Faktor Penyebab Kerusakan Koran Langka
20
berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.
20
Tiap koloni terdiri dari raja, ratu, dan pekerja.
3 Kutu Buku
Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1-2 mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga
disebut juga kutu debu dust lice, kebanyakan tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat.
Kutu buku betina dapat bertelur sekitar 20 sampai 100 butir terletak secara tersebar. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian
punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat hilang
21
. Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas yang
ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat
jilidan atau bagian pada kertas. 4
Tikus Hewan ini tidak hanya berbahaya bagi para petani pemilik ladang dan
sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada berbagai jenis tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak kertas.
Adapun yang dikenal sebagai perusak buku adalah jenis-jenis berikut ini :
20
Ibid h.6
21
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.38-39
21
a Tikus rumah, jenis ini terbagi dua, yaitu tikus bertubuh besar dan
tikus bertubuh kecil. b
Tikus sawah, jenis ini memang hidupnya di sawah tetapi apabila telah masuk ke dalam rumah atau perpustakaan dapat menimbulkan
bahaya seperti yang diakibatkan oleh tikus rumah. c
Tikus parit, tikus ini sering hidup di dalam parit-parit atau di dalam got dan sering membuat sarang di bawah fondasi rumah serta
jarang mendatangkan bahaya langsung terhadap kertas. Binatang ini biasanya memakan kertas-kertas yang disimpan dalam gudang
dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang
22
.
2.
Faktor Fisika
Selain faktor biologi, seperti: serangga, jamur, dan binatang pengerat dan sebagainya, masih ada faktor lain yang tidak kalah hebatnya dalam merusak
bahan pustaka yaitu faktor fisika di antaranya adalah : a.
Debu Debu termasuk partikel zat yang paling ringan dan mudah diterbangkan
oleh angin dan dapat masuk ke dalam perpustakaan melalui pintu, jendela atau melalui lubang angin pada tembok. Dalam keadaan lembab, debu
yang melekat pada buku biasanya dapat menyebabkan buku ditumbuhi jamur sehingga buku cepat rusak dan rapuh. Untuk merawat buku agar
terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dengan cara menjaga
22
Muhammadin Razak
.
Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992. h.24
22
kebersihan yang berarti dalam ruangan penyimpanan harus bebas dari debu dan kotoran. Suatu program pembersihan yang teratur dan terus-
menerus harus diselenggarakan.
23
b. Suhu dan Kelembaban
Bahan pustaka yang berupa kertas sangatlah rawan rusak akibat suhu yang terlalu tinggi. Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban
udaranya relatif tinggi pada musim hujan. Kombinasi antara kelembaban yang tinggi dengan suhu yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan
jamur dan serangga. Jika kelembaban udara terlalu tinggi akan menyebabkan tinta yang larut dalam air menyebar dan kertas pada buku
akan saling menempel yang akan sulit dilepas pada saat kering. Sebaliknya jika kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas
menjadi kering, dan sampul yang terbuat dari kulit akan keriput. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang
menyebabkan struktur kertas menjadi.
24
c. Cahaya
Didalam perpustakaan cahaya sangat berguna sebagai sumber penerangan ruangan, terutama untuk pemustaka ketika membaca di
perpustakaan. Namun
intensitas cahaya
sangat mempengaruhi
mikroorganisme dan radiasi UV, dalam kisaran 3100-4000A merangsang pembentukan konidia beberapa spesies jamur, misalnya: pada Alternaria,
23
Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. h.11
24
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. h.92
23
Aureobasidium, Fusarium.
25
Semakin lama kertas terkena cahaya, kertas tersebut akan kepanasan dan rusak serta berubah warna menjadi kuning
dan rapuh akhirnya rusak. Oleh sebab itu hindarilah sinar ultra violet sinar matahari yang langsung masuk ke dalam perpustakaan guna
menhindari kerusakan buku. Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dapat rusak oleh pengaruh cahaya terutama cahaya matahari.
3.
Faktor Kimia
Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas
yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya
warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air H
2
O. Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat
selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan
mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada
kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi, serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan
dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur
25
Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998. h.21
24
dioksida SO
2
, nitrogen dioksida NO
2
karbondioksida CO
2
dan gas-gas lain seperti ozon.
26
4.
Faktor Manusia dan Faktor Lainnya
Selain serangga maupun binatang pengerat, penyebab rusaknya bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor fisika dan kima, ada lagi faktor lain
yang tidak kalah hebatnya dalam hal merusak bahan pustaka. Berikut beberapa di antaranya:
a. Manusia
Manusia sebagai pengguna perpustakaan adalah sahabat dari bahan pustaka, namun adakalanya manusia dapat menjadi musuh yang setia
bagi bahan pustaka. Kerusakan yang dilakukan oleh manusia terhadap bahan pustaka yaitu kerusakan yang disengaja maupun tidak disengaja.
Maka manusia dapat pula digolongkan sebagai musuh bahan pustaka dan arsip. Buku dapat rusak karena pemakaian yang berlebihan atau
kebiasaan buruk sewaktu memakainya.
27
. Terkadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak disengaja, membuat lipatan sebagai
tanda batas baca buku, terkadang merobek kertas dan lebih parahnya mencoret-coret buku tersebut. Namun kerusakan bahan pustaka
cenderung justru disebabkan oleh pustakawan sendiri yang setiap harinya kontak langsung dengan buku, biasanya pustakawan harus tahu
bagaimana mengambil buku di rak, atau menempatkan buku kembali ke
26
Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.46
27
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006. h.317
25
rak. Di dalam rak buku tidak boleh diisi terlalu penuh, dan tidak boleh dipaksakan bila sudah padat cukup 80 persen saja.
28
Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi faktor yang sangat dominan dalam merusak bahan
pustaka ialah faktor manusia itu sendiri. Jika para pemustaka meminjam buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, seperti:
tidak merusak, mencoret, maupun mengotori buku tersebut. Apabila buku yang dipinjam hilang, maka harus diberikan sanksi yang tegas atau
menggantinya dengan buku yang sama dan sejenis. b.
Bencana Alam Bencana alam adalah salah satu faktor penyebab rusaknya bahan pustaka.
Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, atau kebakaran dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang
sangat banyak dan terjadi secara seketika. Meskipun bencana alam tidak terjadi secara periodik, namun hal ini perlu diantisipasi sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerusakan yang terjadi akibat kebanjiran akan menimbulkan noda dan kotoran sehingga jamur dapat
berkembang biak dan berakar di sela-sela serat kertas
29
. Demikian pula bahaya api kebakaran sangat berbahaya, api dapat merusak bahan
pustaka, bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan- kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif,
seperti :
28
Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.47
29
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. h.95
26
1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala, agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan seperti arus pendek dan konsleting. 2.
Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.
3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung.
4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis
untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Dan fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala.
5. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati dan terkontrol.
6. Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau. Alat pemadam ini harus diganti kembali bila sudah habis masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di
dalamnya terdapat benda-benda organik, seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO
2
karbondioksida. c.
Air Walaupun kemungkinan kecil bahan pustaka akan terkena air, ada
baiknya mewaspadai bahaya bila kertas terkena air, air dapat meningkatkan prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan,
sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya. Faktor ini dapat ditimbulkan
berbagai sebab, misalnya: atap genting perpustakaan yang bocor, ataupun terkena musibah banjir, air buangan pipa pemanasan sentral, alat
pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya.
27
d. Api
Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari ibu rumah tangga, api
sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan apabila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya
yaitu menimbulkan kebakaran. Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak koleksi bahan pustaka berharga dan
fasilitas perpustakaan yang tidak murah harganya mengalami kerusakan berat atau bahkan kepunahan dikarenakan kebakaran. Perlindungan
terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari desain arsitek dan perbaikan bahan bangunan. Segi-segi desain seperti ruangan terbuka
yang luas, tangga yang dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu dihindari.
30