28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi merupakan suatu langkah awal dan syarat awal yang harus dilakukan dalam suatu penelitian menggunakan tanaman. Determinasi tanaman
bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang digunakan dalam penelitian serta untuk meminimalisir adanya kesalahan yang terjadi saat
pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tanggal 31 Mei 2013 dengan acuan Julia F. Morton 1987 dan United States Department of Agriculture NRCS 2013. Pembuktian
determinasi ini diperkuat dengan adanya surat determinasi yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada lampiran 1 yang menyatakan bahwa tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah benar-benar kulit batang apel beludru Diospyros blancoi
A. DC. yang diambil dari tanaman apel beludru.
B. Hasil Pengumpulan Bahan
Kulit batang apel beludru diperoleh dari kawasan Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta pada bulan Januari
2013. Kulit batang apel beludru diambil dari satu tempat saja, hal ini untuk menghindari adanya variasi kandungan senyawa aktif dari tanaman. Pengambilan
kulit batang apel beludru dilakukan saat pagi hari agar kandungan metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan belum berkurang Andayani,
Lisawati dan Maimunah, 2008. Pengambilan kulit batang apel beludru dilakukan pada kondisi tanaman yang sedang berbuah dengan cara mengambil kulit batang
dengan jarak 80-100 cm dari bagian dasar tanaman, yaitu bagian tanah dan dipotong melintang sepertiga dari ukuran kulit batang dengan tinggi 10 cm,
dengan jarak pengambilan kulit batang berikutnya, yaitu 20 cm agar sampel yang digunakan representatif. Tanaman apel beludru Lampiran 2 yang diambil
merupakan tanaman budidaya dan bukan tanaman liar, karena penggunaan tanaman budidaya sebagai tanaman penelitian jauh lebih baik dibandingkan
dengan tanaman liar. Kerugian dari penggunaan tanaman liar, yaitu ketidakpastian dari kondisi dan perlakuan tanaman, terkait pemupukan dan intensitas cahaya
matahari yang diterima tanaman sehingga kandungan metabolit sekunder menjadi berbeda. Ketidakpastian umur tanaman yang sama karena dengan adanya
perbedaan umur tanaman juga akan mempengaruhi kandungan metabolit sekunder yang ada.
C. Hasil Preparasi Sampel 1. Hasil ekstraksi sampel
Ekstraksi sampel bertujuan untuk menarik senyawa kimia yang terkandung di dalam kulit batang apel beludru menggunakan pelarut yang sesuai yang
kemungkinan senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai antioksidan. Menurut Andersen dan Markham 2006, dalam penelitian digunakan tanaman
yang telah dikeringkan karena tanaman yang masih segar dapat mengalami
kerusakan yang disebabkan suatu enzim pada tanaman yang dapat merusak senyawa antioksidan sehingga perlu proses pengeringan untuk mengurangi
terjadinya kerusakan senyawa antioksidan pada tanaman tersebut sehingga pada penelitian ini juga digunakan tanaman dengan proses pengeringan.
Proses pembuatan ekstrak simplisia kulit batang apel beludru dimulai dengan proses penyortiran dan pencucian kulit batang apel beludru menggunakan
air mengalir yang bertujuan menghilangkan kontaminasi dari benda asing seperti tanah debu, dan bagian tanaman lain yang dapat mengacaukan penelitian.
Kemudian, kulit batang apel beludru diangin-anginkan dengan tujuan menghilangkan air karena proses pencucian. Mursyidi 1990 menyatakan bahwa
pengeringan dengan suhu di bawah 100
o
C tidak akan mengubah molekul flavonoid, karena proses pemanasan dimaksudkan untuk mencegah kerja enzim
dan panas yang digunakan tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, proses selanjutnya adalah proses pengeringan pada oven dengan suhu 40-60
o
C hingga kulit batang apel beludru menjadi kering, rapuh dan mudah untuk dipatahkan.
Kulit batang yang telah kering kemudian ditumbuk terlebih dahulu untuk mempermudah proses penyerbukan, setelah itu dilanjutkan dengan penyerbukan
menggunakan alat penyerbuk hingga halus. Serbuk simplisia kemudian diayak dengan ayakan nomor mesh 40. Tujuan dari proses penyerbukan adalah untuk
memperkecil ukuran partikel simplisia, sehingga luas permukaan simplisia menjadi lebih besar yang mampu mengoptimalkan kontak antara serbuk simplisia
dengan cairan penyari sehingga hasil penyarian menjadi lebih optimal.
Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi karena ekstraksi dengan maserasi tidak melibatkan pemanasan sehingga dapat mengurangi terjadinya
perubahan senyawa pada simplisia. Proses maserasi dilakukan dengan perendaman ekstrak tumbuhan dengan pelarut organik yang menyebabkan dinding
dan membran sel pecah karena adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada di sitoplasma akan larut pada pelarut
organik dan ekstraksi senyawa menjadi sempurna. Hal inilah yang menjadi keuntungan proses maserasi untuk isolasi senyawa dari bahan alam.
Cairan penyari yang dipilih adalah metanol karena metanol merupakan pelarut universal dan kemampuan penetrasi ke dalam sel tanaman lebih kuat
dibandingkan etanol ataupun penyari yang lain Depkes RI, 2000. Kepolaran metanol lebih tinggi dibandingkan dengan etanol, yaitu metanol 5,1 dan etanol 4,3
sehingga metanol lebih mudah untuk berinteraksi dengan senyawa fenolik yang memiliki sifat polar like dissolve like Snyder, 1997. Penyari yang digunakan
untuk proses maserasi adalah campuran metanol dan air karena penggunaan campuran metanol dan air akan menghasilkan jumlah rendemen lebih banyak
dibandingkan dengan campuran lain Sultana, 2009. Pelarut pertama adalah metanol : air 9:1, sedangkan pelarut kedua adalah metanol : air 1:1 Mursyidi,
1990. Maserasi dilakukan menggunakan pelarut pertama yaitu metanol : air
9:1. Proses maserasi dilakukan selama satu hari karena maserasi menggunakan mesin pengaduk, yaitu shaker sehingga waktu yang digunakan dapat dipersingkat
menjadi satu hari Depkes RI, 1986. Selain itu, tujuan maserasi dibantu dengan
shaker agar proses maserasi menjadi efektif karena kontak antara penyari dengan sel-sel kulit batang apel beludru lebih banyak dibandingkan jika hanya didiamkan
saja dan untuk menghindari terjadinya pengendapan. Pengendapan dapat mengurangi kontak antara penyari dengan serbuk simplisia diakibatkan oleh luas
kontak serbuk dengan penyari menjadi lebih kecil karena adanya ikatan yang kuat antar partikel tersebut. Setelah dimaserasi selama satu hari kemudian dilakukan
proses penyaringan menggunakan corong Buchner dan kertas saring dengan bantuan pompa vakum untuk mempercepat proses penyaringan. Ampas hasil
penyaringan dimaserasi dengan pelarut kedua, yaitu metanol : air 1:1 selama satu hari kemudian dilakukan proses penyaringan dengan bantuan pompa vakum.
Filtrat yang diperoleh dari proses penyaringan pertama dan kedua digabung kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dengan tujuan
agar filtrat metanol yang diuapkan tidak kontak langsung dengan panas karena dapat merusak kandungan senyawa yang ada di filtrat metanol. Hasil ekstrak
metanolik kulit batang apel beludru yang diperoleh yaitu, 400 mL.
2. Hasil fraksinasi ekstrak
Hasil ekstrak metanolik yang diperoleh diekstraksi lagi menggunakan petroleum eter yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang yang bersifat
non polar seperti lipid yang dapat mengganggu dalam penelitian. Menurut Snyder 1997 indeks polaritas petroleum eter, yaitu 0,1 berarti bersifat sangat non polar
. Metode ekstraksi cair-cair merupakan metode yang digunakan dalam
pemisahan senyawa non polar menggunakan petroleum eter di mana pemisahan senyawa berdasarkan pada kepolaran senyawa dengan dua pelarut yang memiliki
tingkat kepolaran berbeda .
Ekstrak metanolik diekstraksi cair-cair menggunakan petroleum eter dengan menggunakan petroleum eter dengan perbandingan 1:1
pada corong pisah kemudian digojog dengan perlahan yang bertujuan sehingga memudahkan dalam pemisahan dengan pencampuran. Fase air akan berada di
bagian bawah karena air memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan petroleum eter, yaitu 0,730 sedangkan air sebesar 0,996 Depkes RI, 1995. Fraksi
air akan digunakan analisis lebih lanjut. Fraksinasi bertujuan untuk menarik senyawa yang lebih larut dalam etil
asetat untuk menguji aktivitas antioksidan sehingga akan lebih mendapatkan hasil yang spesifik pada senyawa flavonoid dengan golongan
isoflavones, flavanones, methylated flavones, and flavonols Andersen dan Markham, 2006. Fraksi air
yang merupakan hasil fraksinasi menggunakan petroleum eter akan difraksinasi kembali dengan etil asetat. Indeks polaritas etil asetat yaitu 4,4 Snyder, 1997.
Etil asetat berfungsi untuk mengekstraksi aglikon polihidroksi misalnya aglikon flavonon, flavon dan flavonol Rathee, Patro, Mula, Gamre dan Chattopadadhyay,
2006. Metode ekstraksi cair-cair juga digunakan untuk pemisahan fraksi etil
asetat dengan perbandingan fraksi air hasil pemisahan dengan petroleum eter dan etil asetat yaitu 1:1. Tujuan dibuat perbandingan yang sama, yaitu untuk
meminimalisir resiko terjadinya perpindahan solute karena adanya perbedaan jumlah pelarut. Fraksi air kemudian diekstraksi sebanyak tiga kali. Tujuan
dilakukannya ekstraksi berulang-ulang yaitu untuk memaksimalkan perpindahan zat sesuai kepolarannya sehingga akan diperoleh hasil yang efisien.
Fraksi etil asetat yang digunakan untuk analisis lebih lanjut kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak
pekat. Penggunaan vacuum rotary evaporator bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kerusakan senyawa fenolik karena adanya proses pemanasan. Sisa
fraksi etil asetat kemudian dioven selama satu hari untuk menguapkan sisa pelarut sehingga didapatkan ekstrak kering. Sebelumnya cawan porselen yang masih
kosong ditimbang untuk mendapatkan bobot fraksi etil asetat. Fraksi kering etil asetat kemudian ditaruh dalam cawan porselen yang dibungkus ditutup dengan
alumunium foil supaya tidak terpapar udara dan sinar UV dan dapat mendegradasi senyawa fenolik yang terkandung. Fraksi etil asetat yang sudah dibungkus
kemudian disimpan dalam desikator agar tidak terpapar lembab dan ditumbuhi jamur atau mikroba. Bobot fraksi etil asetat yang didapat sebesar 8,25 g dan
rendemen fraksi etil asetat yang didapat adalah 4,125.
D. Hasil Uji Pendahuluan