Identifikasi Miskonsepsi dengan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

c Menghubungkan peta konsep dengan pernyataaan proposisi yang telah dibuat untuk memastikan bahwa keduanya memang akan menguji topik yang sama dan telah mewakili konten yang akan diselidiki. Tahap ini dilakukan oleh peneliti. d Memvalidasi konten, yaitu dengan memvalidasi pernyataan proposisi dan peta konsep kepada guru sains, guru sains di sekolah menengah dan saintis. 2 Tahap kedua: mendapatkan informasi tentang miskonsepsi siswa a Memeriksa literatur terkait yang berhubungan dengan topik penelitian miskonsepsi. Dengan memeriksa deskripsi miskonsepsi dan wilayah yang dianggap sulit oleh siswa pada topik tersebut akan memungkinkan untuk membangun informasi dasar dalam mengembangkan pertanyaan pilihan ganda. b Melaksanakan wawancara tak terstruktur kepada siswa. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi tentang miskonsepsi siswa. Siswa yang diwawancarai adalah siswa yang telah menyelesaikan pembelajaran pada topik tersebut. Pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan “open ended question”. Pendapat dari siswa kemudian dibandingkan dengan pendapat dari guru. Hasil wawancara ini akan membantu untuk mengidentifikasi wilayah pemahaman dan miskonsepsi serta sebagai ide untuk tahap penelitian lebih lanjut menggunakan pilihan ganda dengan alasan bebas. c Mengembangkan soal pilihan ganda dengan respon bebas dimana setiap soal pilihan ganda dibuat berdasarkan pernyataan proposisi dan didesain untuk memperbaiki miskonsepsi sesuai hasil penelitian sebelumnya tentang kesulitan belajar dan berdasarkan hasil wawancara. Setiap soal pilihan ganda disertai ruang kosong untuk menuliskan alasan 3 Tahap ketiga: pengembangan tes diagnostik a Pengembangan two-tier diagnostic test 1 Tingkat pertama pertanyaan terdiri dari 2-3 pilihan jawaban 2 Tingkat kedua pertanyaan terdiri dari 4 pilihan alasan jawaban 3 Alasan jawaban terdiri dari: jawaban benar, miskonsepsi yang teridentifikasi atau miskonsepsi, dan jawaban pengecoh lain bila diperlukan. 4 Pilihan ganda tingkat kedua dikembangkan dari respon siswa pada pertanyaan dengan respon terbuka, wawancara, dan hasil penelitian sebelumnya. b Mendesain specification grid P embuatan “specification grid” untuk memastikan bahwa tes diagnostik telah mencakup pernyataan proposisi dan konsep yang terdapat dalam peta konsep yang sesuai dengan konten yang akan diselidiki. c Melakukan perbaikan Soal two tier kemudian diujikan di beberapa kelas yang berbeda untuk memastikan bahwa tes secara keseluruhan dapat digunakan untuk mendiagnosis miskonsepsi pada siswa. hal ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi tes ini sebagai alat identifikasi miskonsepsi. Selain Treagust, terdapat beberapa peneliti yang juga memberikan pedoman dalam penyusunan soal two-tier ini, antara lain Jing Ru Wang dan Cengiz Tuysuz. Pengembangan TTMC menggunakan metode Wang terdiri dari tiga tahapan utama seperti yang dijelaskan oleh Treagust, namun terdapat beberapa langkah tambahan pada setiap tahapan tersebut. Tambahan langkah tersebut adalah sebagai berikut: 43 1 Tahap pertama: menentukan domain konten a Meninjau isi buku teks dan pedoman pengajaran b Identifikasi pernyataan proposisi c Mengembangkan peta konsep d Menghubungkan pernyataan proposisi dengan peta konsep e Validasi konten 43 Jing Ru Wang, “Development and Validation of a Two-Tier Instrumen to Examine Understanding of Internal Transport in Plants and The Human Circulation System ”, International Journal of Science and Mathematics Education, Vol. 4, 2004, h. 136. 2 Tahap kedua: identifikasi konsepsi alternatif siswa a Meninjau literatur terkait b Pengembangan wawancara keterampilan c Melaksanakan wawancara d Melaksanakan tes pilihan ganda beralasan bebas 3 Tahap ketiga: pengembangan dan validasi instrumen a Pengembangan TTMC b Mendesain specification grid c validasi instrumen oleh ahli d Melaksanakan uji coba e Memperbaiki soal f Melaksanakan penelitian dan analisis statistik Pada penelitian ini digunakan aturan penyusunan TTMC sesuai metode yang diberikan Tuysuz. Dalam aturan penyusunannya, TTMC ini terdiri dari lima pilihan jawaban pada tingkat pertama dan lima pilihan jawaban pada tingkat kedua. Tahapan penyusunan TTMC menurut Cengiz adalah sebagai berikut: 44 1 Tahap pertama: wawancara Melakukan wawancara secara individu menggunakan open ended question. Melalui wawancara akan terungkap konsepsi yang dimiliki siswa. Selanjutnya, wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai pilihan pada tahap kedua paper and pencil test. 2 Tahap kedua: paper and pencil test Hasil dari wawancara digunakan untuk membuat soal pilihan ganda untuk paper and pencil test. Soal-soal ini didesain menjadi soal yang student-oriented dan berbeda dengan soal pilihan ganda biasa. Pada soal pilihan ganda ini, siswa diminta memilih jawaban dan menuliskan alasan alasan bebas untuk setiap jawaban mereka. Data yang didapatkan dari tes ini kemudian dianalisis dan dikembangkan menjadi soal TTMC. Soal pada tingkat pertama diambil dari gambaran representatif mereka dari hasil wawancara dan soal pada tingkat 44 Cengiz Tuysuz, “Development of Two-Tier Diagnostic Instrumen and Assess Student’s Misunderstanding in Chemistry ”, Scientific Research and Essay, Vol. 4, 2009, h. 627. kedua diambil dari penjelasan siswa pada paper and pencil test. Soal pada tingkat kedua dipersiapkan berdasarkan miskonsepsi siswa yang valid dan ditentukan oleh dua orang profesor pada mata pelajaran tersebut. Dalam penelitian ini, validasi tersebut dilakukan oleh kedua dosen pembimbing. 3 Tahap ketiga: Two Tier Test TTT TTMC atau disebut TTT oleh Tuysuz dikembangkan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada konsep tertentu dan menentukan apakah TTMC dapat digunakan sebagai alternatif dari soal pilihan ganda dalam dunia pendidikan. Soal TTMC yang telah dibuat melalui beberapa tahap di atas kemudian diujikan kepada sejumlah siswa untuk mendapatkan soal yang reliabel. d. Kelebihan Two-Tier Multiple Choice Kelebihan penggunaan instrumen TTMC dalam mengungkap miskonsepsi siswa antara lain: 1 Dengan menggunakan instrumen diagnostik ini pada awal pretest atau pada saat akhir post test dari materi tertentu, guru dapat memahami dengan lebih baik tentang pemahaman awal siswa dan setiap konsepsi atau miskonsepsi yang terjadi pada materi tertentu yang sedang dipelajari, sehingga guru dapat merencanakan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi timbulnya miskonsepsi siswa. Miskonsepsi yang terungkap, menunjukkan bahwa TTMC dapat berfungsi sebagai alat diagnostik yang efektif. 45 2 Menurut Cengiz, dalam pilihan ganda konvensional dengan lima kemungkinan jawaban, kemungkinan siswa menebak jawaban benar sebesar 20, tetapi dalam TTMC, kemungkinan tersebut diperkecil menjadi 4. 46 3 Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Treagust, TTMC juga dapat dipergunakan sebagai evaluasi formatif. Siswa secara berkelompok dapat mendiskusikan jawaban mereka. 47 45 Treagust, op. cit., h. 167. 46 Tuysuz, op.cit., h. 628. 47 Filocha Haslam dan David F. Treagust, “Diagnosing Secondary Students’s Misconceptions of Photosynthesis and Respiration in Plants using a two-Tier Multiple Choice Instrumen ”, Journal of Biologycal Education, Vol. 21, 1987, h. 209. 4 Dengan disediakannya alasan pada tingkat kedua akan mempermudah guru dalam penerapan dan pemeriksaan jawaban serta mempermudah dalam proses penskoran. 48 5 Dapat dilaksanakan serempak untuk sekelompok siswa sehingga dapat menghemat waktu. 6 Dibandingkan dengan tes diagnostik lainnya, pada tipe soal TTMC dengan alasan terbuka-tertututp dengan disediakan alasan untuk setiap pemilihan jawaban dan ruang kosong untuk menuliskan alasan lain pada pertanyaan tingkat kedua, guru dapat mengungkap adanya miskonsepsi siswa sampai dengan mengetahui apa konsepsi yang dimiliki siswa untuk materi pelajaran tertentu. e. Kelemahan Two-Tier Multiple Choice Selain memiliki berbagai kelebihan, penggunaan instrumen ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: 1 Masih terdapat kemungkinan menebak jawaban, baik pada pertanyaan tingkat pertama dan kedua. 2 Konsepsi siswa tidak secara keseluruhan dapat terungkap karena terdapat kemungkinan siswa malas menuliskan alasan mereka sendiri pada tipe TTMC terbuka-tertutup apabila alasan yang telah disediakan tidak sesuai dengan pendapat mereka. 3 Hasil penelitian menggunakan instrumen TTMC tidak mudah digunakan oleh praktisi pendidikan. Oleh karena itu, salah satu kemungkinan penerapannya di dalam kelas adalah dengan menggabungkan penemuan dari hasil penelitan ke dalam tes diagnostik. 49

B. Tinjauan Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Konsep Archaebacteria dan Eubacteria adalah konsep yang diajarkan di kelas X-IPA Sekolah Menengah Atas pada semester Ganjil. Adapun Standar 48 Treagust, op. cit., h. 165. 49 Treagust, op.cit, h. 167. Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran untuk konsep ini dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 SK, KD, dan Indikator Pembelajaran Standar Kompetensi: 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasar: 3.4 Mengidentifikasi ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan berdasarkan percobaan secara teliti dan sistematis. Indikator Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi ciri-ciri Archaebacteria 2. Mengidentifikasi ciri-ciri Eubacteria 3. Menjelaskan pengelompokkan Archaebacteria 4. Menjelaskan pengelompokkan Eubacteria 5. Menjelaskan reproduksi Bakteri 6. Menjelaskan cara bakteri mendapatkan nutrisi 7. Menjelaskan peranan bakteri dalam kehidupan 1. Archaebacteria Archaebacteria adalah makhluk hidup pertama yang menggunakan reaksi kimia anorganik untuk menghasilkan energi. Energi tersebut kemudian digunakan untuk membuat materi organik. Habitat Archaebacteria umumnya di tempat yang ekstrem sumber air panas, daerah yang mengandung garam, asama dan daerah yang sedikit mengandung Oksigen. 50 Archaebacteria dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut: 51 a. Halofili, yaitu golongan Archaebcateria yang hidup di perairan dengan salinitas tinggi. 50 Bagod Sudjadi dan Siti Laila, Biologi 1, Jakarta: Yudhistira, 2007, Cet. I, h. 43-45. 51 Ibid., h. 45-46. b. Metannogen, yaitu golongan Archaebacteria yang dapat mengubah Karbon dioksida CO 2 dan Hidrogen H 2 menjadi metana CH 4 . c. Termoasidofili, yaitu golongan Archaebacteria yang hidup di daerah sumber bersulfur. d. Pereduksi sulfur, yaitu golongan Archaebacteria yang menggunakan Hidrogen dan Sulfur anorganik sebagai sumber energinya. 2. Eubacteria Eubacteria dikenal sebagai bakteri sesungguhnya. Bakteri merupakan makhluk prokariotik tidak memiliki membran inti sel. Bakteri dapat hidup dimana saja. Bakteri juga banyak memiliki peran dalam kehidupan manusia. Umumnya bakteri memiliki diameter sekitar 0.5 mikron. Bakteri yang berbentuk batang memiliki lebar sekitar 0.2 sampai dengan 2 mikron dan panjangnya antara 1 sampai dengan 15 mikron. Beberapa jenis bakteri mampu membentuk spora di dalam sel mereka yang dikenal sebagai endospora. Endospora bukanlah alat reproduksi bagi bakteri, melainkan endospora adalah bentuk yang meindungi bakteri dari lingkungan yang berbahaya agar ia dapat tetap bertahan hidup. 52 3. Struktur tubuh bakteri Struktur bakteri terdiri dari: 53 a. Kapsul Kapsul adalah lapisan luar dari dinding sel yang dihasilkan oleh bakteri tertentu. Lapisan luar tersebut berfungsi untuk melindungi dinding bakteri, menyatukan bakteri ke dalam bentuk koloni, dan sebagai alat pertahanan terhadap infeksi inang. b. Dinding Sel Dinding sel pada bakteri terletak di antara kapsul dan membran sel. Dinding sel berfungsi untuk memberi kekuatan dan bentuk pada bakteri serta mengatur pertukaran zat-zat ke luar sel. 52 Ibid., h. 45. 53 Ibid., h. 47-48. c. Flagel Struktur flagel yang ada pada beberapa spesies bakteri berbentuk gelombang, kuat, dan memiliki suatu mekanisme gerak yang unik. Hal ini mengakibatkan bakteri dapat bergerak untuk merespons rangsangan yang datang. d. Membran Sel Membran sel tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein. Fungsi dari membran sel adalah mengatur selektivitas gradien osmosis dengan transfer makanan, mengorganisasi pembentukan dinding sel, serta sebagai pangkal perlekatan flagel. e. Materi Genetika Materi genetika bakteri terdiri dari DNA. DNA berada di dalam nukleoid inti yang tidak bermembran inti f. Pili Pili berfungsi sebagai alat pelekat dengan sel bakteri yang lain atau dengan bahan makanannya. g. Ribosom Merupakan organel sel bakteri yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. h. Plasmid Plasmid adalah kepingan kecil DNA yang terpisah dari DNA. Dalam dunia rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor pembawa DNA asing ke dalam bakteri inang. 4. Bentuk-bentuk bakteri Bentuk bakteri secara umum dapat dibedakan menjadi: 54 a. Bakteri Kokus Bakteri kokus merupakan bakteri yang memiliki bentuk dasar bulat. Bakteri kokus dibagi menjadi monokokus bulat satuan, diplokokus bulat berpasangan, streptokokus bulat berantai, stafilokokus bulat bergerombol, seperti buah anggur, dan sarsina bulat seperti kubus. 54 Ibid., h. 49-50.