Gambar 1. Mekanisme Terjadi Sindroma Metabolik
dikutip dari22
2.1.4.1. OBESITAS SEBAGAI PREDIKTOR KOMPLIKASI KARDIOVASKULER
Defenisi obesitas ialah indeks massa tubuh lebih dari 30 kgm
2
. Pertemuan federasi Diabetes Internasional di Berlin pada tanggal 14 April 2005, telah membuat
konsensus defenisi baru tentang sindroma metabolik, yaitu obesitas sentral ditambah dengan penyakit penyerta yang multipel. Obesitas sentral menjadi pusat dari sindroma
metabolik, karena ‘jaringan adiposa’ yang paling berbahaya adalah jaringan yang berupa jaringan adiposa viseral. Jaringan adiposa viseral memiliki kontribusi terhadap
terjadinya resistensi insulin dibanding dengan jaringan lemak subkutan.
13,25,26,28,29
Jaringan adiposa memiliki fungsi utama sebagai unit penyimpanan energi. Pada keadaan non-obes, tidak ada masalah metabolik yang ditimbulkan. Sedangkan pada
keadaan obes, terjadinya peningkatan asam lemak bebas yang berlebihan pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan lipolisis oleh insulin, peningkatan berbagai
petanda inflamasi, peningkatan angiotensin II, peningkatan derajat metabolik, gangguan lipoprotein, peningkatan stess oksidatif, dan penurunan sintesa Nitric Oxide.
Peningkatan kadar asam lemak bebas juga menimbulkan lipotosisitas. Istilah
10
Lita Septina Chaniago : Penyakit Arteri Perifer Pada Sindroma Metabolik Penelitian Di BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam..., 2007 USU e-Repository © 2008
lipotoksisitas mencerminkan efek toksik dari trigliserida dan asam lemak yang berlebihan terhadap sel sehat, seperti terlihat pada miokardium maupun sistim konduksi
di jantung.
13
Jaringan adiposa telah diklasifikasikan sebagai organ yang secara aktif mensekresi berbagai sustansi yang dikenal sebagai adipositokin, diantaranya ialah TNF-
α ,interleukin-6,leptin,adiponektin, dan resistin yang berfungsi sebagai mediator berbagai
perubahan metabolik pada sindroma metabolik. Beberapa faktor tersebut merupakan substansi yang secara langsung bersifat aterogenik. Leptin plasma, yang sebagian
besar berasal dari jaringan adiposa, meningkat pada penderia obes dan resistensi insulin. Defesiensi leptin pada tikus dapat memproteksinya dari aterosklerosis meskipun
menimbulkan obesitas berat, sehingga plasma leptin dapat dipakai sebagai prediktor terjadinya kejadian kardiovaskuler yang independen terhadap faktor resiko tradisional
seperti index massa tubuh dan kadar C-reaktive Protein CRP. Sebaliknya kadar plasma adiponektin menurun pada obesitas dan diabetes melitus tipe 2 dan bukti awal
memperlihatkan bahwa molekul ini memiliki sifat anti aterosklerosis pada binatang model dan manusia. Keterkaitan antara adiponektin dengan obesitas dan faktor resiko
kardiovaskuler telah banyak dilaporkan. Penurunan kadar adiponektin baik pada subjek dengan atau tanpa diabetes melitus tipe 1 diketahui dapat menimbulkan aterosklerosis
maupun memicu progresivitas klasifikasi pada pembuluh darah koroner, independen terhadap faktor resiko kardiovaskuler yang lain.
13-15,25
Subjek dengan obesitas sebenarnya berada dalam keadaan proinflamasi, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan kadar high sensitivity C- reactive protein hs-CRP
serum. Peningkatan hs-CRP secara tidak langsung mencerminkan tingginya kadar sitokin dalam serum.
13,19
Jaringan adiposa yang berlebihan juga meningkatkan pelepasan plasminogen activator inhibitor PAI-I, fibrinogen serum, faktor von Willebrand, faktor VII dan trombin,
11
Lita Septina Chaniago : Penyakit Arteri Perifer Pada Sindroma Metabolik Penelitian Di BagianSMF Ilmu Penyakit Dalam..., 2007 USU e-Repository © 2008
sehingga mencetus keadaan pro trombotik. Keadaan-keadaan ini tidak saja dapat merangsang aterogenesis, tetapi juga dapat menimbulkan kerentanan untuk mengalami
kejadian kardiovaskuler, seperti sindroma koroner akut. Laporan dari Pathological Determinats of Atherosclerosis in Youth PDAY yang berasal dari hasil otopsi pada
lebih kurang 3000 korban usia 15-34 tahun, yang meninggal karena berbagai sebab, memperlihatkan bahwa obesitas merupakan konstributor terhadap aterosklerosis
koroner pada usia dewasa muda. Telah disepakati bahwa lingkar pinggang berdasarkan jenis kelamin adalah parameter yang paling sensitif karena mencerminkan baik jaringan
adiposa abdominal, subkutan maupun visceral, dan ini merupakan index umum dari massa lemak sentral.
13-15,25
2.1.4.2. RESISTENSI INSULIN DAN KOMPLIKASI KARDIOVASKULER