Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka

17 cermin dari perkembangan peradaban kita yang kaya. Koran langka tersebut memuat rekor tak ternilai dari orang-orang dan peristiwa yang membentuk bangsa kita dan dunia. 16 Tidak hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri sekalipun sangat peduli terhadap koran langka. Seperti kutipan pada situs yang menyediakan banyak koleksi koran langka : “Hindari kondisi panas, cerah dan kering. Bukan suatu kebetulan karena itu arsip sejarah ini diawetkan dan disimpan di pantai di Skotlandia dekat Skotlandia Book National City - Wigtown Dumfries and Galloway. ” 17 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koran langka memiliki nilai sejarah sangat tinggi maka perlu dilestarikan dan diawetkan. Seiring dengan berjalannya waktu, koran-koran langka tersebut mengalami kerusakan bahkan ada yang mengalami kehancuran, sehingga koran tersebut tidak layak digunakan. Oleh sebab itu perlu penanganan khusus guna mencegah kerusakannya dan perlu dilestarikan keberadaannya agar tetap bisa digunakan oleh pemustaka untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

E. Faktor Penyebab Kerusakan Koran Langka

Bahan pustaka koran langka pada umumnya merupakan bahan yang terbuat dari kertas dan mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak oleh biota seperti jamur, serangga dan binatang pengerat. Pelestarian dan perawatan koran langka di lingkungan perpustakaan merupakan kegiatan yang perlu mendapat 16 The Mitchell Archives, Historic Newspaper. Diakses pada pukul 20.30 WIB tanggal 5 Juni 2015 dari http:mitchellarchives.comhistory 17 Backissue Newspapers, Historic Newspaper Archive. Diakses pada pukul 20.25 WIB tanggal 5 Juni 2015 dari http:www.backissuenewspapers. co.ukInfoHistoric-Newspaper- Archive 18 perhatian. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka khususnya koran langka, pertama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya merusak kertas pada koran langka serta mengetahui bagaimana mencegahnya, sehingga buku tidak mudah rusak 18 . Untuk dapat memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami beberapa faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut, antara lain, sebagai berikut: 1. Faktor Biologi a. Fungi Jamur Jamur atau fungi adalah tumbuhan yang tidak berklorophyl. Jamur mengambil makanan dari makhluk lain sebagai parasit atau mengambil bahan makanan dari bahan organik mati sebagai saphrophit. Bahan pustaka yang sudah terkena serangan jamur biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman buku tersebut tidak bisa dibuka, jika hal ini dipaksa besar kemungkinan kertas tersebut akan robek sehingga bahan pustaka tersebut menjadi rusak. Jamur juga memproduksi beberapa macam asam organic, seperti: asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi cepat rapuh. 19 18 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 h.121 19 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998. h.13 19 b. Serangga dan binatang pengerat Adapun perusak utama bahan pustaka yaitu binatang-binatang yang hidup pada daerah tropik dan subtropik serta memiliki kombinasi suhu dan kelembaban yang sangat cocok bagi kehidupannya layaknya rayap, kecoa, kutu buku, silver fish, dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap. 1 Kecoa Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau di dalam rumah atau perpustakaan. Tempat-tempat ini bagi mereka merupakan tempat yang memiliki banyak makanan, dan bisa juga dijadikan sarang oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya. 2 Rayap Rayap adalah serangga yang sangat berbahaya terutama dapat merusak bahan pustaka yang mengandung sellusoa di daerah tropis maupun subtropis. Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitasnya dapat meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna pucat tidak berwarna putih, tampak seperti semut, dan hidupnya