beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai penerima pekerjaan.
8
Berdasarkan ketentuan pasal 2 KEPMEN No. 101 tahun 2004 dikatakan bahwasannya :
“untuk dapat menjadi perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh perusahaan wajib memliki ijin operasional dari instansi yang bertanggung
jawab dibidang ketenagakerjaan di kabupatenkota sesuai domisili perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh”.
2. DASAR HUKUM HAK KESEJAHTERAAN OUTSOURCING
Jika dilihat kembali dasar hukum outsourcing itu sendiri terdapat didalam pasal 64, 65, dan 66 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, namun jika mengenai kesejahteraan para pekerjaburuh dasar hukum tersebut dijelaskan didalam pasal 99 yaitu,
“1 Setiap pekerjaburuh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial
tenaga kerja. 2 Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku .”
9
Selanjutnya juga terdapat didalam Pasal 100 yaitu, “1 Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerjaburuh dan keluarganya,
8
Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing Alih Daya ditinjau dari aspek hukum ketenagakerjaan tidak mengaburkan hubungan industrial,
http:www.nakertrans.go.idarsip beritanakeroutsourcing.php. 29 Mei 2005.
9
Undang-Undang Ketenagakerjaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,h.41
pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. 2 Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerjaburuh dan ukuran kemampuan perusahaan. 3 Ketentuan mengenai jenis dan
kriteruia fasilitas kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerjaburuh dan ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dan ayat 2, diatur dengan Peraturan Pemerintah. ”
10
Dan yang terakhir mengenai dasar hukum tentang kesejahteraan yang terdapat didalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, yaitu Pasal 101, dimana dijlaskan didalam pasal tersebut, yaitu: “1 Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh,
dibentuk koperasi pekerjaburuh dan usaha-usaha produktif di perusahaan. 2 Pemerintah, pengusaha, dan pekerjaburuh atau serikat
pekerjaserikat buruh
berupaya menumbuhkembangkan
koperasi pekerjaburuh, dan mengembangkan usaha produktif sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1. 3 Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku. 4
Upaya-upaya untuk
10
Undang-Undang Ketenagakerjaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,h.42
menumbuhkembangkan koperasi pekerjaburuh sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
”
11
3. JENIS-JENIS OUTSOURCING