Partisipasi untuk Mendapatkan Insentif Materi

4. Partisipasi untuk Mendapatkan Insentif Materi

Bentuk partisipasi untuk mendapatkan insentif materi merupakan salah satu hal penting dalam pengembangan pariwisata karena hal ini berkaitan langsung dengan salah satu prinsip ekowisata yaitu memberikan manfaat ekonomi secara langsung kepada masyarakat lokal. Beberapa hal yang berkaitan dengan bentuk partisipasi seperti ini yang ada di Kemiren adalah industri kreatif hasil kerajinan masyarakat seperti pembuatan alat musik tradisional (gamelan, angklung, biola, kenthulitan) dan killing. Namun, industri kreatif hasil kerajinan tersebut hanya dilakukan berdasarkan pesanan dan tidak kontinyu serta ketiadaan ruang pamer/ penjualan khusus hasil-hasil kerajinan tersebut. Pemesanan makanan (kuliner) tradisional, seperti pecel pithik, juga menjadi salah satu sumber pendapatan warga yang biasanya agak ramai dipesan pada saat acara Barong Ider Bumi, Tumpeng Sewu, atau bila ada wisatawan dari luar yang ingin merasakan makan pecel pithik seusai ziarah di makam Buyut Cili. Aktifitas seni tradisi yang ada di Kemiren, selain sebagai upaya pemertahanan khasanah budaya Using, juga merupakan bentuk lain partisipasi masyarakat dalam mendapatkan insentif materi. Tanggapan (undangan pentas) untuk para seniman seni tradisi, baik kelompok maupun perorangan, berjalan baik karena Kemiren sudah terkenal sebagai salah satu barometer kesenian tradisi Banyuwangi.

Gambar 45. Kerajinan musik tradisional Using hasil produksi salah satu warga Kemiren (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)

Gambar 46. Salah satu warung makan di Kemiren yang menerima pemesanan masakan/ kuliner khas Using (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)

Selain itu keberadaan homestay juga merupakan bentuk lain dari partisipasi masyarakat untuk mendapatkan insentif materi. Meskipun demikian, pengelolaan homestay hingga kini dirasakan tidak maksimal karena tidak terorganisir dengan baik. Salah satu persoalan dalam usaha penyediaan rumah tinggal ( homestay ), yaitu dari segi penetapan tarif :

Ya 1 hari 1 malam itu 15 ribu orang satu. 15 ribu itu ngitungnya cuma makan tok , nginapnya gak dihitung. Jadi ibaratnya kalau makan 3 kali ya 1 kali makan ya 5 ribu. 5 ribu itu plus kopi kadang kalau ada jajan ya jajan, ada buah-buahan ya buah-buahan. Ngitungnya ya cuma 15 ribu satu hari satu malam. Nginapnya wes gak dihitung (Tahrim, wawancara 19 Juni 2013).

Gambar 47. Salah satu homestay di Kemiren (Sumber gambar: Dok. pribadi, 2013)

Masyarakat hanya mengenakan biaya makan sekadarnya pada tamu yang menginap tanpa memperhitungkan sewa kamar, pemakaian listrik, dan biaya penyediaan camilan. Secara psikologis masyarakat cukup senang rumahnya dipilih sebagai rumah tinggal dan merasa tersanjung dengan itu. Kebiasaan masyarakat Kemiren untuk memperlakukan tamu ( wong adoh ) dengan sebaik-baiknya seharusnya direspon oleh pemerintah desa dengan pengaturan dan penyeragaman tarif menginap karena tidak bagus kalau situasi psikologis yang demikian dibiarkan begitu saja. Apalagi bila frekuensi tamu yang datang semakin meningkat, maka jumlah kerugian masyarakat akan meningkat. Alih-alih merasakan dampak positif dari pelaksanaan desa wisata, mereka malah akan apatis. Padahal sebenarnya lebih banyak lagi peluang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari usaha pariwisata.

Sebenarnya ada lagi partisipasi masyarakat untuk mendapatkan insentif materi, yaitu dengan membuat souvenir atau kerajinan khas Kemiren seperti barong mini, biola mini, dan kerajinan dari bambu. Namun demikian, upaya tersebut tidak berjalan baik. Memang tidak dipungkiri pelatihan untuk membuat kerajinan berkali-kali dilakukan (mengingat Kemiren kaya akan bambu), namun penduduk merasa bingung harus memasarkan produk kerajinannya kemana karena selama ini memang tidak ada pasar khusus atau lokasi khusus untuk itu. Sementara anjungan wisata yang ada pun tidak bisa diharapkan. Lagipula masyarakat belum mempunyai mental wirausaha yang tangguh. Daripada membuat kerajinan yang belum tentu laku lebih baik mereka buruh di sawah atau nukang yang bayarannya bisa langsung dinikmati:

.....................masyarakat sini dia lebih apa namanya mementingkan yang instan itu lo yang hasilnya langsung yang cepet jadi yang disenengi akhir-akhir ini. Lebih baik buruh tandur ketimbang membuat home industry tadi itu. Jadi satu kali kerja langsung dapat hasil. Umpamanya buruh tandur jam 7 berangkat pulang jam 4 kan sudah dapat bayaran. Kalau home industry umpama kita membuat anyaman bambu kerjanya 1 hari, belum pemasaran, hasilnya belum bisa dinikmati, nah ini orang belum tahu manfaat dan kegunaaannya itu. Padahal kalau kita tekun itu ya kan..berakit-rakit ke hulu nanti hasilnya kita rasakan kemudian. Tapi orang-orang Kemiren tidak seperti itu. Banyak pembuatan asbak dari bambu dari kayu, jam dinding, ada gantungan kunci, ada, biola, kendang, angklung, semua alat musik bisa diperoleh dari sini sampai kempis (perangkap ikan) sembarang itu (Tahrim, wawancara 19 Juni 2013).

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65