bulanan atau curah hujan harian. Jumlah rata-rata bulanan curah hujan dan evapotranspirasi di tampilkan pada Gambar 6.
bulanan atau curah hujan harian. Jumlah rata-rata bulanan curah hujan dan evapotranspirasi di tampilkan pada Gambar 6.
Curah hujan dan evapotranspirasi rata-rata bulanan di citeko
100 200
300 400
500 600
JAN FEB
MAR APR
MEI JUN
JUL AGU
SEP OKT
NOV DES
Bulan C
ur a
h h uj
a n
m m
100 200
300 400
500 600
E v
a p
ot ra
ns pi
ra s
i m
m
RATA CH RATA ETP
Gambar 6. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Rata-rata Bulanan Gambar 6. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi Rata-rata Bulanan
Sub DAS Citeko, Cisarua dan Megamendung, Bogor Sub DAS Citeko, Cisarua dan Megamendung, Bogor
Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa bulan kering ditandai dengan jumlah curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensialnya, terjadi selama 4 bulan yaitu
Juni sampai bulan September yang berpotensi mengalami kekeringan. Bulan dengan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan Febuari yang berpotensi
terjadinya banjir di wilayah DAS Ciliwung. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa bulan kering ditandai dengan jumlah
curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensialnya, terjadi selama 4 bulan yaitu Juni sampai bulan September yang berpotensi mengalami kekeringan. Bulan dengan
jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari dan Febuari yang berpotensi terjadinya banjir di wilayah DAS Ciliwung.
4.2 Topografi 4.2 Topografi
DAS Citeko yang masuk dalam DAS Cibogo bertopografi bergelombang sampai berbukit pada ketinggian antara 720 sd 1.300 m dpl sehingga daerah
penelitian ini termasuk dalam wilayah dataran tinggi. DAS Cibogo yang mempunyai pola drainase dendritk, merupakan sungai orde 3 dan sungai orde 2 dengan DAS
sebanyak 4 buah yaitu Cibogo, Cipanggulaan, Cisuren dan Cihanjawar. Sungai mempunyai bentuk V dengan dasar sungai sempit dan tebing sangat terjal jarak antar
sungai orde 2 berkisar antara 400-500 m. Berdasarkan ketersediaan airnya sungai DAS Citeko yang masuk dalam DAS Cibogo bertopografi bergelombang
sampai berbukit pada ketinggian antara 720 sd 1.300 m dpl sehingga daerah penelitian ini termasuk dalam wilayah dataran tinggi. DAS Cibogo yang mempunyai
pola drainase dendritk, merupakan sungai orde 3 dan sungai orde 2 dengan DAS sebanyak 4 buah yaitu Cibogo, Cipanggulaan, Cisuren dan Cihanjawar. Sungai
mempunyai bentuk V dengan dasar sungai sempit dan tebing sangat terjal jarak antar sungai orde 2 berkisar antara 400-500 m. Berdasarkan ketersediaan airnya sungai
24 24
orde 1 pada umumnya mengering intermiten dan mata air muncul pada ujung sungai orde 2 sehingga mulai sungai orde 2 termasuk sungai yang mempunyai aliran
sepanjang tahun. Secara umum topografi ini berbentuk lungur memanjang dengan punggung
berlereng melandai dan lereng tengah terjal sampai sangat terjal ke arah sungai dengan panjang lereng berkisar antara 50-100 m. Lereng bawah sebagian datar di
dekat jalur aliran dan sebagian lagi bersatu dengan lereng tengah dengan tingkat kemiringan terjal.
4.3 Tanah
Secara umum tanah pada DAS Cibogo dapat dibedakan kedalam 3 kelompok yaitu :
1. Tanah pada lereng bawah dan jalur aliran dengan penggunaan lahan sawah 2. Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah.
3. Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan kebun teh dan lahan kering.
Sebagian besar Tanah di DAS Citeko merupakan tanah pada lereng bawah dan jalur aliran dengan penggunaan lahan sawah berkembang dari bahan aluvio koluval,
drainase agak terhambat, permeabilitas sedang, solum sedang, warna coklat kekelabuan, tekstur sedang dan dilapisan bawah berkerikil, reaksi tanah agak masam,
pada beberapa tempat terdapat batu berupa boulder dengan diameter antara 20-200 cm. Tanah ini diklasifikasikan sebagai Fluvaquentic Endaquepts, Aeric Endoaquepts
dan Fluvaquentic Dystrudepts. Tanah baik pada lapisan atas selalu diolah dan di lumpurkan untuk dijadikan sawah mempunyai berat isi 0.94 g cm
3
pada lapisan atas dan 0,83 gcm
3
pada lapisan bawah. Tanah tidak mempunyai masalah terhadap proses
25
pemadatan, air yang masuk kedalam tanah lapisan atas akan bergerak kebawah dengan kecepatan sedang, permeabilitas tanah lapisan atas sebesar 5,72 cmjam, pada
lapisan tanah bawah gerakan air cepat ditunjukan oleh permeabilitas tanahnya 18,44 cmjam. Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman 0 – 30 cm dapat menyerap
air sampai keadaan jenuh sebanyak 266,2 mm, sebanyak 111,0 mm akan didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 23,4 mm didrainasekan secara lambat. Air
ditahan oleh tanah dalam kondisi kapasitas lapang sebesar 131,8 mm pada kondisi kapasitas lapang ini jumlah air yang dipegang dengan kuat oleh matrik tanah sehingga
tidak tersedia bagi tanaman sebesar 88,8 mm dan yang tersedia bagi tanaman hanya sebesar 43,0 mm.
Tabel 2 . Daya Memegang Air dan Permeabilitas Berbagai Jenis Tanah Jenis tanah
Daya tanah memegang air mm Permeabilitas mm
Jenuh Drainase
cepat Drainase
lambat Kapasitas
lapang Titik layu
permanen Air
tersedia Lapisan
atas Lapisan
bawah Sawah pada jalur aliran, Fluvaquentic Dtstrudepts.
266.2 111
23.4 131.8
88.8 43
5.72 18.44
Kebun campuran, Andic Dystrudepts 340.7
138.7 20.6
181.4 128.3
53.1 8.61
34.78 Sawah, Aeric Epiaquands
181.95 58.35
10.65 112.95
24.9 88.05
0.26 0.75
Kebun teh, Typic Hapludans 372.3
157.7 19.1
195.5 87.4
108.1 18.81
12.1
26
Kurfa pF dari beberapa profil tanah di Sub DAS Cibogo
Kandungan air
Fluvaquentic Dystrudepts 80,0
Andic Dystrudepts 70,0
Aeric Epiaquands 60,0
50,0 40,0
30,0 20,0
10,0 0,0
0,00 0,50
1,00 4,00
1,50 2,00
2,50 3,00
4,50 3,50
pF
TypicHapludans
Gambar 7. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di Sub DAS Cibogo, Bogor Gambar 7. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di Sub DAS Cibogo, Bogor
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 7 diketahui bahwa tanah Typic Hapludans dan Andic Dystrudepts mempunyai permeabilitas yang lebih cepat, dan mempunyai
kapasitas menyimpan air sampai dalam keadaan jenuh lebih besar pula, dibandingkan dengan tanah Flufaquentic Dystrudepts dan Aeric Epiaquands, sehingga bila terjadi
hujan air yang tanah tidak mudah jenuh dan selain itu laju air masuk kedalam tanah juga lebih cepat. Oleh karena itu pada Typic Hapludans dan Andic Dystrudepts air
hujan yang ditranfer ke menjadi aliran permukaan akan lebih kecil. Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 7 diketahui bahwa tanah Typic Hapludans
dan Andic Dystrudepts mempunyai permeabilitas yang lebih cepat, dan mempunyai kapasitas menyimpan air sampai dalam keadaan jenuh lebih besar pula, dibandingkan
dengan tanah Flufaquentic Dystrudepts dan Aeric Epiaquands, sehingga bila terjadi hujan air yang tanah tidak mudah jenuh dan selain itu laju air masuk kedalam tanah
juga lebih cepat. Oleh karena itu pada Typic Hapludans dan Andic Dystrudepts air hujan yang ditranfer ke menjadi aliran permukaan akan lebih kecil.
Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah berkembang dari bahan abu dan tufa volkan, drainase agak terhambat akibat disawahkan, solum
dalam, permeabilitas lapisan atas dan bawah sangat lambat, warna coklat kekelabuan, tekstur lempung berdebu, reaksi tanah agak masam. Tanah ini mempunyai lapisan
dengan karatan berwarna hitam setebal 10–30 cm di kedalaman 30–50cm dari permukaan tanah, termasuk dalam subgrup Aeric Epiaquands. Tanah pada lapisan atas
Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan sawah berkembang dari bahan abu dan tufa volkan, drainase agak terhambat akibat disawahkan, solum
dalam, permeabilitas lapisan atas dan bawah sangat lambat, warna coklat kekelabuan, tekstur lempung berdebu, reaksi tanah agak masam. Tanah ini mempunyai lapisan
dengan karatan berwarna hitam setebal 10–30 cm di kedalaman 30–50cm dari permukaan tanah, termasuk dalam subgrup Aeric Epiaquands. Tanah pada lapisan atas
27 27
selalu diolah dan di lumpurkan untuk dijadikan sawah mempunyai berat isi 0.99 g cm
3
pada lapisan atas dan 0.1,19 gcm
3
pada lapisan bawah. Tanah ini telah disawahkan selama lebih dari 25 tahun sehingga terdapat lapisan bajak yang kedap
akibat proses pengolahan tanah yang terus menerus. Air yang masuk kedalam tanah lapisan atas akan bergerak kebawah dengan kecepatan sangat lambat, pada lapisan
bawah pada kedalaman dibawah 30 cm pergerakan air lebih cepat, permeabilitas sedang 0,75 cmjam. Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman 0 – 1520
cm dapat menyerap air sampai keadaan jenuh sebanyak 121.3 mm dan dari jumlah tersebut sebanyak 38.9 mm akan didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 7,1 mm
didrainasekan secara lambat. Air ditahan oleh tanah dalam kondisi kapasitas lapang sebesar 75,3 mm. Pada kondisi kapasitas lapang ini jumlah air yang dipegang dengan
kuat oleh matrik tanah hanya sebesar 16,6 mm dan yang tersedia bagi tanaman sebesar 58,7 mm.
Tanah pada daerah punggung dengan penggunaan lahan kebun teh dan lahan kering berkembang dari dari bahan abu dan tufa volkan, drainase baik, permeabilitas
agak cepat sampai cepat, solum dalam, warna coklat, tekstur sedang sampai agak kasar, reaksi tanah agak masam, termasuk dalam subgrup Typic Hapludans. Keadaan
fisik lapisan tanah Typic Hapludans lapisan atas maupun bawah bertekstur lempung berdebu. Andosol Coklat dengan peenggunaan lahan perkebunan teh ini mempunyai
berat isi 0.76 gcm
3
pada lapisan atas dan 0.62 gcm
3
pada lapisan bawah. Air yang masuk kedalam tanah lapisan atas akan bergerak kebawah dengan kecepatan cepat,
permeabilitas tanah lapisan atas adalah sebesar 16,8 cmjam, pada lapisan tanah bawah gerakan air menurun menjadi sedang, dengan permeabilitas hanya 12,1
cmjam. Tanah ini sampai kedalaman perakaran tanaman 0 – 50 cm dapat menyerap air sampai keadaan jenuh sebanyak 372 mm dan jumlah ini merupakan jumlah
28
terbanyak dari jenis tanah yang ada di daerah penelitian. Dari jumlah tersebut sebanyak 157,7 mm 42,4 dapat didrainasekan dengan cepat dan sebanyak 19.1
mm 5,1 didrainasekan secara lambat dan 195,5 mm 52,5 ditahan oleh tanah dalam kondisi kadar air tanah kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas lapang ini 87,1
mm 44,7 dipegang dengan kuat oleh matrik tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman, dan yang tersedia bagi tanaman sebesar 108,1 mm 55,3. Dengan
banyaknya jumlah air yang dipegang oleh tanah dan tidak tersedia bagi tanaman maka tanah ini di lapangan akan terasa berair dan licin bila dipirit . Hal ini erat kaitannya
dengan karakteristik jenis mineral penyusun tanahnya yaitu alofan yang berbentuk hablur tidak mengkristal dengan baik.
4.4 Penggunaan Lahan