Usaha Perbaikan Koleksi Koran Langka
36
“Laminasi berarti menutup satu lembar kertas atau dokumen diantara dua lembar bahan penguat. Cara tersebut cocok dan tepat
apabila dipergunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara-cara lain seperti menambal, menyambung,
penjilidan, dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi lebih awet.
”
42
Untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan
oleh proses keasaman pada kertas, Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan
pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali.
Oleh karena itu pelaksanaan laminasi adalah cara yang efektif untuk melindungi bahan pustaka agar lebih awet.
4. Enkapsulasi
Menurut Muhammadin Razak dalam buku Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip memberi pengertian enkapsulasi bahwa:
“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan
dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang arena
dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena
terlalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik di enkapsulasi, karena untuk menambal
kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”
43
Jenis-jenis kertas yang dienkapsulasi adalah jenis kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Pada
enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa
42
Ibid. h.58.
43
Ibid. h.56
37
dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas. Yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan enkapsulasi bahwa dokumen kertas harus bersih, kering dan bebas asam sudah di deasidifikasi, dan perekat pada
callotape 3M tidak boleh menyentuh dokumen, dokumen yang di enkapsulasi harus dapat dibuka kembali jika diperlukan.
44
5. Deasidifikasi
Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam yang sedang merusak kertas dan memberi bahan penahan buffer untuk melindungi kertas dari
pengaruh asam yang berasal dariluar. Asam pada kertas dapat dinetralkan dengan basa, kedua zat ini dapat bereaksi menghasilkan garam netral.
Garam ini nanti yang akan bertindak sebagai buffer untuk melindungi kertas dari kerusakan lebih lanjut. Deasidifikasi tidak dapat memperkuat
kertas yang sudah rapuh oleh pengaruh asam, cara ini hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari
kontaminasi asam. Alat-alat yang diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa
suatu bahan, dengan mengukur derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara lain 0-7 dan basa antara 7-14, pH 7 adalah
netral atau normal. Jika pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kertas
itu sudah parah.
44
Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 47
38
Untuk mengetahui tingkat keasaman pada kertas, satu titik pada kertas dibasahi dengan air suling. Kemudian pH nya diukur dengan pH
meter atau kertas pH.
45
Selain itu ada cara lain yaitu dengan menggunakan spidol pH adalah dengan menggoreskan spidol tersebut
pada kertas di buku, kemudian kiat akan melihat perubahan warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang
menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena akan meninggalkan bekas goresan pada kertas atau buku.
46
6. Alih Media
Untuk mengatasi kekurangan ruangan atau tempat di Perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah hampir rusak
atau berpotensi rusak, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan ahli bentuk yaitu pada buku yang telah rapuh. Dan
kandunganisi buku itu sangat berharga, namun buku itu hanya ada satu copy, sedangkan di pasaran sudah tidak mungkin didapatkan seperti
buku-buku langka, Undang-Undang Dasar naskah asli, dan lain-lain yang bernilai sejarah. Maka menyelamatkannya dapat dengan cara Alih
Media.
47
Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan,
45
Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustakan dan Arsip, 1992, h.43.
46
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999. h.105
47
Muhammad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, h. 16.
39
pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah
pencarian kembali.
48
Alih bentuk yang paling terkenal adalah mikrofilm. Mikrofilm ini merupakan bentuk lain dari bahan tercetak seperti buku,
majalah, atau surat kabar. Bentuk mikro dapat berupa gulungan mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan mikropaque.
7. Penjilidan
Penjilidan adalah menggabungkan lembaran-lembaran kertas yang lepas menjadi satu, yang dilindungi dengan ban atau sampul.
49
Buku merupakan tumpukan kertas yang berstruktur saling terikat satu sama
lain. Struktur buku terdiri atas : segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan
sebagainya. Agar srtuktur itu tidak lepas dengan satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid.
50
Perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan penjilidan meliputi pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas,
gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Sedangkan bahan untuk jilidannya yaitu kertas, kain linen,
perekat, benang dan kawat jahit.
48
Tjetjep S. Surialaga,dkk. “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol.II no.2 2002, h.56.
49
Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustakan dan Arsip, 1992, h.39.
50
Sholiatalhanin. “pelestarian Preservation Bahan Pustaka di Perpustakaan”.
http:testiani170885.wordpress.com20090511pelestarian-preservation-bahan-pustaka-di- perpustakaan
. Diakses pada tanggal 17 Maret 2015 jam 12.00 WIB.
40