Ritual Adat
1.1.2 Ritual Adat
Ritual, menurut Sumandiyo Hadi (dalam Rahayu, 2008: 76), merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama yang ditandai oleh sifat khusus yang menimbulkan rasa hormat yang luhur dalam arti merupakan suatu pengalaman yang suci. Djamari (dalam Subagyo dalam Rahayu, 2008: 76) menambahkan bahwa aktifitas yang dilakukan dalam ritual diatur secara ketat, dilakukan sesuai ketentuan, dan berbeda dengan perilaku sehari-hari, baik cara melakukan maupun maknanya. Menaati seluruh ketentuan ritual dipercaya akan mendatangkan keberkahan karena hadirnya sesuatu yang sakral atau gaib.
Kemiren kaya ritual adat. Ritual-ritual yang ada biasanya berkaitan dengan siklus hidup seperti kelahiran, perkawinan, kematian. Di antara ritual-ritual yang dengan setia dijaga kelestariannya oleh masyarakat Kemiren, terdapat dua ritual adat besar yang Kemiren kaya ritual adat. Ritual-ritual yang ada biasanya berkaitan dengan siklus hidup seperti kelahiran, perkawinan, kematian. Di antara ritual-ritual yang dengan setia dijaga kelestariannya oleh masyarakat Kemiren, terdapat dua ritual adat besar yang
1.1.2.1 Barong Ider Bumi
Barong Ider Bumi adalah selamatan tolak bala yang diselenggarakan pada setiap hari kedua bulan Syawal dan dilaksanakan pada waktu siang menjelang sore hari sekitar pukul 16.00-17.30 WIB. Ider Bumi merupakan ritus sentral bagi masyarakat Using di Kemiren. Dalam ritual ini seluruh masyarakat tanpa terkecuali ikut terlibat. Bahkan, para pejabat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi tak jarang juga ikut merayakan ritual adat ini bersama masyarakat Kemiren.
Kedudukan Barong dalam prosesi adat Ider Bumi sebagai unsur utama ritual tidak tergantikan karena berkaitan dengan kelahiran Barong Kemiren itu sendiri. Ritual ini diyakini berawal dari pageblug yang pernah melanda Kemiren. Orang yang sakit pada sore hari esoknya meninggal dan yang sakit pada pagi hari sorenya meninggal. Wabah tersebut menelan banyak korban. Setelah berkonsultasi ke Buyut Cili diperintahkan membuat barong untuk diarak keliling kampung. Setelah permintaan Buyut Cili tersebut ditunaikan pageblug hilang dan Kemiren menjadi subur makmur seperti sedia kala. Sejak itulah masyarakat selalu melaksanakan ritual ini agar roh Buyut Cili memberikan kekuatan dan perlindungan kepada seluruh masyarakat Desa Kemiren.
Gambar 29. Prosesi Ider Bumi di Kemiren tahun 2013 (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)
Pada setiap ritual Barong Ider Bumi tersebut, barong selalu diletakkan pada urutan pertama dan diikuti oleh kesenian-kesenian lain yang ada di Kemiren. Iring- iringan Barong biasanya terdiri atas Barong, Pitik-pitikan (ayam-ayaman), Macan- macanan dan para pemusik yang membawa alat musik berupa kethuk, gong, ceng-ceng dan kendhang.
Prosesi mengarak barong mengelilingi desa dalam ritual Ider Bumi merupakan bagian penting dan keharusan bagi masyarakat Kemiren. Mereka percaya bahwa ritual tersebut dapat menyelamatkan masyarakat desa dari malapetaka dan sebagai bentuk penghormatan masyarakat desa terhadap Buyut Cili, cikal bakal dan dhanyang desa Kemiren. Prosesi awal pemberangkatan iring-iringan Barong Ider Bumi di Kemiren dimulai dari sisi timur desa (Dusun Kedaleman) menuju sisi barat desa (Dusun Krajan) melewati jalan utama desa sepanjang kurang lebih 1 km dan kemudian kembali lagi ke tempat pemberangkatan awal. Selanjutnya acara ditutup dengan doa bersama dan selametan yang hidangan utamanya bubur merah-putih (jenang abang-putih) dan tumpeng-pecel pitik.
Pelaksanaan ritual ini, selain dilaksanakan oleh warga Kemiren sendiri, seringkali juga diikuti oleh pihak luar; misalnya para pejabat, pemerhati budaya, dan warga dari luar Kemiren yang ingin tahu tentang ritual ini. Seperti misalnya pada ritual Ider Bumi 2013 nampak Bupati Banyuwangi dan istri serta beberapa orang dari jajaran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
1.1.2.2 Tumpeng Sewu
Tumpeng Sewu merupakan upacara bersih desa ( selamatan kampung ) warga Kemiren. Ritual yang dipercaya dapat menjauhkan dari malapetaka ini digelar setiap bulan Dzulhijjah pada malam Senin atau Jumat pertama seperti yang dititahkan oleh Buyut Cili. Sebagaimana halnya dengan ritual Barong Ider Bumi, orang Kemiren percaya jika ritual Tumpeng Sewu ditinggalkan, maka mereka akan kualat pada Buyut Cili sehingga mereka tetap menjaga tradisi itu secara turun-temurun.
Ritual bersih desa ini disebut Tumpeng Sewu karena jumlah tumpeng yang dibuat sangat banyak. Sejak tahun 2007, setiap keluarga di Kemiren diwajibkan Ritual bersih desa ini disebut Tumpeng Sewu karena jumlah tumpeng yang dibuat sangat banyak. Sejak tahun 2007, setiap keluarga di Kemiren diwajibkan
Pada pagi hingga siang harinya warga biasanya mepe kasur (menjemur kasur). Orang Kemiren beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur, sehingga mereka menjemur kasur di halaman rumah masing-masing agar terhindar dari segala jenis penyakit. Kasur warga Kemiren berbeda dengan kasur di tempat lain karena warnanya yang unik, yaitu merah dan hitam. Warna merah menyimbolkan keberanian sementara warna hitam melambangkan ketenteraman atau kelanggengan. Secara umum warna merah hitam merupakan perlambang agar orang yang berumah tangga berani menghadapi tantangan kehidupan dan menjaga ketenteraman rumah tangganya.
Sementara itu terjadi kesibukan lain di rumah barong (rumah sekaligus sanggar barong tuwek). Persiapan Tumpeng Sewu telah diawali pada sehari sebelumnya untuk mempersiapkan hidangan ritual yang akan dibawa ke makam Buyut Cili maupun yang akan dipakai untuk arak-arakan barong. Pada hari H, sejak pagi-pagi sekali, ditabuh gending Kebo Giro hingga pelaksanaan arak-arakan barong pada sore harinya. Pada siang harinya sekitar pukul 13.00 WIB, keluarga barong nyekar ke makam Buyut Cili. Dilanjutkan kemudian dengan arak-arakan barong pada sore harinya sekitar pukul 16.00 WIB di sepanjang jalan utama desa.
Puncak acara Tumpeng Sewu dilaksanakan setelah magrib. Seluruh warga Kemiren duduk beralas tikar di sepanjang tepi jalan utama dengan mengunakan penerangan obor. Setelah doa dikumandangkan melalui pengeras suara dari masjid desa, mereka bersama-sama menyantap makanan yang dihidangkan berupa nasi tumpeng lengkap dengan pecel pitik (pecel ayam).
Menyiapkan tumpeng-pecel pithik untuk upacara bersih desa sebenarnya memang sudah lazim dilakukan masyarakat, tetapi ternyata ada keluhan dari masyarakat mengenai diwajibkannya setiap keluarga membuat 1 tumpeng. Dahulu tumpeng-pecel pithik memang harus ada dalam upacara tumpeng sewu, namun tidak ada aturan yang mewajibkan 1 keluarga membuat 1 tumpeng. Jadi 1 tumpeng bisa dibuat secara patungan oleh misalnya 3 keluarga. Terkadang pemaksaan dengan aturan memang diperlukan untuk kepentingan yang lebih besar, dalam hal ini menghidup-hidupkan Menyiapkan tumpeng-pecel pithik untuk upacara bersih desa sebenarnya memang sudah lazim dilakukan masyarakat, tetapi ternyata ada keluhan dari masyarakat mengenai diwajibkannya setiap keluarga membuat 1 tumpeng. Dahulu tumpeng-pecel pithik memang harus ada dalam upacara tumpeng sewu, namun tidak ada aturan yang mewajibkan 1 keluarga membuat 1 tumpeng. Jadi 1 tumpeng bisa dibuat secara patungan oleh misalnya 3 keluarga. Terkadang pemaksaan dengan aturan memang diperlukan untuk kepentingan yang lebih besar, dalam hal ini menghidup-hidupkan
Gambar 30. Menggelar sajian untuk Tumpeng Sewu (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)
Gambar 31. Nasi Tumpeng dan Pecel Pitik merupakan sajian utama dalam ritual Idher Bumi dan Tumpeng Sewu di Kemiren. Makanan ini merupakan salah satu dari beragam kekayaan kuliner masyarakat Using Kemiren (Sumber gambar:Dok. pribadi, 2013)