Bangunan dam parit sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. TaludJagaan ”free board”, berfungsi untuk menjaga pinggir parit tidak tergerus oleh air dan akan menjadi pegangan bangunan bendung.
2. Bangunan bendungtanggul, berfungsi untuk membendung aliranmeninggikan muka air di parit.
3. PengendaliPintu Air, berfungsi untuk mengendalikan muka air di dalam parit untuk dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran irigasi. Pengendalipintu air ini
dapat dibangun di pinggir atau di tengah tanggul. 4. Saluran irigasidrainase, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke lahan usaha
tani.
2.5 Hujan
Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun.
Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air
yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke
permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup.
Sifat – sifat hujan yang penting lama hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan. Sukartaatmaja, 2004. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan
rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda –
14
beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan
untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
15
METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2007 sampai dengan Februari 2008 di dam parit Citeko sub DAS Ciliwung hulu, yang secara
administratif terletak di Kecematan Megamendung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa
Barat. Gambar 2
Terdapat 7 lokasi dam parit pada DAS Citeko yang masing – masing lokasinya ditetapkan berdasarkan ordo sungai 2 dan 3. Metode yang digunakan adalah dengan
mengetahui kondisi biofisik dari masing – masing dam parit kemudian membandingkan efektivitas dari kelima dam parit di DAS Citeko. Gambar 3
3.2 Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data tinggi permukaan aliran permukaan
pada dam parit. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan dan informasi biofisik dam parit yang meliputi jenis tanah, topografi, penggunaan lahan dan jenis
tanah.
3.2.1 Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan
dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10. Kecuraman lereng 100 sama dengan
kecuraman lereng 45º . Untuk mendapatkan data lereng dapat digunakan dua cara yaitu dari peta topografi dan pengukuran langsung dengan menggunakan alat
altimeter.
16
1 : 7500
Gambar 2. Peta Lokasi Tempat Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko
17
3.2.2 Jenis Tanah
Jenis tanah dapat diketahui dengan cara menggunakan peta tanah ataupun pengukuran di lapang. Secara umum jenis tanah di hulu Ciliwung adalah tanah –
tanah andisol yang berasal dari endapan abu vulkan Gunung Pangrango. Jenis tanah yang diamati di lapang meliputi struktur tanah dan tekstur tanah.
3.2.3 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan diperoleh berdasarkan informasi dari peta penggunaan lahan yang sudah ada dan pengamatan lapangan dengan mencatat penggunaan lahan
yang mendapat manfaat dari dam parit dan pola penanaman.
3.3 Perhitungan Debit pada Dam Parit 3.3.1 Perhitungan Kecepatan
Sesuai dengan
keadaan pembangunan
dam parit yang telah ada di beberapa mikro DAS di kawasan DAS Ciliwung, maka untuk keperluan menjawab tujuan
penelitian ini akan dilakukan penetapan potensi air yang dapat ditampung oleh dam parit, yaitu dengan mengukur ketinggian permukaan air. Pengukuran tinggi
permukaan air pada dam parit digunakan meteran dengan waktu yang ditentukan setelah hujan berhenti. Pengukuran tinggi permukaan air dari dasar penampang sungai
yang paling dalam sampai tinggi permukaan air. Ketinggian air diukur pada tiga titik dam parit, yaitu ketinggian air sebelum
dam parit, setelah dam parit dan ketinggian air pada spillway. Ketiga titik pengukuran ini digunakan untuk mengetahui besarnya debit yang masuk ke dalam dam parit, debit
yang keluar dari dam parit dan debit air yang masuk ke saluran irigasi. Pengukuran ketinggian air pada tiga titik tersebut juga dilakukan pada setiap dam parit.
Perhitungan debit pada ketiga titik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
18
efektivitas dam parit, yaitu adanya air yang masuk ke saluran irigasi sehingga mengurangi debit puncak dan mencegah banjir.
Pengukuran ketinggian air digunakan untuk menghitung kecepatan. Secara teoritis perhitungan kecepatan aliran permukaan dapat dihitung berdasarkan rumus
yang telah dikemukakan oleh Manning tahun 1985. Selain perhitungan kecepatan dengan rumus manning, kecepatan air juga diukur dengan menggunakan alat berupa
pelampung dan stopwatch. Pengukuran kecepatan dilakukan pada dua kondisi yaitu pada kondisi hujan dan tidak hujan. Perhitungan kecepatan dengan menggunakan
rumus manning berdasarkan pada ketinggian air dan luas permukaan pada saluran yaitu sebagai berikut :
2 1
3 2
1 S
R n
V =
Keterangan : V = Kecepatan Air m
2
detik n = Kekasaran Permukaan
R = Jari – jari Hidrologi m S = Kemiringan Saluran m
3.3.2 Pengukuran Debit
Hujan merupakan faktor masukkan yang tidak dapat dirubah. Penelitian ini mengukur debit pada dam parit. Data curah hujan harian didapatkan dari stasiun
klimatologi terdekat dengan tempat penelitian. Tren dari aliran permukaan didapatkan dengan mengukur aliran permukaan yang terjadi pada dam parit pada waktu debit
puncak terjadi kemudian menganalisa dari data hasil pengukuran dan data curah hujan
19
harian, sehingga dengan melihat tren yang ada dapat dianalisis efektivitas dam parit dalam menurunkan debit sungai sebagai usaha mengendalikan banjir.
Q = V x A
Dimana :eQ = debit m3detik A = Luas Permukaan dam parit
V = Kecepatan air
3.3.3 Form Pengukuran Ketinggian Air
Tabel 1. Form Pengukuran Ketinggian Air
Lokasi :
Tanggal : a. Mulai hujan :
b. Selesai hujan : NO
Sungai sebelum Dam cm
Dam Parit cm Sungai sesudah Dam
cm Tepi Tengah Tepi Tengah Tepi Tengah
3.4 Metode Rasional