83 b. Ho ditolak karena F
1-2
= 18,206 6,00. Ini berarti siswa dengan motivasi belajar tinggi memberikan prestasi belajar yang tidak sama
dengan siswa dengan motivasi belajar rendah. Dari rataan marginalnya yaitu rataan prestasi belajar siswa dengan motivasi tinggi 74,41 dan
rataan prestasi belajar siswa dengan motivasi rendah 57,333 menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar dengan motivasi tinggi
lebih tinggi daripada rataan prestasi belajar dengan motivasi rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi tinggi
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah.
c. Ho tidak ditolak karena F
2-3
= 0,8417 6,00. Ini berarti siswa dengan motivasi belajar sedang memberikan prestasi belajar yang sama
dengan siswa dengan motivasi belajar rendah.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi Anava. Dari kesimpulan atau hasil penelitian maka perlu dilakukan komparasi ganda
atau uji lanjut pasca anava, berikut tabel data hasil penelitian.
84 Tabel 4.8
Rataan masing-masing dari Data Hasil Penelitian
Motivasi Belajar Siswa Pendekatan
Pbljrn Tinggi
B1 Sedang
B2 Rendah
B3 Rataan
Marginal Realistik
75,098438 64,15147059
59,1096154 66,534
A1 Konvensional
67,194643 57,95277778
55,975 59,907
A2 Rataan Marginal
71, 41000 B1
60,96357229 B2
57,33333 B3
Dari hasil uji variansi dua jalan dengan dua sel tak sama, diperoleh F
A
= 4,7388 dan F
tabel
= 3,84, sehingga F
A
DK, jadi H
OA
ditolak. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa belajar
yang menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik dengan pendekatan pembelajaran konvensional pada meteri pokok program linier.
Dari Tabel 4.8 menunjukkan rataan marginal baris A1 = 66,534 59,907 = A2 bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran
matematika realistik lebih tinggi dibandingkan dengan rataan perstasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan belajar konvensional. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian ini, dan mungkin disebabkan oleh faktor antara lain siswa tertarik dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik
sehingga mudah menyesuaikan dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik.
Dengan demikian, siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran realistik memberikan prestasi belajar siswa lebih baik pada meteri pokok
program linier daripada siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
85
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan dua sel tak sama, diperoleh F
B
= 9,54693 dan F
tabel
= 3,00 sehingga F
B
DK, terlihat bahwa H
OB
ditolak. Ini berarti tidak semua motivasi belajar siswa memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok program
linier. Karena H
OB
ditolak maka diperlukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 26.
Berdasarkan uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 2 pada Tabel 4.6 diperoleh F
1-2
= 12,324, sehingga F
obs
F
tabel
maka Ho ditolak, berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi
sedang secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi rataan
prestasi belajarnya 71,41 lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi belajar sedang rataan marginalnya 60,96 secara signifikan memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok program linier. Hal ini mungkin disebabkan siswa dengan motibasi belajar tinggi memang
tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal sehingga lebih cepat untuk berpikir meskipun tingka kecerdasannya lebih
rendah. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar sedang mungkin karena memang tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga kurang latihan soal-
soal sehingga lebih lambat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Jadi dapat isimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar
86 tinggi memberikan prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi
belajar sedang pada materi pokok program linier. Untuk uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh F
1-3
= 18,206, sehingga F
obs
F
tabel
maka Ho ditolak, berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi
rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan rataan marginalnya dimana siswa dengan motivasi belajar tinggi rataan
prestasi belajarnya 71,41 lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi belajar rendah rataan marginalnya 57,333 secara signifikan memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok program linier. Hal ini mungkin disebabkan siswa dengan motivasi belajar tinggi memang tingkat
kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal sehingga lebih cepat berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih rendah. Sedangkan siswa
dengan motivasi belajar rendah mungkin karena tingkat kecerdasannya lebih rendah atau juga kurang latihan soal-soal sehingga lebih lambat untuk berpikir
meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Dengan demikian yang menyebabkan prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik
daripada siswa dengan motivasi rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar tinggi memberikan prestasi yang lebih baik daripada
siswa dengan motivasi belajar rendah pada materi pokok program linier. Untuk uji komparasi ganda antar kolom 2 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh F
2-3
= 0,8417 sehingga F
obs
F
tabel
maka Ho tidak ditolak, berarti siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan siswa yang mempunyai
87 motivasi belajar rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar yang sama.
Meskipun dilihat dari rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut secara signifikan tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Jadi dapat disimpulkan siswa dengan motivasi sedang memberikan prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan
motivasi belajar rendah pada materi pokok program linier.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan dua sel tak sama diperoleh F
AB
= 0,27944, sehingga F
obs
F
tabel
, maka H
OAB
tidak ditolak. Ini berarti tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Artinya siswa yang diberi pendekatan pembelajaran matematika realistik mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi dengan pendekatan pembelajaran konvensional baik secara umum maupun kalau ditinjau dari
masing-masing kategori motivasi belajar matematika.
88
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran apa yang diselidiki dan dapat pula menggambarkan hasil kajian maupun analisanya.
Dari kesimpulan ini dapat ditarik kesimpulan ini dari permasalahan didalam penelitian ini, yaitu :
a Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran realistik pada materi pokok program linier menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
b Motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok program linier kelas XII IPS tahun pelajaran
20082009. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai motivasi sedang,
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dan prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang sama dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.
c Pada pendekatan realistik prestasi belajar siswa lebih baik daripada pendekatan pembelajaran konvensional baik secara umum maupun ditinjau
dari tingkat motivasi belajar siswa.