akrab, nasihat diberikan bergantian antara nasihat tanpa polesan ’naked advice’ dan ’ nasihat dengan polesan ’mitigated advice’.
2.8 Taksonomi Kesantunan linguistik
House dan Kasper di dalam Watts
159
memberikan tipologi ungkapan linguistik yang sering digunakan sebagai penanda kesantunan linguistik yang disusun dalam
taksonomi sebagai berikut: a
Penanda kesantunan linguistik politeness markers, di dalam Bahasa Inggeris
antara lain direalisasikan dengan kata please
b Perangkat sintaksis play-downs yang berfungsi untuk menurunkan effek
ujaran yang mungkin terjadi pada petutur. House dan Kasper mendefinisikan play-down sebagai syntactic devices which tone down the perlocutionary effect
an utterance is likely to have on the addressee play-down adalah perangkat sintaktik yang merendahkan dampak perlokusi ujaran yang mungkin terjadi
pada petutur. Di dalam Bahasa Inggeris, play-down dibagi atas empat sub kategori yakni penggunaan: a past-tense I wondered if ..., I thought you might
....; b past progressive I was wondering wether ... ; c interogatif berisi kata kerja modal would it be a good idea ...; dan d interogatif negatif wouldn’t it
be a good idea if ...
159
Richard J. Watts , op. cit, pp. 182-183.
c Perangkat konsultatif consultative device yang berfungsi untuk melibatkan
petutur atau mengundang keterlibatan petutur. Di dalam Bahasa Inggeris dilakukan dengan menggunakan ”Would you mind....? Could you mind....?
d Hedges berpagar yang berfungsi menghindari penggunaan isi proposisi yang
tertentu. Di dalam Bahasa Inggeris dilakukan dengan penggunaan frasa: kind of, sort of, somehow, more or less, rather, and what have you.
e Understaters pengecil yang berfungsi menurunkan isi preposisi dengan
menggunakan adverb modifier seperti a bit, a little bit, a second, a moment, briefly.
f Downtoners penurun yang berfungsi memodulasi dampak ujaran penutur
seperti just, simply, possibly, perhaps, really. g
Committers perujuk diri yang berfungsi menurunkan tingkat kommitmen petutur, dilakukan dengan menggunakan frasa I think, I believe, I guess, in my
opinion. h
Forewarning pengingat yang berfungsi untuk memberikan peringatan awal sebelum tuturan seperti You may find this a little bit boring...
i Hesitators penunda yakni jeda yang dilakukan dengan menggunakan fonetik
non-leksikal seperti er, uhh, ah.
j Scope-staters, yang mengungkapkan pendapat subjektif tentang sifat keadaaan
seperti: I’m afraid you are in my seat, I’m dissapointed that you couldn’t... k
Agent avoiders penghindaran, yakni menghindari penggunaan fungsi agent atau impersonalisasi yang dilakukan dengan menggunakan sruktur passif atau
dengan menggunakan frasa People don’t do x. Lebih jauh, Edmonson di dalam Watts
160
memperkenalkan dua jenis downgraders yakni cajolers dan appealers.
a Cajolers pembujuk berfungsi untuk meningkatkan dan menjaga harmoni
antara penutur-petutur yang di dalam Bahasa Inggeris dilakukan dengan penggunaan I mean, you see, you know, actually, basically, really.
b Appealers penyeru berfungsi untuk meminta konfirmasi dari petutur yang
diselalu diikuti dengan intonasi naik seperti ok’ay, ’right, ’yeah. Selain itu ada ungkapan linguistik lain yang merupakan langkah pendukung
lanjut further supportive move yang disebut dengan: a
Pengarah steers, yakni ujaran yang mengarahkan minat petutur seperti , ”Would you mind making a pot of tea?
b Pelatar grounders, yakni ujaran berupa alasan seperti I’m thirsty. Get me a
cocacola, will you?
160
Richard J. Watts , op. cit, pp. 183-183.
c Pengancang preparators, yakni pernyataan apa yang penutur ingin petutur
lakukan seperti, I’m going to test yor knowledge now. What is...? Taksonomi struktur kesantunan linguistik di atas akan digunakan untuk
menginterpretasi kesantunan linguistik yang digunakan di dalam rapat DPR. Selain merujuk kepada taksonomi struktur kesantunan linguistik House dan
Kasper di atas, Watts
161
menyatakan bahwa peneliti juga dapat menggunakan rambu- rambu ungkapan hasil pragmatikalisasi dan ungkapan yang bersifat semi formulaik
sebagai penanda kesantunan linguistik. Keduanya dihasilkan dari prinsip dasar kesantunan linguistik yang menurut Watts selalu merupakan ungkapan makna
prosedural bukan proposisional. Di samping itu, penggunaan sumber daya linguistik tertentu yang potensial
digunakan di dalam sebuah masyarakat juga penting untuk dicermati. Sebagai contoh, pronomina adalah sumber daya linguistik yang sangat besar peranannya dalam
mengungkapkan kesantunan linguistik terutama di masyarakat Timur. Konsep hidup kolektif dan sosiosentris masyarakat Timur paling terlihat dari sistim pronomina yang
dimiliki masyarakat tersebut. Menurut Muhlhausler dan Harre
162
, sistim pronomina pada bahasa-bahasa di Timur jauh lebih tua dan kompleks bila dibanding dengan
sistem pronomina pada bahasa-bahasa di Barat. Hal ini menegaskan kompleksitas hubungan individu yang selalu dikaitkan dengan konteks sosialnya. Demikian juga
161
Richard J. Watts , op. cit, pp. 186-200.
162
P. Mühlhäusler, Harré, R. op. cit, p. 155.
Bowe dan Martin
163
menyatakan bahwa pronomina adalah penanda bagi identitas personal dalam hubungannya dengan identitas kelompok. Dengan demikian
pronomina dapat menggambarkan identitas personal dan sosial. Selanjutnya Goodwin
164
mengamati bagaimana pronomina ini digunakan dalam komunikasi. Dia mengatakan bahwa di dalam sebuah ujaran, penutur secara
sistematis memodifikasi tingkat partisipasi yang menunjukkan jenis pelibatan penutur petutur. Secara lebih rinci, Jahandarie
165
membagi pelibatan atau istilah yang dia gunakan adalah involvement ke dalam 3 dimensi yakni: a pelibatan penutur dengan
petutur the speaker’s involvement with the listener; b pelibatan penutur dengan orang tertentu the speakers’ involvement with oneself; dan c pelibatan penutur
dengan realitas di sini dan sekarang the speaker’s involvement with the reality ‘here and now’. Hal inilah yang dimodifikasi terus menerus oleh seorang penutur dengan
salah satu tujuannya adalah mencapai kesantunan linguistik. Muhlhausler dan Harre
166
mengatakan bahwa penggunaan kata ganti dapat mencerminkan bagaimana seseorang melihat dirinya dalam hubungan sosialnya
dengan orang lain. Hubungan sosial tersebut dapat bersifat simetris symmetrical maupun non-simetris non-symmetrical . Adakalanya kesantunan linguistik dicapai
163
H. J.Bowe, Martin, K. op. cit, p. 16
164
C. Goodwin, Goodwin, M. H., Participation . In A. Duranti Ed., A companion to linguistic antrhopology Blackwell companion to antrhopology ed., pp. 223-224. Masachutets:
Blackwell Publishing, 2004, p. 222.
165
K. Jahandarie, Spoken and written discourse : A multi-disciplinary perspective. Stamford, Conn.: Ablex Pub, 1999, P. 139.
166
P. Mühlhäusler, Harré, R. op. cit, p. 16.
dengan menjaga hubungan tidak simetris tetap terjaga tidak simetris. Sebagai contoh adalah hubungan atasan bawahan yang tetap dijaga oleh bawahan sebagai tidak
simetris untuk mencapai kesantunan linguistik selama proses berkomunikasi. Namun adakalanya kesantunan linguistik dicapai dengan mengubah hubungan tidak simetris
menjadi simetris. Contohnya adalah seorang atasan yang ingin menciptakan keakraban dengan bawahan. Kedua-duanya dapat dilakukan untuk mencapai kesantunan
linguistik. Hal itu dilakukan antara lain dengan menggunakan pronomina dalam bentuk jamak atau pronomina orang ketiga, penggunaan ‘inclusive we’ dan ‘exclusive
we’, dll
167
.
2.9 Ujaran yang Bersifat Semi-Formulaik