Hubungan Dalam Penerapan Hak Kesejahteraan yang Diperoleh

C. Hubungan Dalam Penerapan Hak Kesejahteraan yang Diperoleh

Pekerja Outsourcing Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Dalam merekrut pekerja outsourcing Pusdiklat mengategorikan pekerjaan-pekerjaan yang dapat dijadikan tenaga alih daya outsourcing yaitu seperti cleaning service, pengemudi, security, pramubakti. Dan selain itu pula dokter serta perawat dan teknisi dikategorikan pula sebagai outsourcing. Hal ini dikarenakan pusdiklat membutuhkan perawat dan dokter hanya pada saat diklat berlangsung, dan tidak terlalu terfokus dalam pekerjaan harian di Pusdiklat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain Pasal 17 ayat 3 di kemukakan bahwa para pekerja penunjang yang dapat di outsourcingkan yaitu: 1. Usaha pelayanan kebersihan cleaning service 2. Usaha penyediaan makanan bagi pekerjaburuh catering 3. Usaha tenaga pengaman securitysatuan pengamanan 4. Usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan 5. Usaha penyediaan angkutan bagi pekerjaburuh Waktu kerja yang diberikan Pusdiklat Kemenkominfo bagi pekerja outsourcing yaitu 6 hari kerja dalam 1 minggu serta mendapatkan waktu istirahat mingguan yaitu 1 hari, di hari sabtu para pekerja outsourcing tetap masuk tetapi hanya setengah hari dari waktu kerja yang sudah di tentukan yaitu dari pukul 07.30 WIB sampai 12.00 WIB. Waktu istirahat tahunan atau dapat dikatakan cuti tahunan setiap pegawai outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo tidak dapat diberikan apabila pekerja belum bekerja selama 2 tahun, dan apabila pekerja sudah bekerja selama lebih dari jangka waktu yang di tentukan, pekerja dapat mengajukan cuti dan pengajuan cuti tersebut pun sudah ditentukan berapa lama hari untuk cuti. Apabila pekerja yang belum mencapai 2 tahun masa kerjanya, pekerja outsourcing dapat mengajukan izin, dan setiap 1 kali izin mereka mendapat potongan gaji perhari sebanyak 0.5 persen30 menit. Dengan total 3 persen dalam sehari melakukan izin kerja. Setiap pekerja outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo mendapatkan hak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan pekerja outsourcing yaitu tersedianya jasa medis, dengan 1 orang dokter dan 1 orang perawat, namun status mereka pun sama yaitu sebagai tenaga kerja outsourcing yang hanya sebagai jasa penunjang di perusahaan. Penyediaan terseut telah diatur oleh sistem manajemen kepegawaian yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Pusdiklat Kemenkominfo. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat 1: “Setiap Buruh pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja; b. Moral dan kesusilaan; dan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai agama.” Kemudian pengaturannya pun kembali diatur didalam Pasal 87 ayat 1, yaitu : “setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan” Setiap Sistem pengupahan yang dilakukan oleh Pusdiklat Kemenkominfo kepada para pekerja outsourcing yaitu ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan yang mereka jabati, yaitu: Jenis Pekerjaan Honorarium Satpam dan Pengemudi Rp. 2.400.000 Petugas Kebersihan dan Pramubakti Rp. 2.200.000 Tenaga Teknisi Rp. 2.200.000 Dokter Rp. 2.500.000 Perawat Rp. 2.200.000 Pengupahan disini pun secara langsung diberikan kepada para pekerja setiap akhir bulan. Upah diberikan kepada buruh apabila ia melakukan atau dianggap melakukan pekerjaan. Memperoleh upah merupakan tujuan utama buruh melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, kesinambungan atau keterus meneursan penerimaan upah ini harus diperhatikan. 7 Kebijakan pengupahan disini di atur di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 88 ayat 1: “setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang laya k bagi kemanusiaan.” Kemudian, sistem pengupahan sendiri telah diatur besar minimum yang dibayarkan oleh pekerja berdasarkan besarnya UMP yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat, sesuai dengan pasal 89 ayat 3 : “upah minimum yang diberikan ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi danatau Bupati Walikota.” Kemudiaan jika kita telaah lebih lanjut tentang besarnya sistem pengupahan yang ada di Pusdiklat Kemenkominfo tersebut jelas terdapat perbedaan dimana mereka mendapatkan upah yang tidak sesuai dengan besarnya UMP Upah Minimum Pekerja sebesar Rp. 2.700.000. karena di dalam Pasal 90 ayat 1 di jelaskan, bahwa : “pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dala m Pasal 89” Selanjutnya apabila pekerja telat atas kehadiran maka pekerja tersebut mendapatkan potongan sebagaimana yang sudah saya jelaskan di bab sebelumnya atau dapat diakatakan sebagai upah kotor. Upah kotor adalah gaji pokok dan tunjangan tetap yang kita terima sebelum dilakukan pemotongan-pemotongan. Upah bersih yang didapat 7 Abdul Rachman Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997 , h.235. pekerja tiap bulan biasa kita kenal dengan istilah “take home pay”. Perbedaan antara upah kotor dan upah bersih disebabkan oleh adanya pemotongan- pemotongan gaji, seperti; Pemotongan upah karena absen tanpa alasan yang jelas. Secara hukum, apabila pekerja tidak bekerja, maka upah tidak dibayar Pasal 93 ayat 1 UU No.132003. Namun, pemotongan upah pekerja yang tidak masuk kerja tidak dapat dilakukan begitu saja, karena berdasarkan Undang-Undang 13 tahun 2003, pekerja dilindungi haknya untuk mendapatkan upah penuh untuk hari atau hari-hari ia tidak masuk bekerja, antara lain dalam hal pekerja tidak masuk kerja karena sakit, menjalani cuti yang merupakan haknya, menikah, menikahkan anaknya, sedang haid bagi pekerja perempuan, atau ada anggota keluarga orang tua, mertua, keluarga dalam satu rumah meninggal dunia. Lembur dapat di berikan kepada pegawai apabila ada kegiatan yang dilakukan Pusdiklat apabila berlangsungnya diklat dengan dana yang berasal dari KementerianLembagaBadan baik pusat ataupun daerah yaitu Rp 50.000 sampai Rp. 100.000 perhari. Masa Kerja diberikan kepada pekerja sesuai dengan kontrak yang berlaku dimana di dalam kontrak kerja tersebut dijelaskan bahwa masa kerja suata pegawai yaitu selama 1 tahun, dan dapat diperpanjang apabila kinerja mereka bagus dan dapat dipertanggung jawabkan, selama pekerjaan mereka yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja kembali setelah kontrak kerja mereka dapat diperpanjang sesuai dengan kebijakan peraturan dari Pusdiklat Kemenkominfo yang membuatnya. Bagi pekerja wanita hak kesejahteraan mereka tidak sama dengan pekerja outsourcing berjenis kelamin laki-laki, dimana apabila pekerja wanita tersebut sedang hamil dan ingin melahirkan maka mereka dapat diberikana cuti oleh Pusdiklat Kemenkominfo yang telah sesuai dengan Undang-undang yang belaku yaitu mendapatkan cuti kelahiran selama 2 bulan. Dalam kaitanya dengan lembur, banyak peraturan yang tidak mengizinkan pekerja wanita untuk bekerja di malam hari, kecuali karena sifat dan jenis pekerjaannya harus dilakukan oleh wanita. 8 Tetapi di Pusdiklat Kemenkominfo pekerja lembur bagi wanita disini tidak ditetapkan atau dalam artian pekerja lembur bagi wanita ditiadakan, karena pihak Pusdiklat sangat menghargai pekerja wanita dalam memperkerjakannya sebagai pegawai. Dalam hak kesejahteraan, setiap pekerja dapat dikatakan sejahtera apabila para pekerjanya tersebut mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan, tetapi bukan berarti buruh dapat menuntut hak yang harus mereka dapatkan tanpa mengepentingkan kewajiban yang ada didalam tanggung jawab mereka sebagai pekerja. Mereka harus seimbang antara kewajiban yang mereka kerjakan dan juga hak yang mereka dapatkan. 8 Iman Sjahputra Tunggal, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Havarindo, 2005, h.46. Hak-hak kesejahteraan yang mereka dapatkan tidak seluruhnya dirasakan oleh para pekerja outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo, diantaranya yaitu, mereka tidak mendapatan cuti tahunan tetapi mereka mendapatkan jatah libur tahunan sesuai perkalenderan yang ada dan masuk kembali sesuai tanggal aktif kerja kembali. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 9 ayat 2 bagian c yaitu : “cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 dua belas hari kerja setelah pekerjaburuh yang bersangkutan bekerja selama 12 dua belas bulan secara terus menerus.” Namun apabila ingin mengajukan cuti diluar cuti tahunan, para pekerja berhak mengajukan surat izin yang ditujukan kepada kepala Pusdiklat Kemenkominfo. Dan cuti tahunan tersebut dapat diajukan bagi pegawai outsourcing yang sudah bekerja selama 2 tahun, apabila belum sesuai dengan masa kerjanya yang sudah ditentukan, maka pekerja tersebut tidak mengajukan cuti, melainkan izin kerja, dan izin kerja tersebut dapat dikenakan potongan gaji per harinya saat mereka melakukan izin kerja. Selanjutnya para pekerja tersebut tidak mendapatkan jaminan sosial atau sekarang disebut sebagai BPJS, BPJS merupakan jaminan sosial yang diberikan pemerintah kepada para pekerja dalam tujuan untuk menyejahterakan para pekerja dalam kehidupannya. Selain itu, pekerja outsourcing tidak mendapatkan tunjangan atas hari raya, hal tersebut sangat di prihatinkan dimana para pekerja tersebut tidak mendapatkan jaminan yang seharusnya mereka dapatkan dalam kelangsungan hidupnya sehingga kehidupannya menjadi sejahtera.

D. Analisis Penulis

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Status Hukum Dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Outsourcing Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

11 248 141

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Medan

7 58 107

Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Alih Daya dan Penerapan Pengaturan Tenaga Kerja Alih Daya Dalam Perusahaan Farmasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo Se Permenakertrans Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat P

0 13 41

Analisis Yuridis Larangan Suami-Istri Bekerja Pada Perusahaan Yang Sama Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

0 1 36

TINJAUAN YURIDIS TENTANG ASURANSI PHK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) TERKAIT HAL PENGALIHAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAAN ALIH DAYA BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KE.

0 0 4

PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PADA PT AGRONESIA SARIPETOJO KOTA CIREBON DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DAN UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003.

0 0 1

Undang Undang tahun 2003 13 03

0 0 66

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Kontrak Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Muhammad Wildan

0 0 9

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DI KOTA MAKASSAR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 1 75