Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan berat dari efek globalisasi. Pengalaman globalisasi abad 19 mengidentifikasikan bahwa integrasi ekonomi, ekspansi pasar memberikan sedikit peluang untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran saat ini merupakan masalah utama dan mendesak yang perlu untuk segera diatasi dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Pengangguran yang tidak segera mendapatkan penanganan akan memicu bertambahnya angka kemiskinan. Permasalahan ini menjadi penting untuk segera diatasi karena dapat membawa dampak yang lebih luas, mencakup aspek sosial, ekonomi, psikologis dan bahkan politik. Data pengangguran dan kemiskinan di Indonesia hingga saat ini masih merupakan masalah besar yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta 13,33 persen. Sedangkan data ketanagakerjaan Indonesia pada tahun 2010 jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 8,96 juta orang 7,87 persen dari total angkatan kerja 113, 83 juta orang. Dari jumlah 8,96 juta orang pengangguran tersebut sebagian besar berada di pedesaan. Badan Statistik Indonesia BPS. Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2010.Diambil dari Error Hyperlink reference not valid. kemiskinan.pdf diakses tanggal 15 april 2012.Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi setidaknya 2 merupakan indikator bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum sesuai dengan harapan dan cita-cita perjuangan bangsa. Sejarah kegagalan pembangunan yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1997 ditandai dengan munculnya krisis ekonomi dan politik telah melahirkan kesadaran baru tentang paradigma pembangunan yang tidak lagi berorientasi ekonomi semata, melainkan pembangunan manusia yang berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia. Paradigma baru tersebut mengisyaratkan akan arti pentingnya pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal PNF sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaiman tercantum dalam UUD 1945. Adapun salah satu wujud kongkrit yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai salah satu pionir untuk pencapaian tujuan pendidikan pembangunan bangsa adalah diterbitkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UU Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Depdiknas, 2003 telah mengamanatkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” 3 Selain itu dalam undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional bagian kelima pendidikan non formal pasal 26 ayat 1 menerangkan bahwa: Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selanjutnya terkait dengan masalah kemiskinan dan kebodohan, peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal Depdikbud, 1992 secara tegas menyatakan bahwa tujuan PNF adalah: “Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan formal sekolah.” Konsepsi dan kajian yuridis diatas, telah mengindikasikan bahwa PNF merupakan wahana yang sangat strategis bagi penanganan kebodohan, pengangguran, dan kemiskinan, khususnya untuk masyarakat miskin atau tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah. Peran PNF semakin tampak jelas, setelah belakangan ini melihat kenyataan bahwa efek globalisasi berdampak tidak hanya saja pada terpuruknya perekonomian bangsa tetapi berimbas pula pada sektor-sektor kehidupan lainnya seperti pendidikan, lapangan kerja, sosial dan lain-lain. Dilain pihak kualitas sumber daya 4 manusia SDM kita masih sangat rendah dan memprihatinkan. Hal tersebut setidaknya dapat kita ketahui dari survei beberapa lembaga internasional. Hasil survei tentang indeks pembangunan manusia IPM atau Human Development Indeks HDI pada tahun 2009, menempatkan Indonesia pada peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0,593. Pada tahun 2010, sebagaimana laporan indeks pembangunan manusia yang dikeluarkan program perserikatan bangsa-bangsa atau United National Development Program UNDP, IPM atau HDI Indonesia berada pada peringkat ke 108 dari 169 negara dengan indeks 0,600. Data pada tahun 2009 dan 2010 ada kecenderungan kenaikan peringkat HDI Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, namun kita masih tertinggal jauh dibanding dengan negara tetangga kita Malaysia pada peringkat 57. Indeks Pembangunan Manusia IPM tahun 2009 diakses dari http:id.wikipedia.orgwiki IndeksPembangunanManusia. Hasil survei lembaga internasional tersebut dapat digunakan sebagai pelajaran berharga yaitu bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu adanya langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan harus dilakukan secara utuh menyeluruh, tidak hanya memperkuat basis akademik, tetapi juga ajaran agama dan pembinaan profesi atau keahlian skill. Berjalannya proses ini, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang tangguh, baik dari sisi akademis, teknis keterampilan maupun religi 5 keagamaan, sehingga dapat menjadi pemicu penerus bangsa yang mampu menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan. Langkah awal mewujudkan berbagai harapan di atas, Departemen pendidikan nasional sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tanggungjawab utama terhadap pembangunan sumber daya manusia di Indonesia, telah menyusun kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan mendasar broad based education, berorientasi pada kecakapan hidup life skills, dan berbasis masyarakat community based education. Untuk itulah, maka sejak tahun 2002 Depdiknas telah merencanakan sebuah program inovasi di bidang pendidikan yang disebut dengan program life skills atau pendidikan kecakapan hidup. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, khusunya pada penjelasan pasal 26 ayat 3 menyatakan bahwa “pendidikan kecakapan hidup life skills adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri”. Mengingat bahwa pada tahun 2002 masih berlaku Undang - undang Nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, maka sesuai jalur pendidikan yang ada, program life skills atau pendidikan kecakapan hidup diimplementasikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal sekolah dan jalur pendidikan non formal PNF. Sesuai konteksnya, penelitian ini untuk selanjutnya akan memfokuskan bahasan pada eksistensi program life skills PNF. 6 Lembaga penyelenggara pendidikan kecakapan hidup life skills pada jalur pendidikan non formal adalah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar BPKB, Sanggar Kegiatan Belajar SKB, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM, dan Lembaga Perkursusan LPK. Sesuai dengan konteksnya penelitian ini secara khusus akan mengkaji program life skills yang diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul. Kementrian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa program pendidikan life skills PNF dimaksudkan untuk membekali warga belajar dengan lima aspek, yaitu 1 kecakapan mengenal diri self awareness yang juga sering disebut kecakapan personal personal skills, 2 kecakapan berpikir rasional thingking skill, 3kecakapan antar personal interpersonal skills, 4 kecakapan akademik academic skill yang sering disebut juga kemapuan berpikir ilmiah scientific skill, dan 5 kecakapan vokasional vocational skill. Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peniliti ditemukan bahwa belum Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup Life Skills diterapkan dalam proses pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran yaitu kecakapan akademik academic skills atau disebut juga kecakapan berfikir ilmiah. Hal ini semakin memperkuat atau mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup Life Skills Pada Program Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu 7 Gunungkidul. Alasan mengapa peniliti memilih Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM karena Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM adalah lembaga swasta yang memiliki tugas dan fungsi sama dengan Sanggar Kegiatan Belajar SKB tetapi belum mempunyai banyak pengalaman untuk melaksanakan program PNF oleh karena itu peniliti ingin mengetahui lebih jauh pelaksanaan program life skills di PKBM.

B. Identifikasi Masalah