Keterangan : Kontrol CMC = kontrol negatif CMC-Na 1 dosis 137,14 mgkgBB
Kontrol CCl
4
= kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB Kontrol dosis = kontrol FHEMM dosis tinggi 137,14 mgkgBB tanpa pemejanan
karbon tetraklorida 2 mLkgBB Dosis I
= pemberian FHEMM dosis rendah 34,28 mgkgBB + karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB
Dosis II = pemberian FHEMM dosis tengah 68,57 mgkgBB + karbon
tetraklorida dosis 2 mLkgBB Dosis III
= pemberian FHEMM dosis tinggi 137,14 mgkgBB + karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB
1. Kontrol negatif CMC-Na 1 137,14 mgkgBB
Pada penelitian ini menggunakan kontrol negatif berupa larutan CMC-Na 1. Tujuan dilakukan pengujian pada kelompok kontrol negatif adalah untuk
memastikan bahwa peningkatan kadar albumin pada hewan uji hanya disebabkan oleh pemberian FHEMM secara peroral dan bukan dikarenakan pemberian pelarut
yang digunakan yaitu CMC -Na 1 pada jam ke-24 sesuai waktu pencuplikan darah tikus. Dosis CMC-Na 1 yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan
dosis FHEMM dosis tertinggi, yaitu 137,14 mgkgBB. Hal ini dilakukan agar dapat melihat apakah dengan dosis yang sama dengan dosis FHEMM tertinggi,
CMC-Na 1 memberikan efek hepatotoksin pada hewan uji. Hasil pengukuran kadar albumin kontrol negatif pada jam ke-24 yaitu
4,47 ± 0,04 mgdL. Berdasarkan penelitian Cahyaningrum 2011 dilaporkan bahwa CMC-Na 1 tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan ketoksikan
hepar. Selain itu, didukung dengan penelitian Rao dan Kumar 2013 menyatakan bahwa pada kelompok kontrol CMC-Na 1 yang diberikan selama delapan hari
menunjukkan hasil histopatologi normal yang signifikan dibandingkan dengan perlakuan hepatotoksin parasetamol. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
CMC-Na 1 tidak memiliki pengaruh terhadap kerusakan hati sehingga tidak mempengaruhi kadar albumin serum.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB
Pembuatan kontrol hepatotoksin dilakukan dengan tujuan untuk melihat kerusakan hati hewan uji yang dapat ditimbulkan akibat pemejanan karbon
tetraklorida dosis 2 mLkgBB secara intraperitoneal dengan ditunjukkan penurunan kadar albumin serum. Karbon tetraklorida merupakan senyawa model
hepatotoksin yang dapat menimbulkan kerusakan hati berupa perlemakan hati steatosis. Kerusakan hati yang diamati pada jam ke-24 ditunjukkan dengan
penurunan kadar albumin dalam serum. Pemberian secara i.p dimaksudkan agar cairan karbon tetraklorida dapat terabsorbsi langsung ke dalam pembuluh darah
melalui cairan intraperitoneal tanpa melalui saluran cerna yang mana nantinya cairan karbon tetraklorida akan rusak oleh adanya enzim pencernaan. Berdasarkan
penelitian Sivakrishnan dan Kottaimuthu 2014 yang menyatakan bahwa kadar albumin mengalami penurunan mencapai 15 nilai normal jika terjadi kerusakan,
sama hal nya dengan penelitian ini yang dilakukan dengan pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB mengakibatkan kadar albumin turun
mencapai 36,2 nilai normal yang dapat dilihat pada Tabel V. Hasil pengukuran kadar albumin serum pada jam ke-24 setelah
pemejanan karbon tetraklorida 2 mLkgBB adalah sebesar 2,85 ± 0,05 mgdL.
Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa terjadi penurunan kadar albumin pada
jam ke-24. Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa pemejanan karbon
tetraklorida dengan dosis 2 mLkgBB yang diberikan pada hewan uji dalam penelitian ini memiliki efek hepatotoksin yaitu mampu menurunkan kadar
albumin serum. Kontrol hepatotoksin dibandingkan dengan kontrol CMC-Na 1 memiliki perbedaan yang bermakna yaitu sebesar 0,009 p0,05. Hal ini berarti
hepatotoksin karbon tetraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati berupa penurunan kadar albumin serum pada tikus betina galur Wistar.
3. Kontrol FHEMM Dosis III 137,14 mgkgBB