan
untuk mendapatkan tenaga ahli serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.
3
Alih daya memungkinkan suatu perusahaan memindahkan pekerjaan- pekerjaan rutin dalam perusahaan untuk dikerjakan oleh pihak lain di luar
perusahaan. Dengan menyerahkan pekerjaan rutin tersebut kepada pihak luar, dalam hal ini penyedia jasa alih daya, perusahaan tidak perlu mengalokasikan
sumber daya perusahaan untuk menangani pekerjaan tersebut.
4
2
Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing Ditinjau dari Aspek Hukum Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial, dalam Informasi Hukum Vol.1 Tahun
VI,2004.
3
Iftida Yasar, Sukses Implementasi, Jakarta: PPM Manajemen, 2011, h. 5
4
Petra, “Penerapan Strategi Alih Daya”, artikel diakses pada 24 Oktober 2014 dari http:repository.petra.ac.id162061PENERAPAN_STRATEGI_ALIH_DAYA.pdf
Berdasarkan hukum ketenagakerjaan, istilah outsourcing sebenarnya bersumber dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 64 Undang-Undang
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis.
Pengaturan outsourcing dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tersebut belum dapat menjawab semua permasalahan outsourcing yang begitu
luas dan kompleks. Namun, setidaknya dapat memberikan perlindungan hukum terhadap pekerjaburuh terutama yang menyangkut syarat-syarat
kerja, kondisi kerja serta jaminan sosial dan perlindungan kerja lainnya dapat dijadikan acuan dalam menyelesaikan apabila terjadi permasalahan.
Pelaksanaan outsourcing yang demikian dapat menimbulkan keresahan pekerjaburuh dan tidak jarang diikuti dengan tindakan mogok kerja,
sehingga maksud diadakannya outsourcing seperti yang telah saya sebutkan disebelumnya menjadi tidak tercapai, karena terganggunya proses produksi
barang maupun jasa.
5
Pada dasarnya ada beberapa tujuan dari pelaksanaan sistem outsourcing, antara lain untuk mengembangkan kemitraan usaha, sehingga satu perusahaan
tidak akan menguasai suatu kegiatan industri. Dalam jangka panjang kegiatan tersebut diharapkan akan mampu mengurangipemusatan kegiatan industri di
5
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, h. 220.
perkotaan menjadi lebih merata ke daerah-daerah.
6
Pelaksanaan sistem outsourcing juga memberikan manfaat bagi pemerintah, masyarakat,pekerja,
dan pengusaha. Bagi pemerintah outsourcing memberi manfaat yaitu membantu
mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional, pembinaan dan pengembangan kegiatan koperasi dan usaha kecil,
mengurangi beban pemerintah kotakabupaten dalam penyediaan fasilitas umum, seperti: transportasi, listrik, air dan pelaksanaan ketertiban umum.
7
Bagi masyarakat dan pekerja, sistem outsourcing memberi manfaat antara lain aktivasi industri di daerah akan mendorong kegiatan ekonomi penunjang
di lingkungan masyarakat, mengembangkan infrastruktur sosial masyarakat, budaya kerja, disiplin dan peningkatan kemampuan ekonomi, mengurangi
pengangguran dan
mencegah terjadinya
urbanisasi, meningkatkan
kemampuan dan budaya perusahaan di lingkungan masyarakat. Bagi perusahaan, sistem manfaat antara lain meningkatkan fokus perusahaan,
memanfaatkan kemampuan kelas dunia, membagi resiko, sumber daya sendiri dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain, menciptakan dana segar,
6
Komang Priambada, 2008, outsourcing Versus Serikat Pekeja, Alih Daya Publishing, Jakarta, h. 110.
7
Ibid, h.46.
mengurangi dan mengendalikan biaya operasi, dan memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri.
8
Oleh karena itu, pekerja outsourcing sangat berperan aktif dalam bidang ketenagakerjaan khusunya bagi perusahaan dan pemerintah seperti yang telah
saya uraikan sebelumnya diatas. Namun disisi lain, para pekerja justru mendapatkan hak yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka
dapatkan, mereka tidak sepenuhnya mendapatkan keseluruhan dari semua hak yang harus diberikan, dengan artian, mereka hanya mendapatkan sebagian
hak yang mereka dapatkan sebagai tenaga kerja outsourcing. Oleh karena itu para pekerja tidak mendapatkan kesejahteraan yang baik bahkan tidak
optimal sebagai pekerja. Walaupun tidak diatur secara detail mengenai hak kesejahteraan di dalam Undang Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, namun semestinya pihak perusahaan tetap memberikan hak-hak kesejahteraan mereka sepenuhnya. Sehingga kesejahteran mereka
menjadi terjamin untuk penghidupannya. Karena permasalahan tersebut selalu muncul di dalam sistem ketenagakerjaan di negara ini, dan selalu
menjadi problematika yang tidak pernah ada ujung pangkalnya, saya sebagai penulis merasa tertarik dengan pembahasan yang harus saya bahas di dalam
materi skripsi saya ini, yang berjudul yaitu
“Tenaga Ahli Daya pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementerian Komunikasi dan
8
Iftida Yasar, Sukses Implementas, Jakarta: PPM Manajemen, 2008, cet 1, h.15.
Informatika Analisis Yuridis Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
”
B. Identifikasi Masalah