Tujuan pemberdayaan dan tahapan pemberdayaan
20 kecakapan hidup generik generic life skill, dan kecakapan hidup spesifik
specific life skill. Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal
personal skill, dan kecakapan sosial social skill. Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri self awareness skill dan
kecakapan berpikir thinking skill. Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan
diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir mencakup
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif.
Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi
communication skill
dan kecakapan
bekerjasama collaboration skill. Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk
menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik academic skill atau kecakapan intelektual, dan
kecakapan vokasional vocational skill. Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual.
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas
21 kecakapan vokasional dasar basic vocational skill dan kecakapan
vokasional khusus occupational skill. Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan
berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai
pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap ketersediaan
lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara
bertahap. Menurut Satori dalam Anwar 2006:21,
“life skills merupakan kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan
kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memiliki
karakter dan etika untuk terjun kedunia kerja. ”
Berdasarkan definisi tentang pengertian pendidikan kecakapan hidup di atas dapat disimpulkan mengenai pendidikan kecakapan hidup life
skill pada dasarnya merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup setiap warga Negara. Kaitannya dengan hal itu, tidak
terkecuali dengan para wanita yang mempunyai hak untuk memperoleh
22 pendidikan kecakapan hidup life skill agar dapat menghadapi permasalahan
atau problem hidup sehingga dapat hidup secara wajar dalam kehidupannya. Menurut Satori dalam Anwar 2006:21. ciri pembelajaran life
skills adalah: 1 terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar, 2 terjadi
proses penyadaran untuk belajar bersama, 3 terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar, usaha mandiri, usaha bersama, 4 terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik,
manajerial, kewiarausahaan, 5 terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar,
menghasilkan produk bermutu, 6 terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli, 7 terjadi proses penilaian kompetensi,
dan 8 terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.
Jika hubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup
pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vocational skills, yang intinya terletak pada penguasaan specific occupational job.