2. Berbagai macam informasi juga desas-desus mengenai pekerjaan dinilai
sebagai dukungan moral atau sebagai tekanan atau juga sebagai dukungan suatu yang netral.
3. Moral kerja juga tergantung pada, apakah karyawan itu merasa dapat
mempengaruhi mereka ketimbang keputusan mereka sendiri.
2.1.5 Cara Untuk Meningkatkan Semangat Kerja Karyawan
Menurut Nitisemito 1996, ada beberapa cara untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Caranya dapat bersifat materi maupun non materi, seperti antara
lain : 1. Gaji yang sesuai dengan pekerjaan.
Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaan kepada karyawannya. Sesuai di sini adalah jumlah yang mampu
dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Makin besar gaji yang diberikan berarti semakin tercukupi kebutuhan karyawan.
Dengan demikian karyawan akan mendapatkan ketenangan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga semangat kerjanya akan dapat
diharapkan lebih meningkat. 2. Memperhatikan kebutuhan rohani.
Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang sesuai dengan pekerjaan, maka mereka juga membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani ini
antara lain adalah menyediakan tempat untuk menjalankan ibadah, rekreasi, partisipasi dan sebagainya sehingga semangat kerja dapat ditingkatkan.
3. Menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi beban kerja. Suasana kerja yang rutin seringkali menimbulkan kebosanan dan ketegangan
kerja bagi karyawan. Untuk menghindari hal-hal seperti itu maka perusahaan perlu sesekali dalam waktu tertentu menciptakan suasana santai. Hal ini dapat
diciptakan dengan jalan mengadakan rekreasi bersama-sama, mengadakan pertandingan olah raga antar karyawan, dan lain sebagainya yang dapat
menimbulkan semangat kerja karyawan. 4.
Harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian. Persoalan harga diri merupakan persoalan yang cukup tinggi. Pihak perusahaan
bukan saja perlu memperhatikan harga diri, akan tetapi kalau perlu bahkan membangkitkan harga diri para karyawannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan pujian atau penghargaan pada karyawan. 5.
Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat. Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang
tepat. Artinya tempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dengan keterampilan masing-masing. Ketidaktepatan dalam menempatkan posisi
karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Disamping itu semangat kerja
karyawan juga akan menurun. Jadi sesungguhnya masalah ketepatan menempatkan karyawan pada posisi yang tepat merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam usaha membangkitkan semangat kerja karyawan.
6. Berikan kesempatan pada mereka yang berprestasi.
Semangat kerja karyawan akan timbul jika karyawan mempunyai harapan untuk dapat maju. Sebaliknya jika karyawan tidak mempunyai harapan untuk
maju dalam perusahaan maka semangat kerjanya lama-kelamaan akan menurun. Jadi hendaknya setiap perusahaan memberikan kesempatan
karyawannya untuk dapat maju. 7.
Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan. Semangat kerja karyawan akan terpupuk jika karyawan memiliki perasaan
aman terhadap masa depan profesinya. Untuk menciptakan rasa aman menghadapi masa depan karyawannya ada perusahaan yang melaksanakan
program pensiun bagi karyawannya. Tetapi tidak hanya itu, kestabilan perusahaan juga menjadi jaminan perasaan aman bagi karyawan. Perusahaan
yang usahanya tidak stabil akan menimbulkan kecemasankekhawatiran karyawannya. Jadi sebaiknya perusahaan berusaha agar usahanya stabil.
8. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas dan keperdulian terhadap
organisasi. Kesetiaan atau loyalitas karyawan terhadap perusahaan akan dapat
menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dapat menciptakan semangat kerja. Untuk dapat menimbulkan loyalitas karyawan terhadap
perusahaan maka pihak perusahaan harus mengusahakan agar para karyawannya merasa senasib dengan perusahaan. Salah satu cara untuk
menimbulkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan ialah dengan
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk ikut berpartisipasi dalam perusahaan tersebut.
9. Pemberian insentif yang terarah dalam aturan yang jelas.
Dengan memberikan tambahan penghasilan secara langsung kepada para karyawan yang menunjukkan kelebihan prestasi kerjanya. Cara seperti ini
sangat efektif untuk mendorong semangat kerja karyawan. Tentu saja cara seperti ini harus disertai dengan kebijakan yang tepat.
10.Fasilitas kerja yang menyenangkan yang dapat membangkitkan gairah kerja. Setiap perusahaan bilamana memungkinkan hendaknya menyediakan fasilitas
yang menyenangkan bagi para karyawannya. Apabila dengan fasilitas tersebut ternyata mampu menambah kesenangan pada karyawan, maka berarti semangat
kerja dapat pula ditingkatkan.
Sedangkan Halsay seperti dikutip dalam Anoraga Suyati, 1995 mengemukakan beberapa cara untuk menciptakan dan memupuk semangat kerja
di kalangan karyawan yaitu: 1.
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mewujudkan kepribadiannya di dalam pekerjaannya.
2. Perasaan bahwa usaha-usahanya dihargai.
3. Karyawan hendaknya menaruh kepercayaan di dalam kebaikan-kebaikan
tujuan umum dari organisasinya dan bagiannya di dalam organisasi itu. 4.
Jangan ada sesuatu yang merugikan pada karyawan itu yang akan mengurangi rasa harga dirinya.
5. Rasa aman dalam bekerja.
6. Memberikan kesempatan untuk maju.
7. Karyawan hendaknya menyukai secara pribadi dan menghormati pengawasnya.
8. Karyawan hendaknya menemukan di lingkungan pekerjaannya itu pengalaman
kemasyarakatan yang memuaskan.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang dapat dipakai oleh pihak pimpinan untuk meningkatkan semangat kerja dan
mempertahankan agar tetap tinggi, yang keseluruhannya dapat digolongkan dalam dua macam pemenuhan kebutuhan dari karyawannya. Pertama, pemenuhan atas
materi yang dapat berupa gaji yang cukup, berbagai macam tunjangan tambahan atau insentif dan sebagainya. Kedua, yaitu pemenuhan atas kebutuhan non materi
yang dapat berupa pemberian pujian, memberikan kesempatan karyawan untuk maju, perasaan aman dalam bekerja dan sebagainya.
2.2 Persepsi