Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbagai model, teknik, dan metode pembelajaran dikembangkan agar kemampuan peserta didik dapat dikembangkan secara maksimal. Namun dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi peserta didik. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar dan fasilitas media yang tersedia. Jelas kondisi peserta didik dipertimbangkan karena objek utama dalam pembelajaran adalah peserta didik. MA Al Asror merupakan salah satu MA di Kota Semarang yang terletak di Jalan Legoksari No. 02 Patemon Kecamatan Gunungpati Semarang. Kurikulum yang digunakan sudah berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam kegiatan belajar, kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal geometri belum optimal dikarenakan sulitnya memahami materi karena daya abstraksi yang dibutuhkan tinggi. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada salah satu kelas X diperoleh bahwa 90 peserta didik telah mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi peserta didik belum sepenuhnya menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai, karena sebagian besar peserta didik belum mempelajari kembali materi yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas X MA Al Asror, guru menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang pada pelaksanaannya belum maksimal jika dilihat dari hasil Ujian Akhir Sekolah UAS, karena peserta didik tidak termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang sentralistik kegiatan ada pada guru menyebabkan peserta didik tidak mengoptimalkan kemampuan yang mereka punya. Akibatnya, pembelajaran menjadi kaku, terlalu serius dan kurangnya sikap kerja sama pada masing-masing individu peserta didik. Hal ini berimbas pada nilai ulangan akhir semester gasal matematika tahun pelajaran 200112012 dengan ketuntasan belajar peserta didik dibawah 75. Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal KKM individu dalam pelajaran matematika kelas X, MA Al Asror menetapkan nilai 61 sebagai nilai terendah dalam pencapaian hasil belajar dan menetapkan KKM klasikal sebesar 75. Jika terdapat peserta didik yang mendapat hasil belajar di bawah 61, maka peserta didik tersebut wajib mengikuti ujian remidi pada waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Data yang bersumber dari Kemdiknas 2011 menyebutkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menghitung jarak dan sudut antara dua objek titik, garis, dan bidang pada tingkat sekolah sebesar 26,76, tingkat kotakabupaten sebesar 69,27, tingkat provinsi sebesar 46,27 dan di tingkat nasional sebesar 58,14. Ini artinya kemampuan menghitung jarak dan sudut antara dua objek titik, garis, dan bidang masih rendah dibandingkan kemampuan yang lain. Kemampuan menghitung jarak dan sudut antara dua objek titik, garis, dan bidang menempati urutan ketiga terendah di tingkat sekolah, propinsi, dan nasional serta urutan kedua terendah di tingkat kotakabupaten. Penggunaan media pembelajaran yang kurang maksimal ikut mempengaruhi rendahnya daya serap peserta didik kelas X di MA Al Asror dalam sub materi jarak dalam dimensi tiga. Media seperti CD pembelajaran sangat dibutuhkan ketika seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar, apalagi dalam sub materi jarak dalam dimensi tiga yang membutuhkan daya abstraksi tinggi sehingga membantu peserta didik berkomunikasi melalui tulisan mereka. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, maka diharapkan peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar pada sub materi pokok jarak dalam ruang dimensi tiga. Kurangnya peserta didik memahami konsep dan penguasaan materi, strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya kemampuan komunikasi matematika merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Kenyataannya menunjukkan bahwa tidak banyak peserta didik yang mau dan suka bertanya kepada temannya untuk mengatasi kesulitannya, apalagi kepada guru. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam menyelesaikan masalah geometri. Upaya meningkatkan proses dan aktivitas belajar yang akan berdampak peningkatan hasil belajar peserta didik, perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan sistem pengajaran merupakan suatu upaya yang paling logis dan realistis. Guru sebagai salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan keberhasilan pendidikan di sekolah, khususnya dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar, harus berperan aktif serta dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru perlu juga memperhatikan penggunaan media pembelajaran, yang tepat dan sesuai dengan materi sehingga akan sangat membantu peserta didik dalam memahami materi atau konsep yang diajarkan oleh guru. Beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta didik antara lain sebagai berikut. a. Rendahnya minat dan kualitas belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika sehingga rendah pula daya pemahamannya terhadap konsep- konsep dan penguasaan materi pelajaran matematika, akibatnya menganggap metematika sulit. b. Kurangnya variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru selalu monoton dalam mengajar. c. Guru masih sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran dan mendominasi aktivitas mengajar, peserta didik kurang atau tidak aktif. d. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan penyampaian konsep dan materi pembelajaran matematika. e. Kurangnya daya kreatif guru untuk membuat dan menggunakan sarana, media, atau alat peraga dalam kegiatan pembelajaran . Banyak model pembelajaran yang sedang diterapkan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran SAVI somatis, auditori, visual, dan intelektual adalah model pembelajaran yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan komunikasi matematika peserta didik dalam belajar geometri melalui materi dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran SAVI berbantuan CD pembelajaran di MA Al Asror Tahun Pelajaran 20112012.

1.2 Rumusan Masalah