Tahap Pasca Adjudikasi Kebijakan Polri Dalam Penanganan Tindak Pidana Perjudian di Polres Asahan

2. Tahap Pasca Adjudikasi

Tahapan pasca adjudikasi merupakan tahapan pelaksanaan pemidanaan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap setelah hakim menjatuhkan vonisnya terhadap terdakwa. Dalam hal ini, jaksa penuntut umum sebagai pihak eksekutor yang bertanggungjawab melaksanakan putusan pidana Pasal 270 KUHAP. Setelah itu, tanggungjawab pembinaan berada di tangan petugas lembaga pemasyarakatan. Penerapan siksaan dan hukuman terhadap terpidana di Indonesia dilakukan dengan sistem pemasyarakatan atau pembinaan, upaya pembinaan dan pendidikan untuk memasyarakatkan kembali, pada dasarnya bertujuan untuk mencegah jangan sampai kejahatan itu terjadi atau paling tidak diharapkan dapat menekan pertambahan perilaku kejahatan. Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dilakukan dengan metode moralistic, artinya pembinaan yang dilakukan dengan cara membentuk mental spiritual ke arah yang positif, misalnya bisa dilakukan oleh para pendidik, para ahli agama, ahli jiwa, dan sebagainya. Kecuali itu, dapat juga digunakan metode abolisionalistik, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan cara konsepsional yang harus direncanakan atas dasar hasil penelitian kriminologis, dengan menggali sumber-sumber penyebabnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan perbuatan kejahatan adapun metode ini lebih efektif jika disertai dengan metode operasional, yaitu pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. 340 340 Abdulsyani, Soiologi Kriminalitas, Bandung: Remadja Karya, 1987, hal 27 Universitas Sumatera Utara 210 Sejalan dengan pernyataan Kapolres Asahan, 341 bahwa pada dasarnya yang lebih berwenang dalam pembinaan tersangka kasus perjudian di lembaga pemasyarakatan adalah pihak lembaga pemasyarakatan itu sendiri, selama di dalam titipan sementara di rumah tahanan pemerintah saat itulah Kepolisian Resor Asahan melakukan pembinaan yang lebih mendasar lagi dengan melakukan bimbingan rohani dan arahan dari ustad ataupun pendeta untuk lebih menerangkan hati para tersangka bahwa dengan bermain judi adalah merupakan perbuatan yang dibenci oleh Tuhan karena mengandung hal-hal yang merugikan orang lain Penghukuman yang merupakan pencegahan dari segi represif juga tidak boleh mengabaikan segi pembinaan dengan dasar pemikiran bahwa prilaku hanya mungkin melalui interaksi maksimal dengan kehidupan masyarakat dan pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari strategi perencanaan sosial yang lebih luas. Perlu juga kiranya penyuluhan hukum bagi masyarakat yang bertujuan untuk sedikit demi sedikit mengurangi proses stigmatisasi atau proses pemberian cap terhadap pelanggar hukum dan bekas narapidana. 341 Wawancara dengan AKBP J. Didiek Dwi Priantono, SH, Kapolres Asahan pada tanggal 15 April 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HAMBATAN DAN UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN

TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI POLRES ASAHAN

A. Hambatan Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Di Polres Asahan

Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat akan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh- suburkan kejahatan. 373 Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana, Cuba, diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan khususnya dalam masalah urban crime, antara lain: 374 1. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan kebodohan, ketiadaankekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang tidak cocokserasi; 373 Syahruddin Husein, Op.Cit, hal. 7. 374 Ibid, hal. 7. Universitas Sumatera Utara