Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk menentukan
statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk menguji kenormalan data digunakan uji chi-kuadrat. Data yang digunakan adalah data hasil belajar
peserta didik pada sub materi pokok jarak dalam ruang dimensi tiga. Tabel 4.3 Uji Normalitas Tahap Akhir
Kelas Keterangan
Eksperimen 6,571
7,815 Normal
Kontrol 5,494
7,815 Normal
Berdasarkan perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh dan
Karena , maka
dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 38.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas untuk kelas kontrol diperoleh dan
. Karena , maka dapat
dikatakan bahwa kelas kontrol berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 39.
4.2.3 Uji homogenitas data nilai tes kemampuan komunikasi matematika
Dalam penelitian ini jika diperoleh nilai �
� maka sampel
berasal dari populasi yang mempunyai varians sama. Berdasarkan uji homogenitas antara peserta didik kelompok eksperimen dan peserta didik kelompok kontrol
diperoleh nilai �
. Nilai ini dikonsultasikan pada � dan didapat
� , karena �
� maka
diterima. Ini artinya, varians
kelas ekperimen dan kelas kontrol sama homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.
4.2.4 Pengujian hipotesis
4.2.4.1 Uji Hipotesis 1: Uji keefektifan pembelajaran
4.2.4.1.1 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Individual
Hasil uji ketuntasan minimal hasil belajar menggunakan uji rata-rata dengan nilai 61 sebagai batas nilai ketuntasan minimal. Berdasarkan hasil analisis
ketuntasan individual pada kelompok eksperimen diperoleh nilai .
Nilai ini di konsultasikan dengan nilai dengan taraf nyata sebesar 5 dan
, maka di dapat nilai . Karena
maka ditolak. Dengan kata lain kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada
kelompok eksperimen yang mempunyai rata-rata 68,46 mencapai diatas ketuntasan minimal sebesar 61. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 41.
4.2.4.1.2 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Klasikal
Perhitungan menggunakan uji proporsi pihak kanan. Hasil perhitungan uji proporsi ketuntasan pembelajaran kelas eksperimen diperoleh nilai
. Kriteria uji pihak kiri untuk
diperoleh nilai . Dengan
demikian Z
hitung
. Karena berada pada daerah
penerimaan H
o
, ini berarti proporsi ketuntasan belajar kelas eksperimen telah mencapai sekurang-kurangnya 75 dari peserta didik yang berada pada kelas
tersebut memperoleh nilai lebih dari 60. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
peserta didik telah mencapai KKM secara klasikal. Perhitungan selengkapnya mengenai ketuntasan minimal peserta didik dapat dilihat pada lampiran 42.
4.2.4.1.3 Uji kesamaan dua rata-rata
Hasil perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas menunjukkan bahwa peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan
homogen. Uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t satu pihak karena varians antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama. Hasil perhitungan diperoleh nilai . Nilai ini di
konsultasikan dengan nilai dengan taraf nyata sebesar 5 dan
, maka di dapat nilai
. Karena maka
ditolak. Jadi, rata-rata hasil belajar kelas yang dikenai pembelajaran SAVI berbantuan CD
Pembelajaran lebih besar dari kelas yang dikenai pembelajaran konvensional. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 43.
4.2.4.2 Uji anava tes peserta didik
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang sama. Dengan demikian dapat dilanjutkan dengan pengujian selanjutnya, yaitu analisis varians. Dalam penelitian ini akan digunakan
analisis varians dua arah karena peneliti akan menguji apakah ada interaksi antara kedua model pembelajaran dan gaya belajar terhadap kemampuan komunikasi
matematika peserta didik. Pada uji perbedaan rata-rata berdasarkan hasil perhitungan analisis
varians dua arah dengan menggunakan SPSS antara gaya belajar visual, auditori,
dan kinestetik diperoleh nilai �
dengan nilai Sig. 0,016. Sedangkan untuk
� yang diperoleh dari tabel distribusi F dengan
dan adalah 3,16. Dengan demikian, nilai � �
. Karena nilai Sig.
dan � �
, maka ditolak. Jadi terdapat
perbedaan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematika antara kelompok gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians dua arah dengan menggunakan SPSS untuk uji interaksi model pembelajaran dengan kemampuan
komunikasi matematika diperolah nilai �
dengan nilai Sig. 0,012. Sedangkan untuk
� yang diperoleh dari tabel distribusi F dengan
dan adalah . Dengan demikian, nilai � �
. Karena nilai Sig.
dan � �
maka ditolak. Jadi ada interaksi
antara model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik terhadap kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Perhitungan uji anava nilai
ulangan peserta didik pada sub materi jarak dalam ruang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 44.
4.2.4.3 Uji lanjut gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik terhadap
kemampuan komunikasi matematika peserta didik Uji lanjut dilakukan setelah uji anava menunjukkan ada perbedaan rata-
rata hasil belajar pada aspek kemampuan komunikasi matematika antara gaya belajar visual, auditori dan kinestetik pada peserta didik kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Dalam uji lanjut ini, dapat dicari kelompok yang
mempunyai perbedaan rata-rata yang signifikan. Uji lanjut ini yang digunakan uji scheffe.
Kelompok yang mempunyai perbedaan rata-rata secara signifikan memiliki tanda di kolom mean difference I-J. Hasil pengujian lanjut dapat
dilihat pada lampiran 45. Berdasarkan hasil pengujian lanjut, terdapat pasangan kelas yaitu kelompok visual dan auditori kelas eksperimen dan kelompok visual
kelas eksperimen dan kelompok visual kelas kontrol mempunyai tanda dikolom mean difference I-J.
4.3 Pembahasan