Arsitektur Tradisional
1.1.3 Arsitektur Tradisional
Arsitektur yang lahir dari tradisi yang berkembang di masyarakat merupakan pencerminan langsung dari budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Secara umum arsitektur merupakan solusi relatif atau strategi adaptif terhadap ekologi atau Arsitektur yang lahir dari tradisi yang berkembang di masyarakat merupakan pencerminan langsung dari budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Secara umum arsitektur merupakan solusi relatif atau strategi adaptif terhadap ekologi atau
Pengaruh faktor sosial dan budaya masyarakat Using pada perwujudan arsitektur di Kemiren dapat dilihat pada bentuk-bentuk rancang bangun tradisional yang mereka miliki dan menjadi salah satu local genius masyarakat Using. Latar belakang masyarakat Using yang agraris memunculkan bentuk-bentuk arsitektur yang merupakan respon atas kondisi lingkungan, sosial dan budaya mereka. Terdapat tiga bentuk arsitektur tradisional yang menonjol di masyarakat Using Kemiren yaitu, arsitektur rumah tradisional Using, paglak dan kiling.
1.1.3.1 Rumah Tradisional Using
Secara umum bentuk dasar rumah tradisional masyarakat di Kemiren tidak mengenal hierarki yang mencerminkan karakter egaliter masyarakat Using. Sebagaimana halnya bentuk rumah tradisional Jawa, bentuk rumah tradisional Using diidentifikasikan berdasar atas bentuk atap masing-masing rumah. Rumah tradisional Using terbagi dalam tiga bentuk dasar, yaitu cerocogan, baresan dan tikel balung. Cerocogan merupakan bentuk rumah dengan dua bidang atap seperti rumah Jawa tipe kampung. Baresan merupakan bentuk rumah dengan tiga bidang atap seperti rumah Jawa tipe Kampung Pacul Gowang. Sementara itu, Tikel Balung merupakan bentuk rumah dengan empat bidang atap seperti rumah Jawa tipe Kampung Srotong (Suprijanto, 2002: 15).
Pola ruang pada rumah tradisional Using terbagi atas ruang utama; bale (ruang tamu/ruang keluarga) , jrumah (ruang pribadi pada rumah Using) dan pawon (dapur) , yang ketiganya merupakan pusat dari kesatuan rumah tersebut, dan ruang penunjang yang tidak selalu dimiliki setiap rumah; amper (teras depan), ampok (teras samping), pendopo (ruang di antara bale dan jrumah pada rumah Using) dan lumbung (tempat menyimpan padi) (Nur, 2010: 67).
Berkaitan dengan susunan ruang, tiap-tiap ruangan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bale di urutan depan menggunakan konstruksi Tikel Balung. Tikel Balung biasanya juga diterapkan untuk jrumah dengan pertukaran kombinasi dengan konstruksi Cerocogan atau Baresan, . Sementara itu untuk pawon digunakan konstruksi Cerocogan atau Baresan, yang lebih sederhana dibanding konstruksi Tikel Balung (Suprijanto, 2002: 15).
Gambar 32. Sketsa bentuk rumah Using yang dibedakan berdasarkan bentuk atapnya.
1.1.3.2 Paglak
Paglak merupakan sebuah gubuk sederhana dengan ketinggian 5 hingga 10 meter, terbuat dari bambu dengan atap daun kelapa yang dikepang atau dalam bentuk welitan. Paglak biasa didirikan oleh petani suku Using di tengah sawah di antara pematang sawah dengan fungsi utama sebagai tempat istirahat petani. Paglak yang secara konstruksi dibuat tinggi memudahkan para petani mengawasi burung-burung pemakan padi. Biasanya pemilik paglak menambahkan angklung sebagai sarana Paglak merupakan sebuah gubuk sederhana dengan ketinggian 5 hingga 10 meter, terbuat dari bambu dengan atap daun kelapa yang dikepang atau dalam bentuk welitan. Paglak biasa didirikan oleh petani suku Using di tengah sawah di antara pematang sawah dengan fungsi utama sebagai tempat istirahat petani. Paglak yang secara konstruksi dibuat tinggi memudahkan para petani mengawasi burung-burung pemakan padi. Biasanya pemilik paglak menambahkan angklung sebagai sarana
Gambar 33. Paglak di salah satu sawah di Kemiren. Tampak Pak Rayis dan kelompoknya sedang memainkan angklung di atas paglak.(Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)
1.1.3.3 Kiling
Gambar 34. Kiling milik salah satu petani di Kemiren (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)
Kiling adalah sebutan kincir angin (baling-baling) dalam bahasa Using. Kiling biasa didirikan di sekitar areal sawah atau diletakkan di atas pohon sehingga mendapatkan angin lebih banyak. Kiling juga menjadi ciri khas wilayah teritori masyarakat agraris Using. Kiling yang tingginya sekitar 8 hingga 15 meter terbuat dari bambu, kayu dan atau pohon pinang. Untuk membuat killing menjadi lebih tinggi, biasanya petani memanfaatkan pohon pinang sebagai tiang utamanya, sedangkan untuk ketinggian sedang memanfaatkan bambu, kincir utamanya juga terbuat dari bambu. Ciri khas Kiling adalah bambu yang dihiasi oleh serabut-serabut ijuk atau alang-alang yang menjadi hiasan kiling. Kiling berfungsi untuk mengusir burung yang mengganggu padi akibat bunyi kincir yang tertiup angin.
Selain kiling yang didirikan di sawah sebagai sarana pengusir burung, dahulu masyarakat juga mengenal kiling yang diletakkan di halaman depan rumah sebagai penanda identitas Using (Suprijanto, 2002: 15). Pemandangan yang demikian hanya bisa didapatkan di pekarangan rumah Pak Iwan (Setiawan Subekti), seorang yang bukan penduduk Kemiren tetapi memiliki kepedulian sangat besar terhadap pelestarian budaya Using. Setidaknya hal tersebut bisa dinilai dari rumahnya di Kemiren yang merupakan rumah adat Using asli lengkap dengan paglak, kiling, dan segala pernik yang menandai sebuah rumah Using.