menguntungkan sifat tersebut, dibandingkan dengan elemen lain dengan mana ia sedang dibandingkan.
Bila membandingkan suatu elemen dalam matriks dengan elemen itu sendiri, misalnya A
1
dengan A
1
, perbandingan itu harus memberi bilangan satu 1, maka istilah diagonal matriks itu dengan bilangan - bilangan 1. Dengan
demikian selalu bandingkan elemen pertama dari suatu pasangan elemen di kolom sebelah kiri matriks dengan elemen yang kedua elemen di baris puncak
dan tafsir nilai numeriknya dari Tabel 3.2. Nilai kebalikannya untuk perbandingan elemen kedua.
3.9.1.3. Synthesis Of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks matriks - matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarky. Pengurutan elemen-
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
3.9.1.4. Logical Consistency
AHP utamanya didasarkan pada pairwise comparison yang digunakan para pengambil keputusan untuk menentukan preferensi antara alternatif-alternatif
keputusan untuk kriteria yang berbeda. Prosedur normal AHP untuk membuat komparasi pasangan ini adalah para pewawancara membuat skala preferensi
verbal dari para pengambil keputusan itu. Namun, bila para pengambil keputusan harus membuat perbandingan yang cukup banyak tiga atau lebih, ia dapat saja
Universitas Sumatera Utara
kehilangan telusuran tentang respon sebelumnya. Oleh karena AHP dibuat berdasarkan respon-respon ini, adalah penting sekali untuk menjaga agar respon
tersebut absah valid serta konsisten. Artinya, preferensi yang diberikannya pada suatu set komparasi pasangan haruslah konsisten dengan set komparasi lainnya.
Ketidakkonsitensian ini bisa saja menyusup ke dalam AHP jika para pengambil keputusan diminta untuk membuat respon verbal untuk komparasi
pasangan yang banyak. Secara umum memang hal ini tidak menjadi masalah yang serius, sampai batas tertentu sedikit inkonsistensi dapat saja terjadi. Namun perlu
dihitung sebuah indeks konsistensi yang mengukur derajat ketidakkonsistenan pada komparasi pasangan ini.
Indikator konsistensi diukur melalui Consistency Index CI yang
dirumuskan : CI = Z
maks
– n n-1
Keterangan : n
= jumlah jasa yang dibandingkan Z
maks
= harga rata-rata yang dihitung sebelumnya Jika CI = 0 maka pengambil keputusan adalah konsisten sempurna
Pertanyaan berikutnya adalah seberapa jauh inkonsistensi tersebut dapat diterima. Untuk ini, bandingkan CI dengan indeks random yakni indeks
konsistensi dari matriks komparasi pasangan secara random. Harga RI ditunjukkan pada Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3. Harga Random Index
N 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI
0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,51
Universitas Sumatera Utara
Jadi derajat inkonsistensi untuk komparasi pasangan pada matriks kriteria keputusan pada contoh terdahulu dihitung dengan rasio CI terhadap RI :
CR = CI RI
Keterangan : CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index RI : Random Consistency Index
Secara umum, derajat konsistensi cukup memuaskan bila :
CI RI 0,10
3.9.2. Konsistensi Hierarki