Rumusan Masalah Efektivitas DAM parit di hulu DAS Ciliwung dalam usaha pencegahan banjir

berdasar pada perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan dengan multifungsi yang dihasilkan dari dam parit.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan DAS Ciliwung yang memiliki luas lebih kurang 38.260 ha berada di dua propinsi, yakni Jawa Barat dan DKI, merupakan salah satu DAS prioritas yang mempunyai kedudukan yang strategis Syahrir, 2002. Bagian hulu terletak di kawasan Bopunjur Bogor-Puncak-Cianjur, sedang bagian hilir bermuara di teluk Jakarta. Pesatnya pembangunan di kawasan Bopunjur yang ditandai dengan alih fungsi lahan, disinyalir sebagai penyebab menurunnya fungsi kawasan tersebut sebagai daerah penyangga. Data hasil pengukuran infiltrasi tanah di Sub DAS Ciliwung hulu, diketahui bahwa kapasitas infiltrasi tanah di wilayah tersebut saat ini mencapai 70 – 74 dari total curah hujan tahunan Irianto dan Pujilestari, 2002. Menurut Pawitan 2002 antara tahun 1981 dan 1989 terjadi kenaikan debit puncak di daerah hulu dari 46,5 m3det menjadi 77,6 m3det atau terjadi kenaikan sebesar 67. Kejadian banjir pada Februari 2002 menyebabkan 66 wilayah Jakarta terendam banjir dan pada Februari 2007 mencapai kerugian Rp. 8 Trilyun Bappenas, 2007. Banjir mengarah pada terjadinya krisis air yang tidak dapat diatasi dengan cara parsial dan sesaat. Hal ini disebabkan besaran, intensitas, frekuensi, dan durasinya akhir-akhir ini sangat berbeda dibandingkan dengan periode sebelumnya. Untuk itu diperlukan penerapan konsep manajemen pengelolaan air dengan penerapan masukan, sistem dan keluaran. Masukan yang paling utama dalah sumber air yaitu curah hujan, debit sungai dan air tanah dalam air bumi. Sistem meliputi daerah aliran sungai, sistem budidaya, dan manusia penghuninya. Keluaran meliputi produksi biomasa seperti hasil pertanian, ternak dsb. Irianto, 2003. 4 Teknologi untuk mengantisipasi banjir yang telah diaplikasikan adalah teknologi dam parit untuk menampung dan menahan kelebihan air di musim hujan dan didistribusikan ke areal pertanian pada saat diperlukan. Dam parit dibangun hanya memanfaatkan luas badan saluran atau sungai sehingga tidak mengurangi areal produktif. Selain itu, dengan ditampungnya air dalam dam parit dan dialirkan melalui jaringan irigasi ke areal pertanian terdapat kesempatan waktu dan volume untuk meresapkan air ke dalam tubuh tanah recharging di sebagian areal DAS, sehingga mengurangi resiko banjir di musim hujan Balitklimat 2005. Akan tetapi selama ini dimensi dam parit masih berdasar pada prediksi run off atau aliran permukaaan yang ada dan lokasi dam parit masih didasarkan pada kondisi topografi daerah aliran sungai. Selain itu, hal yang perlu dipertimbangkan adalah air hasil limpasan dari dam parit agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, yaitu saluran irigasi dibuat dengan melewati lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Permasalahan lain, seperti yang terjadi pada bangunan pembendung air lainnya adalah adanya erosi yang mengendap pada bangunan dan saluran sehingga dapat mengurangi efektivitas dam parit. Penelitian ini dilakukan di DAS Citeko yang termasuk anak sungai DAS Cibogo, bagian hulu DAS Ciliwung, di Kecamatan Mega Mendung Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan pertimbangan bahwa bagian hulu DAS Ciliwung memiliki kontribusi besar dalam mengalirkan air pada DAS Ciliwung. Selain itu keberadaan dam parit pada DAS Citeko telah difungsikan untuk mencegah banjir pada DAS Ciliwung. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Adanya banjir di DAS Ciliwung yang salah satu usaha pencegahannya adalah dengan menggunakan teknologi dam parit. 5 2. Efektivitas dam parit dalam mencegah banjir, yaitu dengan mengetahui kapasitas tampungan dam parit berdasarkan kontruksi bangunan dam parit. 3. Multifungsi dam parit dalam skala DAS.

1.3 Tujuan Penelitian