Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian .1 Klasifikasi Variabel Penelitian

σ 2 = harga varians di populasi= 5,5 penelitian DiFrancesco 2007 μ1-μ2 = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi = 4 penelitian DiFrancesco 2007

4.2.5 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara non probability consecutive sampling. Semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah sampel terpenuhi. 4.3 Variabel Penelitian 4.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian a. Variabel tergantung dependent : OMSK benigna. b. Variabel bebas independent : parameter kraniofasial.

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

a. Penderita OMSK benigna dewasa : penderita OMSK benigna laki-laki dan perempuan yang berusia 20 sampai 40 tahun. b. OMSK benigna : radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga otorea lebih dari 12 minggu, baik terus menerus atau hilang timbul dan tidak didapati kolesteatoma. c. Lateral cephalometric radiography : lateral radiography tulang tengkorak yang diperoleh dengan cara yang standar, sehingga Irwan : Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa, 2009 USU Repository © 2008 menciptakan proyeksi geometri antara sinar film pasien untuk mendapatkan pencitraan struktur anatomi kranial, fasial dan oral dari arah lateral. d. Parameter kraniofasial : 1. Parameter garis dan sudut referensi yang berhubungan dengan sistem mastoid-telinga tengah-tuba Eustachius pada lateral cephalometric radiography . mep-pmp : Garis yang menghubungkan titik mep dan pmp, kedalaman mastoid. mep-ma : Garis yang menghubung titik mep dan ma, tinggi mastoid. mep-ptm : Garis yang menghubungkan titik mep dan ptm, total panjang tuba Eustachius. mep-ta : Garis yang menghubungkan titik mep dan ta, panjang bagian tulang tuba Eustachius. ptm-pns : Panjang bagian vertikal otot tensor veli platini TVP yang berhubungan dengan tuba Eustachius. ta-ptm : Panjang bagian tulang rawan tuba Eustachius. ta-pns : Panjang bagian horizontal otot tensor veli platini TVP yang berhubungan dengan tuba Eustachius. mep-s : Garis yang menghubungkan titik mep dan s. mep.ptm.pns angle : Sudut tuba Eustachius. Irwan : Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa, 2009 USU Repository © 2008 SBaLTL angle : Sudut antara garis SbaL dan TL, posisi dari tuba Eustachius terhadap basis kranial posterior. NSLTL angle : Sudut antara garis NSL dan TL, posisi dari tuba Eustachius terhadap dasar fosa kranial anterior. 2. Parameter garis dan sudut referensi yang berhubungan dengan tulang kraniofasial pada lateral cephalometric radiography . Basis kranial dan nasofaring n-ba : Garis yang menghubungkan titik n dan ba, panjang total basis kranial. s-ba : Garis yang menghubungkan titik s dan ba, panjang basis kranial posterior posterior cranial base PCB. s-ptm : Garis yang mehubungkan titik s dan ptm. s-n : Garis yang menghubungkan titik s dan n, panjang basis kranial anterior anterior cranial base ACB. m-ba : Garis yang menghubungkan titik m dan ba, lebar foramen magnum . ba-ptm : Garis yang menghubungkan titik ba dan ptm. s-sep : Garis yang menghubungkan titik s dan sep, panjang bagian anterior tulang sphenoidale . sep-n : Garis yang menghubungkan titik sep dan n, kedalaman daerah nasoethmoidale . ba-pns : Garis yang menghubungkan titik ba dan pns, kedalaman nasofaring. Irwan : Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa, 2009 USU Repository © 2008 ba.s.n angle : sudut antara titik ba, s dan n, sudut basis kranial. Wajah. s-go : Garis yang menghubungkan titik s dan go, tinggi wajah posterior posterior face height PFH. s-pns : Garis yang menghubungkan titik s dan pns, tinggi wajah posterior bagian atas posterior upper face height PUFH ans-pns : Garis yang menghubungkan titik ans dan pns, panjang maksila maxillary depth MxD. n-me : Garis yang menghubungkan titik n dan me, tinggi wajah anterior anterior face height AFH n-ans : Garis yang menghubungkan titik n dan ans, tinggi wajah anterior bagian atas anterior upper face height AUFH ans-me : Garis yang menghubungkan titik ans dan me, tinggi wajah anterior bagian bawah anterior lower face height ALFH go-pg : Garis yang menghubungkan titik go dan pg, panjang corpus mandibulae . ar-go : Garis yang menghubungkan titik ar dan go, panjang ramus mandibulae . Irwan : Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa, 2009 USU Repository © 2008 sm.n.ss angle : Sudut antara titik sm, n dan ss, sudut ini menunjukkan posisi anterior maksila terhadap anterior mandibula facial profile angle . s.n.ans angle : Sudut antara titik s, n dan ans, sudut ini menunjukkan posisi “ans” terhadap basis kranial anterior. ba.s.pns angle : Sudut antara titik ba, s dan pns, sudut ini menunjukkan posisi “pns” terhadap basis kranial posterior, sudut nasofaring. s.n.go angle : Sudut antara titik s, n dan go, sudut ini menunjukkan posisi “go” terhadap basis kranial anterior, sudut wajah posterior. ar.go.me angle : Sudut antara titik ar, go dan me, sudut mandibula. NSLPL angle : Sudut antara garis NSL dan PL, sudut ini menunjukkan posisi palatum terhadap basis kranial anterior. SBaLPL angle : Sudut antara garis SBaL dan PL, sudut ini menunjukkan posisi palatum terhadap basis kranial posterior. PFR : Posterior facial ratio , rasio antara panjang garis s-pns dan s-go. AFR : Anterior facial ratio , rasio antara panjang garis n-ss dan n-me. Irwan : Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa, 2009 USU Repository © 2008

4.4 Bahan dan Alat Penelitian