Lingkungan Internal

5.3.1 Lingkungan Internal

Di dalam lingkungan internal terdapat dua faktor penting yang berpengaruh, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kekuatan dan faktor-faktor yang berkaitan dengan kelemahan.

Pertama , faktor kekuatan. Desa Kemiren memiliki potensi yang berfungsi sebagai kekuatan:

1. Suasana pedesaan yang masih alami.

Alam pedesaan yang merupakan sumber produksi bahan pangan dengan aktifitas masyarakat yang sebagian besar hidup sebagai petani adalah potensi tersendiri yang bisa diolah dan dikelola menjadi produk wisata yang memungkinkan untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Kegiatan yang berhubungan dengan budidaya pertanian berbalut ritual yang menyertainya seperti kegiatan mengolah tanah, menanam, dan panen yang ada di Kemiren bisa menjadi daya tarik tersendiri sebagai wisata pendidikan alam perdesaan.

2. Sebagian besar masyarakat Kemiren merupakan penduduk asli dan memiliki hubungan kekerabatan.

Keberadaan masyarakat Using di Kemiren yang relatif homogen dan memiliki hubungan kekerabatan menjadikan modal yang kuat untuk menjalin kebersamaan dalam bergerak dan bekerja sama serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program yang berhubungan dengan Keberadaan masyarakat Using di Kemiren yang relatif homogen dan memiliki hubungan kekerabatan menjadikan modal yang kuat untuk menjalin kebersamaan dalam bergerak dan bekerja sama serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program yang berhubungan dengan

3. Posisisi strategis Desa Kemiren yang menjadi jalur penghubung antara kawasan wisata Kawah Ijen dengan Wisata Pemandian Tamansuruh dan Perkebunan Kalibendo serta letak Kemiren yang hanya 5 km dari pusat kota Banyuwangi.

Sebagai daerah perlintasan antara kawasan wisata kawah Ijen dengan wisata pemandian Taman Suruh dan Perkebunan Kalibendo, Kemiren punya potensi strategis sebagai jalur mobilitas wisatawan. Di samping itu, jarak yang relatif dekat dengan pusat kota memudahkan akses wisatawan untuk berkunjung setiap saat.

4. Keterbukaan masyarakat Kemiren terhadap pengunjung.

Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung atau wisatawan merupakan modal penting dalam pengembangan pariwisata. Salah satu wujud dari keterbukaan itu adalah sikap ramah tamah dan melayani pengunjung sebaik mungkin. Masyarakat Kemiren dikenal memiliki karakter terbuka dan ramah sehingga membuahkan kenyamanan bagi para pengunjung yang datang ke sana.

5. Kekayaan tradisi, seni dan budaya Using yang masih bertahan dan menyatu dalam gerak hidup masyarakat Kemiren.

Tradisi, seni dan budaya merupakan asset dan kekayaan utama masyarakat Kemiren sebagai sumber daya tarik wisata. Keberadaan tradisi, seni dan budaya Using di Kemiren bukan hanya dilestarikan, tetapi telah menyatu dalam gerak hidup masyarakatnya sehingga bukan sekedar artifisial semata.

6. Partisipasi masyarakat Kemiren yang tinggi terhadap aktifitas tradisi, seni dan budaya Using.

Peran serta masyarakat Kemiren baik sebagai pelaku maupun penikmat/ apresiator dalam tradisi, seni dan budaya sangatlah tinggi. Hal ini bisa dilihat dari tingginya aktifitas seni budaya dan perayaan tradisi dalam masyarakat

Kemiren. Dengan tingginya partisipasi masyarakat tersebut membuat pelestarian tradisi, seni dan budaya di Kemiren berjalan dengan sendirinya.

7. Adanya motivasi ekonomi bagi masyarakat Kemiren terhadap pengembangan wisata berbasis partisipasi masyarakat.

Keberadaan Kemiren sebagai desa wisata meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pengikutsertaan masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan wisata yaitu untuk mendorong perkembangan sosial ekonomi dan menyediakan sumber-sumber pendapatan dan manfaat menyeluruh bagi masyarakat lokal.

8. Keberadaan tokoh-tokoh berpengaruh di Kemiren.

Sebagai kelompok masyarakat yang relatif homogen dan memiliki karakter paternalistik yang kuat, keberadaan tokoh-tokoh berpengaruh di Kemiren sangatlah besar dalam pengorganisasian masyarakat. Keberadaan tokoh- tokoh di Kemiren menjadi faktor penting untuk mengerakkan masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

9. Ketrampilan masyarakat Kemiren dalam pembuatan produk kerajinan berbahan lokal.

Masyarakat Kemiren telah beberapa kali mendapatkan pelatihan yang berhubungan dengan kerajinan untuk menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif. Kekayaan sumber daya alam lokal seperti bambu bisa diolah menjadi berbagai kerajinan yang memiliki nilai tambah. Modal bahan baku yang berlimpah dan ketrampilan tersebut sangat baik apabila dibina dan dikelola secara professional untuk mendukung pariwisata di Kemiren.

Kedua , faktor kelemahan. Di samping memiliki kekuatan, Desa Kemiren juga memiliki kelemahan-kelemahan.

1. Koordinasi yang belum berjalan baik dalam manajemen/pengelolaan kegiatan wisata di antara para stakeholders .

Pengembangan pariwisata suatu daerah menuntut adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar stakeholders sebagai motor penggeraknya.

Masyarakat sebagai motor utama dalam pembangunan pariwisata di Kemiren memiliki posisi sentral karena mereka adalah pelaku utama pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Ketiadaan organisasi masyarakat beserta aturan/kebijakan di tingkat desa yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata di Kemiren menjadi faktor penghambat utama dalam koordinasi manajemen/pengelolaan kegiatan wisata.

2. Tidak tersedianya art shop/souvenir shop sebagai tempat memasarkan produk-produk kerajinan dan souvenir secara kontinyu.

Keberadaan art shop/souvenir shop sangat penting bagi suatu obyek wisata. Selain bermanfaat untuk penduduk lokal sebagai sarana usaha dan peningkatan ekonomi, art art shop/souvenir shop bisa memenuhi kebutuhan konsumen akan barang kenangan atau oleh-oleh dari tempat wisata yang mereka kunjungi. Sayangnya, di Kemiren tidak tersedia tempat penjualan souvenir atau barang-barang kerajinan yang bisa dikunjungi oleh wisatawan.

3. Lemahnya daya saing dan manajemen usaha dalam produk-produk kerajinan/ souvenir sebagai penunjang industri pariwisata desa.

Meskipun masyarakat Kemiren memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk kerajinan/souvenir, namun mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat industri kecil penghasil barang kerajinan/ souvenir secara kontinyu.

4. Sumber daya manusia yang rendah dalam bidang pariwisata.

Kemiren dengan segala daya tarik wisata yang dimilikinya masih belum didukung dengan SDM yang mumpuni dalam bidang tersebut. Sejak 1995 hingga saat ini, produk wisata yang ditawarkan hanya yang memang sudah mereka miliki. Hampir semuanya berjalan apa adanya tanpa polesan, padahal peluang untuk mendapatkan tambahan income dari produk-produk tersebut sangat besar. Upacara adat ider Bumi dan Tumpeng sewu, misalnya, memang sudah dikemas dan mengundang banyak pihak dari luar untuk datang ke Kemiren, namun event tersebut tidak dilihat sebagai peluang bisnis yang potensial. Buktinya tidak ada produk sampingan yang ditawarkan panitia atau Kemiren dengan segala daya tarik wisata yang dimilikinya masih belum didukung dengan SDM yang mumpuni dalam bidang tersebut. Sejak 1995 hingga saat ini, produk wisata yang ditawarkan hanya yang memang sudah mereka miliki. Hampir semuanya berjalan apa adanya tanpa polesan, padahal peluang untuk mendapatkan tambahan income dari produk-produk tersebut sangat besar. Upacara adat ider Bumi dan Tumpeng sewu, misalnya, memang sudah dikemas dan mengundang banyak pihak dari luar untuk datang ke Kemiren, namun event tersebut tidak dilihat sebagai peluang bisnis yang potensial. Buktinya tidak ada produk sampingan yang ditawarkan panitia atau

5. Informasi tentang ragam daya tarik wisata yang belum memadai.

Sebagai desa wisata berbasis budaya, seharusnya Kemiren memiliki pusat data yang berisi beragam dokumentasi seni, tradisi dan budaya Using yang menjadi pendukung penting dalam pengembangan wisata dan bisa menjadi dayak tarik tersendiri. Apalagi sebagaian besar wisatawan yang mengunjungi Kemiren banyak berkepentingan dengan informasi dan dokumentasi seni, tradisi dan budaya Using.

6. Belum adanya program-program wisata yang berhubungan dengan sumber daya alam pedesaan.

Sumber daya alam pedesaan berupa bentangan sawah dan aktifitas budidaya padinya sangat menarik, tetapi belum ada program-program wisata yang berkaitan dengan hal tersebut. Beberapa aktifitas wisata berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam misalnya aktifitas wisata menanam padi, memancing dan lain-lain.

7. Branding Image yang lemah sebagai desa wisata berbasis adat dan budaya.

Sebagai desa wisata, Desa Kemiren belum cukup maksimal untuk menguatkan branding image sebagai desa wisata berbasis adat dan budaya Using. Hal tersebut biasanya diungkapkan dan dirasakan oleh orang-orang yang baru mengunjungi Kemiren. Dari sisi visual atau penampakan fisik, Desa Kemiren tak ada bedanya dengan desa-desa lain sehingga tidak menimbulkan kesan istimewa. Meskipun memilki kekayaan arsitektural berupa rumah adat Using, paglak dan killing, namun semuanya itu tidak terlihat ketika memasuki Desa Kemiren. Padahal kesan pertama bagi wisatawan amat penting sebagai pintu masuk untuk menarik minatnya lebih jauh dalam berwisata.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65