komunikasi manusia, sehingga kesantunan linguistik merupakan hal yang pasti ada di rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provoinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan sumber daya linguistik apa saja yang digunakan aggota DPRD untuk mengurangi tekanan pada lawan bicara atau
untuk mengurangi ancaman muka ujaran dan menerangkan apakah sumber daya linguistik dimaksud terbuka terhadap interpretasi perilaku santun atau hanya
merupakan perilaku normatif saja.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Untuk melihat secara lebih jelas realisasi kesantunan linguistik dalam rapat DPRD Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini mencoba meneliti bagaimana realisasi
kesantunan linguistik bahasa anggota DPRD dalam melaksanakan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Secara khusus pertanyaan penelitian adalah
1. Bagaimana realisasi kesantunan linguistik dalam meminta penjelasan?
2. Bagaimana realisasi kesantunan linguistik dalam memberikan pendapat?
3. Bagaimana realisasi kesantunan linguistik yang digunakan di rapat DPRD
dapat memisahkan perilaku normatif dari perilaku santun dan menjelaskan kesantuan linguistik sebagai penyeimbang aspek kolaboratif kemitraan dan
aspek kompetitif pengawasan yang menjadi ciri hubungan DPRD dengan eksekutif?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesantunan linguistik bahasa anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam melaksananan fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah menggambarkan
a Realisasi kesantunan linguistik dalam meminta penjelasan.
b Realisasi kesantunan linguistik dalam memberikan pendapat.
c Realisasi kesantunan linguistik yang digunakan di rapat DPRD dengan
memisahkan perilaku normatif dari perilaku santun dan menjelaskan kesantuan linguistik sebagai penyeimbang aspek kolaboratif kemitraan dan aspek
kompetitif pangawasan yang menjadi ciri hubungan DPRD dengan eksekutif.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat dalam hal dapat memberikan bukti empirik kepada masyarakat bahwa kesantunan linguistik merupakan sesuatu hal yang melekat di
dalam komunikasi manusia termasuk komunikasi di dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan
kepada kita bahwa kesantunan linguistik tetap ada dalam perdebatan di rapat DPRD yang belakangan ini praktek kesantunannya banyak disoroti masyarakat dan media
massa. Temuan penelitian diharapkan dapat memberi data sekaligus merubah persepsi mengenai mutu perdebatan di DPRDPRD secara umum dan DPRD Provinsi Sumatera
Utara secara khusus.
Dari segi keberadaan kepustakaan di tingkat nasional, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepustakaan mengenai kajian kesantunan linguistik yang
telah pernah dilakukan di masyarakat Indonesia. Untuk tingkat internasional, penelitian yang sama diharapkan dapat memberi sumbangan kepustakaan mengenai
realisasi kesantunan linguistik pada masyarakat Timur yang selama ini masih didominasi oleh temuan penelitian pada masyarakat China dan Jepang.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap model pendekatan kajian kesantunan linguistik yang telah ada. Model penelitian kesantunan
selama ini masih banyak didominasi pendekatan yang berfokus kepada norma individual dan sosial yang diperkenalkan Brown Levinson, Leech, dan Lakoff,
sementara penelitian-penelitian kesantunan linguistik terakhir lebih berfokus kepada kajian mengenai pemberdayaan sumber daya linguistik tertentu untuk mencapai
kesantunan linguistik sebagaimana yang diajukan Watts. Dengan kata lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu contoh model penelitian dengan pendekatan
kesantunan linguistik. Di samping itu, pendekatan penelitian yang selama ini ada juga cenderung
memandang kesantunan linguistik sebagai sesuatu yang bersifat universal di dalam sebuah masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bahwa setiap
masyarakat praktisi yang berbeda merealisasi perilaku normatif dan perilaku santun secara berbeda pula sesuai dengan sifat hubungan yang mengatur interaksi komunikasi
di dalam masyarakat praktisi itu sendiri.
1.5 Batasan dan Keterbatasan Penelitian