52
BAB IV ANALISIS HASIL DAN TEMUAN DI LAPANGAN
A. Penerapan Outsourcing di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Penerapan outsourcing pada suatu organisasi akan membawa pengaruh terhadap sistem organisasi yang ada. Selain itu penerapan outsouring juga
memberikan keuntungan srtategis, traktikal dan transformasional bagi organisasi. Outsourcing juga mempengaruhi suatu organisasi secara
keseluruhan dalam hal : bentuk organisasi, pekerja, cara operasional, dan cara pengukuran. Outsorcing mengubah suatu betuk organisasi bisnis dari bentuk
“monolitik” yang menjalin semua fungsi dan proses menjadi suatu bentuk baru dimana bisnis inti yang membuat organisasi sukses, dikelilingi, dan
didukung oleh fungsi dan proses yang di outsource kepada perusahaan penydia jasa.
1
Praktek Outsourcing pada sistem outsourcing telah membuka peluang munculnya perusahaan baru di bidang jasa outsourcing, dan pada sisi lain
telah memungkinkan perusahaan yang telah berdiri untuk melakukan efisiensi melalui pemanfaatan jasa perusahaan outsourcing. Sistem outsourcing
1
Chandra Suwondo, Outsourcing Implementasi di Indonesia, Jakarta : PT Gramedia, 2003, h.25.
ditujukan untuk mengatasi beberapa permasalahan perekonomian
2
oleh karena itu , pekerjaan yang di outsourcing bukanlah pekerjaan yang
berhubungan langsung dengan inti bisnis perusahaan, melainkan pekerjaan penunjang staff level ke bawah, meski terkadang ada juga posisi manajerial
yang di outsourcing, namun tetap saja hanya untuk pekerjaan dalam waktu tertentu.
Setelah dipaparkan bagaimana penerapan yang dilakukan suatu perusahaan
dalam pengelolaan
outsourcing, maka
di Pusdiklat
Kemenkominfo praktek Outsourcing sudah dilakukan sejak berdirinya pusdiklat kemenkominfo ini, dengan artian, setiap pegawai dapat melamar
pekerjaan langsung ke Pusdiklat Kemenkominfo karena Pusdiklat Kemenkominfo sendirilah yang mengatur dan mengelola sistem kepegawaian
para pekerja, dengan kata lain, Pusdiklat berperan penuh dalam perekrutan para pegawai outsourcing yang bekerja di dalamnya dari tahun ke tahun.
Namun hal ini bertentangan dengan peraturan yang ada yaitu di Undang- undang Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa didalam Pasal 64
“perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis.” Oleh karena itu pusdiklat dengan kata lain melakukan tindakan melawan
hukum dimana pihak pusdiklat bertentangan dengan peraturan yang sudah
2
Muhaimin Iskandar, kilasan tentang Hukum, Metro TV, 4 November 2010.
dibuat sebelumnya yaitu Undang-undang Ketenagakerjaan, bahwa dalam kegiatan outsourcing suatu perusahaan harus menggunakan perusahaan
rekanan dalam praktek kerjanya. Namun, pihak pusdiklat mengatakan bahwa pengaturan jasa outsourcing sudah diatur sejak berdirinya Pusdiklat
Kemenkominfo ini dan terus diperbaharuui peraturannya dan yang terbaru adalam peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 10
Tahun 2015, bahwa pihak Kementerian berhk melakukan pengatuan sendiri dalam proses perekrtan karyawan outsourcing disini.
Apabila penulis telaah lebih lanjut mengenai prmasalahan pihak yang mengatur outsourcing dikementerian ini, maka sebenarnya pengaturan
mengenai perekrutan sendiri tentang tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan, diatur juga didalam Pasal 35 ayat 1 “pemberi kerja yang
memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penemptan tenaga kerja.” Dan ditambah
dengan Pasal 37 ayat 1, “Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1 terdiri dari: a instansi pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; dan b lembaga swasta berbadan hukum.” Dan dilengkapi dengan Pasal 56 ayat 1, “Perjanjian kerja
dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.” Dengan penjelasan tersebut yang telah ada di peraturan Undang-undang
ketenagakerjaan, maka pihak pusdiklat dapat dikatakan lekakukan tindakan melawan hukum, karena yang telah dijelaskan didalam pasal 37 tersebut.
Jadi, pihak Pusdiklat berhak melakukan perekrutan sendiri untuk mengatur serta mengolah para pekerja outsourcing yang bekerja di Pusdiklat
Kemenkominfo ini. Dengan catatan, bahwa setiap instansi pemerintah atau perusahaan yang berbadan hukum melakukan perekrutan sendiri tenaga
kerjanya tersebut, maka pihak perusahaan berhak memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, pemberian upah, dan kesehatan
baik mental maupun fisik tenaga kerja. Dan pihak Pusdiklat harus menetapkan sistem seperti itu dalam pengturan para pekerjanya tersebut
termasuk pekerja outsourcing. Namun, dengan munculnya peraturan pemerintah pada tahun depan yang
menetapkan bahwa lingkungan suatu kementerian harus menggunakan jasa outsourcing dari perusahaan penyalur. Oleh karena itu, Pusdiklat
Kemenkominfo harus menggunakan rekanan dibawah PT dan CV penyalur tenaga kerja outsourcing dalam kinerja di Pusdiklat Kemenkominfo. Namun,
pihak Kasubag Kepegawaian dapat merekomendasikan para pekerja outsourcingnya yang kinerjanya lebih baik dan terus meningkat untuk tidak
bekerja melalui jasa penyalur outsourcing. Penerapan outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo sangatlah berjalan
dengan baik, dimana para outsourcing tetap menjalankan kinerjanya dengan maksimal sesuai dengan tanggung jawab yang mereka emban masing-masing.
Perolehan data yang didapatkan dari penulis bahwa Pegawai outsourcing yang bekerja di Pusdiklat Kemenkominfo berjumlah sebanyak 45 orang
dimana diantaranya terdisi dari, driver, pramubakti, cleaning servis, dokter, perawat, dan teknisi termasuk didalamnya pegawai honorer yang dapat
dikatakan sebagai
pegawai outsourcing
diligkungan Pusdiklat
Kemenkominfo. Pegawai honorer disinipun sudah ditentukan masa kerjanya, mereka tidak
dapat melakukan pengangkatan karir apabila mereka belum mencapai masa kerja yang sudah ditentukan oleh Pusdiklat Kemenkominfo, misalnya 15
tahun kerja. Oleh karena itu, apabila pegawai honorer ingin mengajukan pengangkatan jabatannya menjadi PNS sebelum 15 tahun, pengajuan mereka
pun tidak dapat diterima oleh pihak Pusdiklat Kemenkominfo karena belum sesuai dengan masa kerjanya. Kemudian, penulis mengemukakan dari
pemamaparan yang didapatkan dari perolehan data di Pusdiklat Kemenkominfo, bahwa kedepannya setiap kementerian mendapatkan
monotarium yang dikeluarkan oleh Peraturan Presiden dan PerMen bahwa tidak ada pengangkatan kembali bagi karyawan honorer menjadi PNS,
kecuali pada dunia medis atau tenaga pendidikan. Pusdiklat Kemenkominfo menerapkan jasa outsourcing karena agar para
pegawai di Pusdiklat tidak terjadi tumpang tindih dalam hal pekerjaan, seperti, dimisalkan pegawai PNS yang bekerja sebagai koordinator peserta
Diklat menjalankan pekerjaan juga sebagai driver atau membersihkan halaman, dan hal itu tidak akan terjadi, karena fungsi utama di Pusdiklat
Kemenkominfo yaitu menjalankan kinerja Pusdiklat agar para Diklat
merasakan kepuasan setelah melakukan diklat yang telah diselenggarakan di Pusdiklat Kemenkoinfo. Oleh karena itu, Pusdiklat menerapkan sistem
outsourcing dengan pembagian tugasnya masing-masing dan harus berjalan dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Sistem outsourcing di lingkungan Pusdiklat Kemenkominfo pun harus berjalan dengan maksimal dengan peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan
oleh Pusdiklat Kemenkominfo tersebut. Harus ada evaluasi dan koordinator langsung dilapangan yang mengaawsi secara langsung penerapan dari sistem
outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo. Seperti, Kedisiplinan dalam soal absensi para pegawai outsourcing yaitu, kedisiplinan dari awal masuk kerja
sampai waktu pulang kerja, keterlambatan kehadiran dan tepat waktunya kehadiran para pegawai serta pekerjaan mereka di lapangan seperti apa,
semua itu dikontrol dan terus diawasi oleh koordinator kepegawaian Outsourcing di Pusdiklat Kemenkoinfo. Berdasarkan data yag diperoleh
penulis, pihak Koordinator kepegawaian di Pusdiklat sangat puas dengan kinerja outsourcing mereka yaitu apabila di persentasekan 80 persen bagus
kinerjanya sedangkan 20 persen mereka belum maksimal bekerjanya. Dalam penerapan outsourcing terdapat beberapa alasan startegis untuk
melakukan outsourcing di perusahaan yaitu : 1.
Keuntungan strategik merupakan keuntungan yang bertujuan untuk jangka panjang
2. Keuntungan taktikal merupakan keuntungan yang dikaitkan dengan
kegiatan operasi perusahaan 3.
Keuntungan transformasional merupakan keuntungan untuk melakukan perubahan
3
Sehingga dengan menerapkan sistem outsourcing di suatu perusahaan, maka suatu perusahaan memperoleh keuntungan-keuntungan, yaitu :
1. Dengan melimpahkan hal-hal operasional pada pihak lain
perusahaan outsourcing, perusahaan dapat meningkatkan fokus bisnisnya core business,
2. Outsourcing membuat risiko operasional prusahaan dapat terbagi
kepada pihak lain. 3.
Sumber daya perusahaan yang ada bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain.
4. Mengurangi biaya pengeluaran capital expenditure karena dana
yang sebelumnya dipergunakan untuk investasi, bisa difungsikan sebagai biaya operasional.
5. Perusahaan dapat memperkerjakan Sumber Daya Manusia SDM
yang berkompeten, karena tenaga kerja yang disediakan oleh
3
Chandra Suwondo, Outsourcing; Implementasi di Indonesia, Jakarta: Elex Media Computindo, h.11-13.
perusahaan outsourcing adalah tenaga yang sudah terlatih sehingga hampir pasti berkompeten dalam bidangnya.
4
Sehingga penerapan outsourcing di Pusdiklat Kemenkominfo sangat lah menguntungkan bagi Pihak Pusdiklat dikarenakan para pegawai dapat
tetap okus dengan pekerjaan yang mereka jalani masing-masing tanpa memikirkan pekerjaan lainnya, dan para pekerja outsourcing tersebut pun
dilindungi dalam hal pengupahan, dikarenakan sistem pengupahan diberikan secara langsung kepada pekerja outsourcing tanpa melalui
perantara penyalur jasa outsourcing, karena Pusdiklat Kemenkominfo sendiri lah yang mengatur dan mengolah para pekerja outsourcing
tersebut.
B. Hak Kesejahteraan yang Diperoleh Pekerja Outsourcing