Kondisi Geografis
4.2 Kondisi Geografis
Kemiren adalah sebuah desa kecil yang secara adminstratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Ditinjau dari letaknya dalam peta pulau Jawa, maka Banyuwangi adalah sebuah kabupaten yang terletak di ujung paling timur pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan pulau Bali yang dihubungkan dengan selat di sebelah timurnya. Dalam kepustakaan Belanda, wilayah Ujung Timur Jawa ini disebut dengan Java ‟s Oosthoek, sementara orang Jawa menamainya sebagai negeri Brang Wetan . Menilik dari ranahnya yang demikian itu maka Banyuwangi adalah tempat pertama di pulau Jawa yang mendapat limpahan cahaya mentari. Maka tak heran jika pemerintah daerah setempat mengusung jargon Banyuwangi sebagai The Sunrise of Java, Sang Mentari Terbit Pulau Jawa.
Letak Banyuwangi yang berada di ujung timur Jawa itu menjadikan wilayah ini sebagai penghubung penting jalur transportasi antara Jawa dengan kawasan timur Indonesia melalui Bali. Jarak antara kota Banyuwangi dengan Surabaya (Ibukota Propinsi Jawa Timur) sekitar 210 km (jarak lurus). Sedangkan jarak antara Banyuwangi dengan Jakarta (Ibukota Indonesia) sekitar 875 km (jarak lurus). Untuk mencapai Banyuwangi ada dua jalur utama yang bisa ditempuh; jalur pertama dari Surabaya, sedangkan jalur kedua dari Bali. Dari Surabaya ke Banyuwangi bisa melalui dua jalur darat yaitu jalur selatan yang melewati Jember dan jalur utara yang melewati Situbondo. Jalur selatan bisa ditempuh dengan menggunakan bus atau kereta api, sedangkan jalur utara hanya bisa ditempuh dengan menggunakan bus dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam. Jalur transportasi yang lebih pendek jarak tempuhnya dari Surabaya ke Banyuwangi adalah menggunakan transportasi udara yang hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit.
Desa Kemiren berada sekitar 5 km arah barat dari pusat kota Banyuwangi. Desa dengan luas 177.052 hektar ini bukanlah desa yang jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan Banyuwangi. Jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor ke pusat kota hanya berkisar 10-15 menit perjalanan. Sementara itu jarak dengan pusat moda transportasi darat utama, yaitu stasiun kereta api dan terminal bus, juga relatif dekat. Stasiun kereta api Karangasem yang merupakan stasiun kereta api terdekat Desa Kemiren berada sekitar 5 km arah barat dari pusat kota Banyuwangi. Desa dengan luas 177.052 hektar ini bukanlah desa yang jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan Banyuwangi. Jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor ke pusat kota hanya berkisar 10-15 menit perjalanan. Sementara itu jarak dengan pusat moda transportasi darat utama, yaitu stasiun kereta api dan terminal bus, juga relatif dekat. Stasiun kereta api Karangasem yang merupakan stasiun kereta api terdekat
Desa Kemiren adalah salah satu desa di Banyuwangi yang menjadi tempat bermukim masyarakat Using yang diyakini sebagai puak pribumi Banyuwangi. Desa ini terbagi atas dua dusun, yaitu Dusun Krajan di sisi barat desa dan Dusun Kedaleman di bagian timur desa. Dusun Krajan terdiri dari dua dukuh, yaitu Dukuh Tegalcampak dan Dukuh Putuk Pethung. Sementara itu di Dusun Kedaleman terdapat lima dukuh, yaitu Dukuh Kedaleman, Dukuh Siwuran, Dukuh Talun, Dukuh Sukosari dan Dukuh Jajangan. Desa ini terletak di kaki Pegunungan Ijen yang berada tepat di sebelah baratnya. Pegunungan Ijen sendiri terdiri dari beberapa puncak gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Raung (3.332 m), Gunung Pendil (2.338 m), Gunung Suket (2.950 m) dan Gunung Merapi (2.800m). Meskipun berada di kaki pegunungan, namun desa ini berada tak jauh dari laut. Sejauh kurang lebih 6 km ke arah timur terbentang selat Bali, celah yang mempertemukan Laut Jawa dengan Samudera Hindia.
Dari pegunungan Ijen itu mengalir beberapa sungai, yang dua di antaranya melintasi wilayah Kemiren. Dua sungai yang mengalir di desa tersebut dan menjadi salah satu urat nadi kehidupan masyarakat desa adalah Sungai Sobo dan Sungai Gulung. Masyarakat setempat biasa menyebut kedua sungai ini sebagai Banyu Sobo dan Banyu Gulung. Banyu Sobo mengalir di sebelah selatan desa sedangkan Banyu Gulung di sisi utara desa. Kedua sungai ini menjadi batas alam Desa Kemiren dengan Desa Olehsari di bagian selatan dan Desa Jambesari di sebelah utara.
Kondisi alam dan lingkungan yang sedemikian itu menjadikan Kemiren memiliki topografi yang bergelombang dan agak curam di beberapa bagian. Variasi ketinggian tempat di desa ini berkisar antara 100-140 mdl. Bandingkan dengan ketinggian tempat di kota Banyuwangi yang rata-rata hanya sekitar 10 mdl. Curah hujan di desa ini mencapai 2.060 mm dengan curah hujan terbanyak antara bulan November hingga Februari yang dikirim oleh muson barat laut. Suhu udara rata-rata setiap hari di Desa Kemiren berada pada kisaran 26-31°C dengan kelembaban 38%.
Sebagaimana halnya wilayah agraris pedesaan, hamparan luas sawah baik yang berteras maupun tidak terbentang di sebagian besar wilayah desa ini yang mencapai 105
ha. Pemanfaatan tanah dalam bidang pertanian di Desa Kemiren terbagi dalam tiga sistem budidaya. Sistem budidaya yang pertama adalah persawahan yang meliputi sawah irigasi teknis dan sawah irigasi setengah teknis yang menghasilkan panen dua hingga tiga kali dalam setahun. Luas tanah sawah irigasi teknis 18 ha, sedangkan tanah sawah irigasi setengah teknis seluas 87 ha. Sistem budidaya yang kedua adalah tegalan atau ladang kering yang diolah. Luas tanah yang dimanfaatkan sebagai tegalan ini 8,731 ha yang rata-rata menghasilkan komoditas pangan dengan masa panen sekali dalam setahun. Sistem budi daya yang ketiga adalah tanah pekarangan yang luasnya mencapai 21,520 ha. Tanah pekarangan ini seringkali tidak diperhitungkan sebagai salah satu sumber pangan masyarakat pedesaan. Padahal tanah pekarangan sangat penting bagi keseimbangan kehidupan pedesaan sebagai sel masyarakat karena langsung berada dalam jangkauannya dan terutama digunakan untuk konsumsi sendiri. Lahan pekarangan ini terletak berdekatan dengan rumah, mengelilingi dan meneduhi tempat kediaman dan menjadi bagian dari seluruh ruang alam pedesaan. Luas lahan pemukiman sendiri hanya sekitar 35,651 ha yang terpusat di bagian tengah desa yang memanjang dan terpusat di sekitar tepian jalan.
Gambar 6. Pintu gerbang masuk Desa Kemiren dari arah timur. Tampak di atas gerbang replika salah satu rumah khas Using yang berbentuk tikel balung (Sumber gambar: dok. pribadi 2013)
Lahan sawah, tegalan dan pekarangan di Kemiren itu menghasilkan beragam komoditas tanaman pangan, seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi, cabe, tomat, mentimun, buncis, terong, mangga, rambutan, durian, pisang, semangka, melon, nangka, kelapa, kopi, pinang dan kemiri. Dengan bentang alam dan ragam tanaman pangan yang sedemikian rupa itu, Kemiren mengingatkan kita pada gambaran orang-orang Barat akan negeri Jawa beberapa abad silam sebagai Mooi Indie , Hindia Jelita.
Gambar 7. Sungai Gulung (atas) dan Sungai Sobo (bawah) yang menjadi batas alam Desa Kemiren di sisi utara dan selatan desa. Kedua sungai yang mengalir dari Pegunungan Ijen ini merupakan sumber irigasi utama sawah-sawah di Kemiren. (Sumber gambar: dok. pribadi 2013)