Tinjauan Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

c. Flagel Struktur flagel yang ada pada beberapa spesies bakteri berbentuk gelombang, kuat, dan memiliki suatu mekanisme gerak yang unik. Hal ini mengakibatkan bakteri dapat bergerak untuk merespons rangsangan yang datang. d. Membran Sel Membran sel tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein. Fungsi dari membran sel adalah mengatur selektivitas gradien osmosis dengan transfer makanan, mengorganisasi pembentukan dinding sel, serta sebagai pangkal perlekatan flagel. e. Materi Genetika Materi genetika bakteri terdiri dari DNA. DNA berada di dalam nukleoid inti yang tidak bermembran inti f. Pili Pili berfungsi sebagai alat pelekat dengan sel bakteri yang lain atau dengan bahan makanannya. g. Ribosom Merupakan organel sel bakteri yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. h. Plasmid Plasmid adalah kepingan kecil DNA yang terpisah dari DNA. Dalam dunia rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor pembawa DNA asing ke dalam bakteri inang. 4. Bentuk-bentuk bakteri Bentuk bakteri secara umum dapat dibedakan menjadi: 54 a. Bakteri Kokus Bakteri kokus merupakan bakteri yang memiliki bentuk dasar bulat. Bakteri kokus dibagi menjadi monokokus bulat satuan, diplokokus bulat berpasangan, streptokokus bulat berantai, stafilokokus bulat bergerombol, seperti buah anggur, dan sarsina bulat seperti kubus. 54 Ibid., h. 49-50. b. Bakteri Basil Bakteri basil merupakan kelompok bakteri berbentuk dasar batang. Secara umum bakteri basil dibagi menjadi monobasil batang satuan, diplobasil batang berpasangan, dan streptobasil batang berantai. c. Bakteri Spirila Bakteri Spirila merupakan kelompok bakteri berbentuk dasar spiral. 5. Reproduksi bakteri Reproduksi bakteri dapat terjadi melalui: 55 a. Aseksual Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama dimulai dengan terbentuknya sekat melintang pada sitoplasma, fase kedua adalah tumbuhnya dinding melintang mengikuti sekat sebelumnya, Sementara fase ketiga adalah terbentuknya dua sel baru yang identik. b. Seksual Pada reproduksi seksual bakteri, bakteri tidak mengalami penyatuan inti, tetapi berupa pertukaran materi genetika rekombinasi genetika. Rekombinasi genetika dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu transformasi tanpa kontak langsung, transduksi lewat perantara virus, dan konjugasi lewat kontak langsung. 6. Nutrisi bakteri Bakteri memperoleh nutirisi atau makanannya melalui dua cara, yaitu: 56 a. Bakteri autotrof Bakteri autotrof adalah bakteri yang mampu memperoleh makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari fotoautotrof dan reaksi kimia kemoautotrof. 55 Ibid., h. 50-51. 56 Ibid., h. 54-55. b. Bakteri Heterotrof Bakteri heterotrof adalah bakteri yang tidak mampu membuat makanannya sendiri karena ketergantungan pada makhluk hidup lainnya. Berdasarkan cara hidupnya, bakteri heterotrof dibagi menjadi parasit mengambil dari makhluk hidup, dan saprofit mengambil dari makhluk yang sudah matibangkai 7. Peranan bakteri Beberapa bakteri memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, bahkan beberapa jenis bakteri amat membantu kehidupan kita sehari-hari. Manfaat bakteri di antaranya adalah membantu proses pembusukan, meningkatkan kesuburan tanah, menghasilkan bahan makanan dan minuman, menghasilkan asam, menghasilkan antibiotik, mendukung teknologi rekayasa genetika, mengekstrak bahan tambang, dan mendegradasi limbah. 57 Selain manfaat, bakteri juga menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia. Beberapa bakteri bahkan menyebabkan penyakit seperti difteri, tuberculosis, batuk rejan, gonore, sifilis, tifus, kolera, demam tifoid, disentri, dan keracunan makanan. 58

C. Hasil Penelitian yang Relevan

David F. Treagust pada tahun 1987 melakukan penelitan dengan judul “Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate Students’ Misconception in Science ”. Penelitian ini dilakukan pada konsep pada Biologi dan Kimia. Metode penyusunan instrumen meliputi tiga tahap utama, yaitu menentukan konten, mendapatkan insformasi miskonsepsi dan mengembangkan instrumen TTMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa kurang baik pada konsep yang diujikan. 59 Filocha Haslam dan David F. Treagust pada tahun 1987 melakukan penelitian dengan judul “ Diagnosing Secondary Students’ Misconceptions of Photosynthesis 57 Ibid., h 56- 59. 58 Ibid., h . 60. 59 Treagust, op.cit., h. 159-169. and respiration in Plant Using a Two-Tier Multiple Choice Instrumen ”. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII sampai dengan kelas XII di Australia. Metode penyusunan instrumen mengikuti pedoman yang diajukan oleh Treagust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa kurang baik tentang hubungan antara fotosintesis dan respirasi. 60 A.L. Chandrasegaran, Treagust dan Mauro Mocerino melakukan penelitian di tahun 2007 pada siswa sekolah menengah pertama pada kemampuan siswa untuk mendeskripsikan dan menjelaskan reaksi kimia menggunakan instrumen two-tier diagnostic test. 14 konsep diidentifikasi menunjukkan adanya kebingungan yang ditunjunkkan antara representasi makroskopik dan submikroskopik, kecenderungan untuk mengekstrapolasi sifat makroskopik sebagian besar zat ke tingkat submikroskopik, dan pemahaman yang terbatas dari sistem representasi simbolik. 61 Suwarto melakukan penelitian pada tahun 2010 di Sukoharjo dengan judul “Pengembangan The Two-Tier Diagnostic Test Pada Bidang Biologi Secara Terkomputerisasi”. Tes ini dikembangkan dengan perpaduan metode dari Treagust, Wang serta Odom dan Barrow. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA. Pengembangan program computer terkait dengan soal, siswa, tabel kerja, SQL Structured Query Language, ketuntasan dan grade. Hasil penelitian menunjukkan program computer untuk mendiagnosis kesulitan belajar telah berfungsi dengan baik. 62 Jing Ru Wang melakukan penelitian pada tahun 2004 di Taiwan dengan judul “Development and Validation of a Two-Tier Instrumen to Examine Understanding of Internal Transport in Plants and The Human Circulation System ”. Penelitian ini dilakukan pada siswa SD, SMP, dan SMA. Metode pengembangan tes dilakukan berdasarkan prosedur dari Treagust dengan sedikit penambahan langkah kerja pada setiap tahapannya. Konsepsi alternatif siswa yang terbesar 60 Haslam dan Treagust, op.cit., h. 208. 61 Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerin, op. cit., h. 1. 62 Suwarto, “Pengembangan The Two-Tier Diagnostic Test pada Bidang Biologi Secara Terkomputerisasi ”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2010, h. 161. pada konsep tersebut diklasifikasikan dalam tiga penjelasan, yaitu: keterhubungannya, bahasa yang digunakan dan anthromorphism. 63 Cengiz Tuysuz melakukan penelitian pada tahun 2009 di Turki berjudul “Development of Two-Tier Diagnostic Intrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry ”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX SMP. Metode penyusunan instrumen melalui tiga tahap, yaitu wawancara, pencil and paper test dan pengembangan TTMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TTMC efektif untuk menentukan miskonsepsi pada siswa dan bisa dipergunakan sebagai alternatif tes dari soal pilihan ganda biasa dalam menilai dan mengevaluasi pencapaian alternatif siswa. 64 Chi Yan Tsui dan David F. Treagust melakukan penelitian pada tahun 2010 berjudul “Evaluating Secondary Students’ Scientific Reasoning in Genetics Using a Two-Tier Diagnostic Instrumen ”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X dan XI SMA di Australia. Instrumen didesain berdasarkan prosedur yang diajukan oleh Treagust. Hasil penelitian menunjukkan TTMC berguna dalam mengungkap pemahaman dan kesalahpahaman pada siswa. 65 Edy Tarwoko pada tahun 2005 melaporkan profil-profil miskonsepi bakteri yang diidentifikasi menggunakan pilihan ganda beralasan terbuka. Miskonsepsi tersebut meliputi konsep-konsep: organisasi sel bakteri, bentuk morfologis sel bakteri, struktur anatomis sel bakteri, cara hidup bakteri, perkembangbiakan bakteri, klasifikasi bakteri dan peranan bakteri. 66

D. Kerangka Pikir

Banyak konsep yang telah dimiliki oleh siswa sejak kecil. Kemudian konsep- konsep tersebut telah mengalami modifikasi karena pengalaman-pengalaman yang baru siswa temui dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan pendapat Clement bahwa siswa sebenarnya sejak kecil telah mengkonstruksi konsep-konsep lewat 63 Wang, op.cit., h. 131. 64 Tuysuz, op.cit., h. 626. 65 Tsui dan Treagust, op.cit., h. 1073. 66 Edy Tarwoko, “Reduksi Miskonsepsi Bakteri Siswa-siswa SMAN 1 Sambung Macan dengan Pembelajaran Modul dan Lembar Kerja Siswa ”, Tesis UNS, 2005, h. i. pengalaman hidupnya, namun pengalaman mereka yang beraneka ragam di kemudian hari sangat mewarnai miskonsepsi yang terjadi di kelas. 67 Konsep-konsep awal yang dimiliki oleh siswa dapat sesuai dengan konsep ilmiah ataupun tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Perbedaan konsep awal dengan konsep ilmiah sangat berpengaruh pada perolehan pengetahuan tentang konsep berikutnya yang akan ia serap, hal inilah yang dapat meyebabkan terjadinya miskonsepsi. 68 Ada kalanya perbedaan konsep awal siswa dengan konsep ilmiah dapat diubah dengan mudah, namun ada kalanya pula sulit untuk diubah. 69 Namun terkadang, guru enggan memperhatikan konsep awal yang dimiliki oleh siswa. Apabila konsep yang tidak tepat telah masuk ke dalam struktur kognitif siswa maka miskonsepsi dapat berlanjut terus-menerus dan dapat menyebabkan siswa terlambat menerima konsep yang baru dengan tepat. Sebelum guru membantu menangani miskonsepsi yang terjadi pada siswa, guru harus terlebih dahulu mengetahui letak miskonsepsi tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi adalah dengan menggunakan instrumen two-tier multiple choice. 67 Suparno, loc.cit., h.6. 68 Ibid., h.7. 69 Ibid., h. 31.