EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

(1)

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA

KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Matematika

Oleh :

AGUS SUNTORO

NIM : S.850907103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

ii

SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Disusun oleh :

AGUS SUNTORO

S850907103

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada Tanggal:

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D

Drs. Budi Usodo, M.Pd

NIP. 131791750

NIP. 132050357

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si.

NIP. 132046017


(3)

iii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA

KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII

SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

AGUS SUNTORO

NIM. S850907103

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal :

Jabatan

Ketua

Sekretaris

Anggota Penguji

Nama

: Dr. Mardiyana, M.Si

NIP. : 132046017

: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc

NIP. : 130794455

: 1. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D

NIP. 131791750

2. Drs. Budi Usodo, M.Pd

NIP. 132050357

Tanda Tangan

...

...

...

...

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D

NIP. 131 472 192

Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si.

NIP. 132046017


(4)

iv

Nama

: Agus Suntoro

NIM

: S850907103

Menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ”

EKSPERIMENTASI

PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

MENGGUNAKAN

PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU

DARI AKTIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN KOTA

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

”,

adalah betul-betul karya saya

sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya sendiri dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2009

Yang membuat pernyataan


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup adalah perjuangan

Berusahalah terus dan jangan putus asa

Hargai dan syukurilah hidup ini

Jadikan hidupmu lebih berarti

Sinari hidupmu dengan keceriaan

Bekalilah hidupmu dengan keimanan

(Habib)

Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah swt, Tesis ini

kepersembahkan teruntuk :

Ibu dan ayah tercinta

Tiada kata lain yang bisa terucap selain ucapan terima kasih yang tidak terkira

atas semua pengorbanan, kasih sayang yang tulus dan doa yang selalu

mengiringi setiap langkah dalam meniti hidupku ini.

Maafkan kami, jika kami belum bisa memberikan harapan yang terbaik.

Isteriku tercinta (Dwi Nur Hayati)

Terima kasih yang telah mendampingi dengan memberikan rasa cinta, kasih

sayang yang tulus, perhatian, nasehat, support disaat-saat terberatku dan doamu

yang bisa membuatku lebih tegar menghadapi hidup ini.

Anak-anaku tersayang

(Annas Fathoni Hantoro, Arifqi Fathoni Hantoro, dan Azaki Fathoni Hantoro)

Teruslah berdoa dan berusaha agar kau dapat mewujudkan cita-citamu. Jangan

sia-siakan kesempatan yang masih ada. Jadikan setiap hambatan menjadi

peluang yang menguntungkan.


(6)

vi

hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna mencapai derajad Magister Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tesis ini merupakan karya ilmiah yang melalui kajian pustaka dan penelitian

di lapangan untuk membuktikan adanya pengaruh pembelajaran konstruktivistik yang

ditinjau dari aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Peneliti menyadari bahwa, tesis ini dapat teselesaikan karena bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya diucapkan kepada :

1.

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana UNS atas

kebijaksanaan-kebijaksanaanya untuk terselesainya tesis.

2.

Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. sebagai asisisten Direktur I Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Dr. Mardiyana, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai Ketua Penguji Tesis yang telah

memberikan ijin memfasilitasi sehingga penelitian dapat berlangsung dengan

baik.

4.

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc sebagai Sekretaris Penguji Tesis yang telah

memberikan kritik dan saran sehingga penelitian dan penyusunan Tesis ini dapat

berlangsung dengan baik.

5.

Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D selaku pembimbing I yang telah dengan sabar

dan telaten membimbing serta mendorong segera terselesaikannya penyusunan

tesis.

6.

Drs. Budi Usodo, M.Pd selaku pembimbing II yang telah dengan teliti dan sabar

memberi bimbingan dalam penulisan tesis.


(7)

vii

7.

Bapak-bapak dan Ibu dosen Pengampu di Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8.

Kepala SMP Negeri 2, SMP Negeri 23 dan SMP Negeri 17 Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta

sebagai kulas uji coba instrumen penelitian.

9.

Sahabat-sahabat Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10.

Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, tesis ini masih jauh

dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, Januari 2009


(8)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvii

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ………

.

…………

...

…….. 1

B.

Identifikasi M

asalah ………

..

.

……

.

………

.

…………. 5

C.

Pembatasan Masalah ………

.

………

..

………

.

.

………

.

…………...

6

D.

Perumusan Masalah ………

..

………

.

……

..

………. 6

E.

Tujuan Penelitian ………

.

……….…..………..

7

F.

Manfaat Penelitian ………

.

………

..

………

.

……… 7

BAB II.

LANDASAN TEORI

A.

Kajian Teori

1.

Mengajar ………

.

..

……….

9

2.

Hakekat matematika ……….

...

.

………

.

.………

...

………

.. 11

3.

Belajar Matematika ………

..

…………. 1

3

4.

Prestasi belajar Matematika ... 15

5.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika ... 16

6.

Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme ..

…………

..

……... 1

7


(9)

ix

7.

Pembelajaran Konstruktivistik dengan Multimedia Komputer ... ... 29

8.

Pengajaran Ko

nvensional ………

.

………

.

……

33

9.

Aktivitas Belajar Siswa………..………..…….

...

..……... 35

B. Penelitian yang Relevan ………

...

……..

.

……….. 3

8

C. Kerangka

Berfikir ………

.

……….

....

……….. 39

D. Hipotesis ……….….………..………

41

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ……….

...

.………

....

………

42

1.

Rancangan Penelitian ……….…

.

..…………

.

……….. 4

3

2.

Prosedur Penelitian ……….

.

.…………

.

…………. 4

3

B.

Tempat dan Waktu Peneliti

an ………

.

.

……….

44

1.

Tempat Penelitian ………

..

…………

44

2.

Waktu Penelitian ………

.

.

………..

44

C.

Populasi, dan

Sampel ………

..

…………

44

1.

Populasi ………

.

….………

.

………

44

2.

Sampel ………...……….……… 4

4

3.

Teknik Pengambilan Sampel ... 45

D.

Variabel Penelitian ………..…

..

……….. 4

6

1.

Variabel Bebas ………

..

………. 4

6

2.

Variabel terikat ………

.

……….………….. 4

7

E.

Teknik

Pengumpulan Data ………

.

……….………….. 4

8

1.

Metode Dokumentasi ... 48

2.

Metode Angket

………

.

………

.

……….. 4

8

3.

Metode Tes

………

...

………

..

………... 4

9

F.

Instrumen Penelitian ………

.

……….

49

1.

Penyusunan Instrumen Penelitian ……….

.

…………...……… 49

2.

Uji coba instrumen ………..….…

...

……… 5

0

2.1. Angket ………

...

………..……

..

……….. 5

0


(10)

x

2.2. Tes Prestasi ... 52

a. Analisis instrumen ... 52

1). Uji Validitas Isi ………

.

……

...

………

52

2).

Reliabilitas ………..………

.53

b. Analisis Butir Soal ………

...

………

54

1) Daya Pembeda ………

..

………

54

2) Tingkat Kesukaran ………

.

…………

...

..

………

54

G. Teknik Analisis Data …………

.

.………..…………...…...…...……… 55

1.

Uji Prasyarat

………

..

..…….….………….………... 55

a.

Uji Normalitas ... 55

b. Uji Homogenitas Variansi

………

.

……….………..… 56

2.

Uji Keseimbangan

………

.

………….……….. 57

3.

Pengujian Hipotesis ……….….………...… 59

a. Model ………..………. 59

b. Prosedur ………..…………..………...

59

c. Rangkuman Analisis ………..……….. 64

d. Uji Lanjut ………...………..

65

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Uji Coba Instrumen

……….. 67

1.

Angket Aktivitas …

... 67

2.

Tes Prestasi ... 68

B.

Deskripsi Data …

...

69

C.

Hasil Analisis Data ... 71


(11)

xi

a.

Uji Normalitas ... 71

b. Homogenitas ... 72

2.

Uji Keseimbangan ... 72

3.

Uji Prasyarat Untuk Anava ... 73

a.

Uji Normalitas ... 73

b.

Uji Homogenitas ... 74

4.

Uji Hipotesis ... 74

5.

Uji Komparasi Ganda ... 76

D.

Pembahasan ... 78

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Kesimpulan ………..

. 81

B.

Implikasi Hasil Penelitian ………

81

C.

Saran …

... 82

DAFTAR PUSTAKA

………

..

………

...

……….

84

Lampiran


(12)

xii

Tabel 3.2 : Notasi dan Tata Letak Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat

Deviasi ... 61

Tabel 3.3 : Rataan dan Jumlah Kuadrat ... 61

Tabel 3.4 : Rangkuman Analisis ... 64

Tabel 4.1 : Data Nilai Murni Ulangan Umum Semester Genap ... 69

Tabel 4.2 : Data Hasil Angket ………

.

……… 7

0

Tabel 4.3 : Prestasi Belajar Matematika ... 70

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Prasyarat Uji Keseimbangan ... 71

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas Prasyarat Anava ... 73

Tabel 4.6 : Hasil Uji Homogenitas ... 74

Tabel 4.7: Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan ... 75

Tabel 4.8 : Rataan Masing-masing Sel ... 76


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Silabus ... 87

2.

RP ... 91

3.

Materi Ajar ... 105

4.

Media Pembelajaran ... 116

5.

Kisi-kisi Draft Angket Aktivitas Belajar Siswa ... 126

6.

Draft Angket Aktivitas Belajar Siswa ... 127

7.

Lembar Jawab Angket ... 133

8.

Lembar Validasi Angket ... 134

9.

Analisis Butir Angket Aktivitas Siswa ... 136

10.

Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Siswa ... 142

11.

Butir Soal Angket Aktivitas Belajar Siswa ... 143

12.

Draft Kisi-kisi Butir Tes Prestasi ... 149

13.

Draft Tes Prestasi Belajar ... 151

14.

Lembar Jawab Tes Prestasi ... 155

15.

Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar ... 156

16.

Analisis Butir Tes Prestasi ... 158

17.

Kisi-kisi Butir Tes Prestasi ... 164

18.

Tes Prestasi Belajar ... 166

19.

Data Induk Penelitian ... 169

20.

Uji Normalitas Kelas Eksperimen Prasyarat Uji Keseimbangan ... 173

21.

Uji Normalitas Kelas Kontrol Prasyarat Uji Keseimbangan ... 177

22.

Uji Homogenitas Pembelajaran Prasyarat Uji Keseimbangan ... 181

23.

Uji Keseimbangan ... 186

24.

Uji Normalitas Kelas Eksperimen Prasyarat Uji Anava ... 191

25.

Uji Normalitas Kelas Kontrol Prasyarat Uji Anava ... 195

26.

Uji Normalitas Aktivitas Belajar Tinggi Prasyarat Uji Anava ... 199


(14)

xiv

31.

Uji Anava Dua Jalan Dengan Sel Tidak Sama ... 221

32.

Uji Lanjut Pasca Anava ... 225

33.

Kartu Konsultasi Penyusunan Tesis Mahasiswa ... 226

34.

Surat Ijin Penelitian ... 229


(15)

xv

ABSTRAK

Agus

Suntoro,

S.850907103.

Eksperimentasi

Pembelajaran

Matematika

Menggunakan Pendekatan Konstruktivistik Dengan Multimedia Komputer Ditinjau

dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun 2008/2009

.

Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta. 2009.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) apakah pendekatan

pembelajaran konstruktivistik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang

lebik baik daripada pendekatan pembelajaran konvensional, (2) apakah ada perbedaan

prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari aktivitas belajar siswa, dan (3) apakah

ada interaksi antara pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan

multimedia komputer dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar metematika

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan perlakuan

pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan multimedia

komputer, dan pembelajaran konvensional. Oleh karena dalam memberikan

perlakuan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan mengendalikan semua variabel

yang relevan, kecuali beberapa dari variabel tersebut diatas, maka penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas VIII SMP Negeri di Kota Surakarta. Sedangkan teknik pengambilan sampel

merupakan kombinasi dari sampling random stratifikasi (

stratified random sampling

) dan sampling random kluster

(cluster random sampling

) atau secara random

berlapis. Sampel yang diperoleh adalah SMP Negeri 2 Surakarta, SMP Negeri 23

Surakarta dan SMP Negeri 17 Surakarta yang masing-masing sekolah diambil 2 kelas

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen sejumlah 114 siswa

dan kelas kontrol sejumlah 113 siswa. Metode pengumpulan data adalah metode

dokumentasi, metode angket dan metode tes. Instrumen penelitian adalah angket

aktivitas belajar sejumah 38 butir soal dan tes prestasi belajar sejumlah 25 butir soal.

Prasyarat uji analisis dilakukan uji normalitas dengan metode Lillifors, uji

homogenitas digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat, dan uji

keseimbangan dengan uji t. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan

dengan sel tak sama, dengan tingkat signifikan 5 %.

Hasilnya menunjukkan bahwa (1) pendekatan pembelajaran konstruktivistik

memberikan prestasi belajar matematika yang tidak berbeda dengan pembelajaran

konvensional (Fa = 1,925 < Ftabel = 3,840), (2) terdapat pengaruh aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa (F

b

= 101,778 > F

tabel

= 3,000).

Selanjutnya dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe pada hipotesis

kedua karena Ho ditolak. Pada efek kolom menunjukkan prestasi belajar matematika

siswa dengan aktivitas tinngi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas sedang dan

rendah (komparasi antara μ1

vs μ2

Ho diterima karena F

hitung

= 45,8345 > 2*F

tabel

= 6,

komparasi antara μ1

vs μ3 Ho diterima karena Fhitung = 160,9753 > 2*Ftabel = 6) dan

prestasi belajar matematika siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada siswa


(16)

xvi

3,000). Dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika siswa antara siswa

yang diberi pendekatan pembelajaran konstruktivistik dan pendekatan pembelajaran

konvensional berlaku sama (konsisten) pada masing-masing aktivitas belajar siswa

dan perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan aktivitas belajar tinggi, aktivitas

belajar sedang dan aktivitas belajar rendah berlaku sama (konsisten) untuk tiap-tiap

pendekatan pembelajaran.


(17)

xvii

ABSTRACT

Agus Suntoro, S.850907103.

The Experimentation of Mathematics Learning Using

Constructivistic Approach of Computer Multimedia Viewed from Students Activities

of Grade VIII SMP Surakarta City Tear 2008/2009 Learning.

Thesis: Study Program

Mathematics Education Postgraduate Program Sebelas Maret University.

2009.

The purposes of this research are to know: (1) Does the approach of

constructivistic learning give better achievement to mathematics students than

conventional approach, (2) Is there any different of students achievement in learning

mathematics since from students activities of learning, and (3) Is there any interaction

between learning using constructivistic approach accompanied with computer

multimedia and students learning activities toward mathematics achievement.

This research is an experimental research with learning treatment using

constructivistic approach. Therefore in giving treatment, it is not possible to control

and set all relevant variables, but some of the above, so this research is called pseudo

experimental research. The population of this research is junior high school students

grade VIII of government junior high school in Surakarta. While technique of

sampling is combinations of stratified random sampling

and cluster random sampling.

The taken sample is SMP Negeri 2 Surakarta, SMP Negeri 23 Surakarta and SMP

Negeri 17 Surakarta from which two classes are taken as experiment class and

controlling class. Experiment class consists of 114 students and controlling class

consists of 113 students. Technique of collecting data uses document, questionnaire

and test method. Research in instrument is the questionnaire of learning activities

comprising 38 questions and achievement test comprising 25 items. Requirement of

test analysis is performed using normality test with Lilliefors method, homogeneity

test uses Bartlett method with Chie Square test and balancing test uses t test.

Technique of data analysis uses two ways anava with different cell and the level of

significant 5 %.

The results show that : (1) constructivistic approach contributes not different

with achievement of studying mathematics with conventional learning (F

a

= 1.925 <

Ftabel = 3.840), (2) There is an influence of students learning activities toward the

students achievement of learning mathematics (F

b

= 101.778 > F

tabel

= 3.000), then

double comparation test with Scheffe method on the second is done because Ho is

rejected, column effect shows the achievement of students learning mathematics with

high activities is better than students with middle activities and low activities

(comparation between

μ1

vs.

μ2

Ho is rejected because F

hitung

= 45.8345 > 2*F

tabel

= 6,

comparation between

μ1

vs.

μ3

Ho is rejected because F

hitung

= 160.9753 > 2*F

tabel

=

6) and the achievement of students mathematics learning with low activities

(comparation between

μ2

vs.

μ3

Ho is rejected because F

hitung

= 72.5742 > 2*F

tabel

=

6),(3) There is no interaction between learning with students activities toward

achievement of students learning mathematics (Fab = 0.0619 < Ftabel = 3.000). In other

word, the different of achievement of students learning mathematics among students


(18)

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Di abad modern dalam kehidupan setiap manusia ditandai berbagai perubahan

dan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang berdampak pada seluruh aspek

dalam kehidupan dan kepribadian seseorang. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh

manusia, ini terlihat dari kenyataan bahwa manusia itu dilengkapi dengan hasrat ingin

tahu, naluri, dan pengetahuan untuk mengembangkan isi alam dalam masyarakat

sosialnya. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan

negara sebab dari situlah akan tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas.

Salah satu penunjang tersebut adalah pelajaran matematika. Pada umumnya

peserta didik/siswa merasa kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Banyak

siswa yang mengalami kesulitan didalam mengerjakan soal-soal matematika, baik itu

soal latihan, soal mid semester, soal semesteran, lebih-lebih soal ujian, mereka

beranggapan bahwa matematika pelajaran yang sulit, sehingga banyak siswa yang

takut, minder, malu bertanya atau pesimis terhadap pelajaran matematika. Hal ini

mengakibatkan mereka menjadi malas dan ogah-ogahan untuk mengerjakan soal-soal

latihan dalam belajar matematika, bahkan menganggap matematika membosankan,

dan tidak menarik, mereka lebih baik diam, atau ngobrol dengan teman dari pada

mengerjakan soal latihan. Rasa takut, minder, malu bertanya itulah yang

menyebabkan rendahnya semangat belajar, rendahnya keyakinan untuk dapat

memahami konsep-konsep matematika.

Dari pengalaman peneliti selama mengajar dan wawancara dengan beberapa

teman sejawat memang banyak ditemukan siswa yang malas dalam belajar

matematika atau tidak mau mencoba mengerjakan soal-soal latihan. Ini baru dilihat

dari keaktivannya dalam mengikuti pelajaran. Ada yang mau mencoba untuk


(20)

mengerjakan soal, tetapi menemui jalan buntu, kemudian melihat contoh yang ada

juga menemui jalan buntu karena tidak mengetahui mengapa rumus itu digunakan

terhadap masalah tersebut, bagaimana rumus diturunkan, langkah selanjutnya dan

dari mana asal usulnya sehingga tidak bisa melanjutkan atau meneruskan

penyelesaiaanya. Bukti lain bisa dilihat dari hasil nilai ulangan harian maupun

ulangan semesteran, yang menunjukkan bahwa nilai matematika banyak yang berada

dibawah nilai Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM). Di sisi lain, guru sering

terhambat oleh kurangnya kemampuan penguasaan materi bagi siswa terhadap

konsep matematika yang dijelaskan guru sebelumnya. Keadaan ini menimbulkan

dilema, apakah guru harus mengulangi pengajaran topik yang belum dikuasai siswa

meskipun menyangkut kurangnya waktu untuk menjelaskan topik baru atau apakah

pengajaran topik sebelumnya memang belum mencapai sasaran yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan observasi pendahuluan di lapangan dan wawancara kepada

beberapa guru SMP di Surakarta selama ini, metode mengajar yang banyak

digunakan oleh guru adalah metode konvensional (tradisional), dimana kegiatan

belajar mengajar didominasi oleh guru. Guru mentransfer pengetahuan ke pikiran

siswa dan siswa hanya menerima, diam (secara fisik) dan penuh konsentrasi (mental),

walaupun kurikulumnya sudah berganti menggunakan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Namum proses pembelajaran dan asesmen tidak pernah berubah.

Proses pembelajaran sifatnya cenderung mekanistik dan asesmennya berbentuk

objektif. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas adalah berdasarkan paradigma

mengajar yang sangat dipengaruhi oleh pola pikir dalam psikologi tingkah laku

(behaviorik) yaitu : reinforcement dan punishment. Pengaruh dari punishment ialah

siswa menyimpan rasa tidak senang dan dendam pada kondisi pembelajaran (bahkan

pada guru dan mata pelajaran). Selain hal tersebut di atas, sadar atau tidak, pada saat

siswa sedang berkonsentrasi mendengarkan penjelasan / keterangan guru di papan

tulis, pandangan siswa terkadang terhalang oleh guru itu sendiri. Padahal belajar

berarti membentuk makna, yaitu yang diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,


(21)

3

dengar, rasakan dan yang dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki. Karena

pandangannya terganggu, hal ini bisa mengakibatkan terganggunya konsentrasi siswa

dalam membentuk makna dan mudah terlupakan.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai inovasi dan

program pendidikan yang dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum,

pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya. Juga peningkatan guru dan tenaga

pendidikan lainnya melalui berbagai latihan dalam peningkatan kualitas pendidikan

guru, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan fasilitas lain.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru harus mempunyai kemampuan

untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswanya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain penguasaan materi, pemilihan metode pembelajaran yang tepat,

pengelolaan kelas, penggunaan media pembelajaran dan lain-lain. Oleh karena itu

seorang guru matematika dituntut untuk dapat memahami dan mengembangkan suatu

metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran di dalam kelas untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran. Cara tepat oleh guru, akan menumbuhkan minat

peserta didik, karena itu pula diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Proses belajar mengajar adalah suatu yang harus dialami oleh peserta didik

yang tidak hanya menekankan pada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan

bagaimana siswa lebih banyak terlibat dan belajar dengan aktif. Aktivitas belajar

siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini

mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan

pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut

kemungkinan besar mereka dapat mengambil pengalaman-pengalaman belajar

tersebut. Kegiatan belajar mengajar juga dapat dipandang sebagai kegiatan

komunikasi antara siswa dan guru. Kegiatan komunikasi ini tidak dapat tercapai

apabila siswa tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya keaktifan

siswa dalam belajar kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan lebih

memuaskan.


(22)

Sebagai guru yang ingin lebih baik dari serangkaian upaya yang telah

dilakukan, munculah gagasan untuk mengemas pembelajaran yang lebih menarik dan

menyenangkan dan memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya sendiri, membuat informasi menjadi sangat bermakna dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan

menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Bisa dikatakan bahwa

metode merupakan kemasan yang dibuat untuk menyampaikan meteri agar lebih

mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pembelajaran

yang dilakukan dapat dicapai. Metode yang diterapkan bisa dijadikan sebagai

parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan mengaplikasikan

materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan.

Oleh karena itu guru harus kreatif dalam mengatur lingkungan belajar,

inovatif dalam memilih metode mengajar, penggunaan media belajar dan penerapan

model mengajar yang tepat. Hal ini diharapkan dapat menciptakan situasi belajar

mengajar yang lebih banyak melibatkan keaktivan siswa secara optimal, sehingga

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik.

Sesuai dengan kurikulum yang dipakai yaitu KTSP, proses pembelajaran

menggunakan

pendekatan

konstruktivistik.

Pada

prinsipnya

pembelajaran

konstruktivistik menyatakan bahwa para siswa dalam membangun pengetahuan

dilakukan sendiri dengan bekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga

pembentukan makna oleh siswa tidak mudah terlupakan. Dengan demikian,

penguasaan konsep matematika dapat dikuasai siswa, sehingga mereka dapat

mengetahui langkah-langkah menyelesaikan soal, dan tidak sekedar menggunakan

rumus. Andaikan siswa lupa, dapat dimungkinkan untuk menemukan kembali atau

mengkonstruksi kembali pengetahuan atau makna yang telah mereka bentuk dan

miliki di benak mereka. Untuk membangun pengetahuan yang dilakukan sendiri oleh

siswa dengan bekal pengetahuan yang dimiliki memang perlu waktu yang cukup

lama. Terkadang harus mengingatkan kembali materi sebelumnya atau prasyaratnya

harus dikuasai lebih dulu. Disinilah peran guru, harus dapat mendesain/merencana


(23)

5

pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik yang efektif dan efisien. Dengan

demikian, fungsi guru adalah bagaimana membelajarkan siswa, dan berperan sebagai

mediator dan fasilitator yang membantu agar proses siswa belajar dengan baik,

sehingga metode ceramah terus menerus sudah tidak relevan dalam kurikulum ini.

Tidak dapat dipungkiri lagi, mengapa banyak siswa tidak jemu berlama-lama

di depan televisi menonton sinetron yang ditayangkan, juga daya gugah iklan di

televisi yang begitu menarik? Hal ini disebabkan tayangan tersebut dikemas begitu

canggih, menarik dan mempesona dengan memanfaatkan keunggulan multimedia

komputer. Sehingga terbuka peluang yang lebar bagi guru dalam merancang dan

mengemas pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia komputer agar menjadi

seindah tayangan televisi. Bahkan akurasi, efisiensi dan efektivitas pemanfaatan

multimedia komputer bagi keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian,

terhalangnya pandangan saat guru perlu memberi penjelasan tidak terganggu lagi.

Sealin itu, jika ada siswa yang belum jelas pada topik sebelumnya dan guru harus

mengulangi pembelajaran tentang topik yang belum dikuasai siswa meskipun

menyangkut waktu, dapat diatasi.

Dari beberapa masalah yang ada maka perlu adanya inovasi pembelajaran

yang menyenangkan, menarik, yang lebih efektif dan efisien, bila siswa perlu

penjelasan dari guru tidak terhalang pandangannya sehingga proses terbentuknya

makna tetap bisa berlangsung. Salah satu alternatif bentuk pembelajaran agar siswa

terkondisikan seperti tersebut di atas adalah pembelajaran menggunakan pendekatan

konstruktivistik dengan multimedia komputer.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, timbul beberapa permasalahan yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1.

Kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran dan pemanfaatan

teknologi komputer belum optimal.


(24)

2.

Ada kemungkinan siswa mengalami kesulitan belajar karena kurang

memahami atau kurang bermakna pada materi yang dipelajari, sedangkan

pembelajaran konstrutivistik sebagai alternatif pendekatan pembelajaran.

3.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan kurangnya

aktivitas siswa dalam belajar matematika.

4.

Ada kemungkinan siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal karena guru

kurang mengaktifkan siswa dalam belajar matematika.

C.

Pembatasan Masalah

Dari latar belakang di atas, agar permasalahan yang diatasi dapat lebih

terarah dan secara mendalam, maka penelitian dibatasi pada masalah sebagai

berikut:

1.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah

pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan multimedia

komputer. Program yang dipakai adalah program power point.

2.

Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar

siswa pada standar kompetensi persamaan garis lurus.

3.

Keaktifan belajar siswa dibatasi pada aktivitas peserta didik dalam belajar

matematika.

4.

Penelitian dilaksanakan pada siswa SMPN kelas VIII semester gasal di Kota

Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.

D.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas maka dapat penulis kemukakan rumusan masalah sebagai

berikut:

1.

Apakah pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivistik

dengan multimedia komputer menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran konvensional?


(25)

7

2.

Apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari

aktivitas belajar siswa?

3.

Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar metematika ?

E.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.

Untuk

mengetahui

apakah

pembelajaran matematika

menggunakan

pendekatan konstruktivistik dengan multimedia komputer menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada pendekatan

pembelajaran konvensional.

2.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa

ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

3.

Untuk mengetahui apakah terdapat interraksi antara pendekatan pembelajaran

dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Memberi masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam

menentukan metode belajar yang tepat, yang dapat menjadi alternatif lain

dalam pembelajaran matematika

2.

Memberi sumbangan informasi pemanfaatan teknologi komputer dalam

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP.

3.

Bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dasar dan menengah

khususnya tingkat SMP untuk melengkapi fasilitas sarana dan prasarana

multimedia komputer yang menunjang proses pembelajaran.

4.

Memberi masukan aktivitas belajar matematika pada siswa untuk

meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir positif


(26)

dalam mengembangkan dirinya di masyarakat dalam meraih keberhasilan

belajar atau prestasi belajar yang lebih optimal.

5.

Bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk penelitian

lebih lanjut.


(27)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas kajian teori, kerangka berpikir serta pengajuan

hipoteses penelitian. Kajian teori akan dibahas tentang teori-teori yang berkaitan

dengan variabel penelitian. Penelitian yang relevan memuat hasil-hasil penelitian

yang relevan dengan permasalahan. Dalam kerangka berpikir akan dikemukakan

tentang kaitan antara variabel

variabel yang berdasarkan tinjauan pustaka dan kajian

teori sehingga diperoleh suatu hipotesis penelitian yang akan diuji.

A. Kajian Teori

1. Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi

adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar

berusaha mengatur lingkungan belajar agar menarik bagi siswa, agar aktivitas itu

menuju ke arah sasaran yang diinginkan. Kegiatan belajar mengajar harus bertumpu

pada siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil yang

sesuai dengan tujuan.

Sardiman, A. M (1994: 47) mengemukakan bahwa mengajar adalah

menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Mengajar diartikan pula sebagai suatu

aktifitas mengorganisasikan atau lingkungan mengajar sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan anak-anak sehingga terjadi proses belajar.

Purwoto (1999: 70) mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara

yang tepat dan serasi agar guru berhasil dalam mengajar guna mencapai tujuan atau

mengenai sasarannya.

Menurut Suryabrata (1997: 148) menegaskan bahwa metode pengajaran

adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana

teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.


(28)

Dari pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

metode pengajaran adalah cara yang teratur dan berpikir oleh guru atau siswa untuk

mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Nasution (1995: 4) menyebutkan beberapa dimensi mengajar sebagai

berikut :

a.

Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada anak. Pada definisi ini

pengajaran bersifat

teacher centered

, guru yang memegang peran utama dan

anak dianggap pasif.

b.

Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak. Pada definisi

kedua ini anak diharapkan mengenal kebudayaanya dan anak juga dibantu

untuk dapat menciptakan kebudayaan baru menurut jaman yang senantiasa

berubah.

c.

Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses

belajar. Pada definisi ini mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru yakni

mengatur lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya bagi

anak untuk belajar, guru hanya sebagai pembimbing dan anaklah yang aktif

belajar, sehingga lebih bersifat

pupil centered

.

Mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk menciptakan suatu kondisi

atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara murid

dengan lingkungan termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang disebut proses

belajar (Nasution, 1994: 43)

Mengajar adalah membimbing kegiatan-kegiatan siswa belajar. Mengajar

adalah mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga

dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan. Dari uraian diatas

tersirat bahwa mengajar itu adalah suatu kegiatan dimana guru menyampaikan

pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki kepada siswa. Tujuan mengajar adalah agar

pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami siswa. Supaya hal ini dapat


(29)

11

terwujud atau hasil belajar dari siswa baik, pembelajaran harus memberikan fasilitas

belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar mengajar yang baik.

2. Hakekat matematika

Hakekat matematika dapat diketahui berhubungan objek penalaran

matematika dan sasarannya telah diketahui, sehingga dapat diketahui pula bagaimana

cara berpikir matematika itu. Matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan

sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan, interrelasi dari

pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang tersusun secara deduktif (Soehardjo,

1992: 12)

Matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem yang tiap-tiap

sistem itu mempunyai struktur atau urutan, interrelasi dari pengetahuan atau

operasi-operasi tersendiri yang tersusun secara deduktif. Matematika berkenaan dengan

pikiran berstruktur yang relasi-operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur

secara logis. Hal ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan

dengan konsep, prinsip abstrak dan penalarannya (Soehardjo, 1992: 12)

Gagne, dalam Soehardjo (1992: 14)

menyatakan bahwa: objek penelaahan

matematika adalah fakta, ketrampilan (operasi), konsep dan prinsip atau

aturan-aturan, pada hakekatnya berpikir matematika itu didasari oleh

kesepakatan-kesepakatan yang disebut aksioma.

Menurut Hasan Shadly (1983: 2171), matematika salah satu ilmu yang

dibentuk dari penelitian bilangan dan ruang. Sudah sejak jaman kuno, matematika

berkembang sebagai pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak

ditarik dari berdasarkan pengalaman keindraan tetapi atas dasar kesimpulan yang

ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi. Disamping definisi, matematika

memiliki pengertian-pengertian dasar tertentu. Segala masalah dan hubungan dapat

dipecahkan melalui pernyataan-pernyataan tertentu, yang kemudian diterima sebagai

kebenaran. Pernyataan-pernyataan itu disebut aksioma dan dengan cara deduktif

dapat diperoleh pernyataan-pernyataan yang lain yang dapat dibuktikan, yang disebut


(30)

teorema. Teorema merupakan dasar teori. Pada proses penyusunan teori-teori

matematika secara kreatif, wawasan pemikiran berperan penting, pada penyusunan

teori secara definitif, penalaran secara logis dengan pembuktian merupakan titik pusat

utama.

Menurut Johnsi dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (2002: 252),

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan

hubungan-hubungan kuantitatis dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah

untuk memudahkan berpikir. Sedangkan Lerner berpendapat bahwa matematika

selain bahasa simbolis juga bahasa universal yang memungkinkan manusia

memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan suatu ide.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1994: 637) dikemukakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan

prosedur operasinal yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Meskipun terdapat berbagai perbedaan dengan definisi matematika, namun terdapat

ciri-ciri yang sama yaitu:

1)

Matematika memiliki objek kajian yang abstrak.

2)

Matematika mendasarkan diri pada kesepakatan.

3)

Matematika menggunakan pola pikir deduktif.

4)

Matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hakekat matematika berkenaan

dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur dengan urutan yang

logis. Matematika berkenaan pengertian-pengertian abstrak yang dimulai dengan

hal-hal yang khusus kemudian dapat dirumuskan pengertian yang umum. Dimulai dari

pengertian-pengertian yang terdefinisi diantaranya titik dan garis, maupun pengertian

yang didefinisikan, diperoleh suatu pernyataan-pernyataan dasar yang secara intuitif

diakui kebenarannya, itu yang disebut aksioma (postulat). Kemudian dari berbagai

aksioma akhirnya dapat ditemukan rumus-rumus atau dalil-dalil, dan dari dalil-dalil

ini akan berkembang menjadi dalil-dalil yang komplek. Suatu kebenaran matematis

dikembangkan berdasarkan alasan yang logis. Tetapi cara kerja matematika terdiri


(31)

13

dari observasi, menebak dan merasa, mengetes hipotesa, mencari analogi, akhirnya

merumuskan teorema-teorema yang disusun dari asumsi-asumsi dan unsur-unsur

yang tidak didefinisikan.

Simbol-simbol dalam matematika diperlukan karena matematika sebagai ilmu

mengenai struktur dan hubungannya. Simbol-simbol itu penting untuk membantu

memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin

adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk memmbentuk suatu

konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep

sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara herarkis.

Simbolisasi itu berubah berarti bila suatu simbol itu dilandasi suatu ide. Jadi kita

harus memahami ide yang terkandung dalam simbol tersebut. Dengan kata lain ide

harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide tersebut

disimbolkan.

3. Belajar Matematika

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan

ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas, yaitu

aritmatika, aljabar, geometri dan analisa. Dalam mempelajari matematika diperlukan

prasyarat-prasyarat tertentu. Maksudnya adalah dalam mempelajari sesuatu materi

anak harus menguasai prasyarat-prasyarat yang diperlukan.

Seorang belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan

tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya orang yang telah belajar

matematika akan terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan mampu

menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Berpikir matematis berhubungan dengan struktur-struktur yang selain mantap

tetap terbentuk dari hal-hal yang telah ada sebelumnya. Belajar matematika berarti

mengikuti struktur yang ada dalam matematika, sehingga orang yang belajar

matematika dipaksa untuk berpikir secara logis, deduktif.

Berdasarkan pengalaman mempelajari konsep matematika akan timbul suatu

pengertian dan akhirnya yang sedang belajar matematika akan merumuskan yang


(32)

dipelajarinya dengan bahasanya sendiri ataupun dengan bimbingan guru. Dalam

keadaan seperti ini siswa telah dapat menggeneralisasi suatu konsep dari matematika .

Dengan demikian siswa pada waktu mengerjakan soal matematika maka ia

akan terlibat langsung dalam:

(1)

Memahami soal matematika untuk selanjutnya diterjemahkan ke dalam

bahasa matematika (kalimat matematika)

(2)

Menyelesaiakan soal yang sudah dibuat sesuai dengan operasi-operasi dalam

matematika.

(3)

Menafsirkan hasil itu, yang diperoleh untuk menjawab soal yang ditanya.

Dalam mengerjakan soal seorang siswa melakukan kerja membaca dan

memahami soal, dengan memahami soal dari membaca soal itu diharapkan siswa

dapat menyelesaikan soal-soal tersebut dalam kata-kata sendiri, dengan menentukan

apa yang diketahui. Dalam langkah ini siswa mengambil bilangan yang ada dan

menentukan hubungan dalam bentuk matematika. Apabila hubungan itu telah dapat

ditentukan, siswa menyusun rencana penyelesaian. Dengan berusaha membuat model

matematika, kemampuan memahami soal akan terlihat dari kalimat matematika yang

berhasil dibuat siswa.

Hasil pembelajaran matematika ini ditafsirkan untuk menjawab apa yang

ditanyakan dalam soal, tetapi kadang-kadang siswa berhenti dalam langkah ini,

dengan anggapan bahwa hasil pengerjaan model matematika tersebut sudah

merupakan jawaban soal yang dimaksud.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor penyebab kesulitan

mengerjakan soal sebagai berikut:

1)

Pemahaman kalimat soal.

2)

Mentransfer kalimat soal ke dalam kalimat matematika.

3)

Menyelesaikan kalimat matematika tersebut.

Penggunaan penyelesaian kalimat matematika untuk menjawab pertanyaan

yang dikemukakan dalam soal.


(33)

15

4. Prestasi belajar Matematika

Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1996:

768) “Prestasi adalah hasil

yang

telah dicapai (dilaksanakan, dikerjakan dan sebagainya)”. Menurut W.J.S.

Poerwodarminto (1998: 700) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan

bahwa: “

Prestasi belajar adalah penguasaan ketrampilan atau pengetahuan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukan oleh nilai tes atau nilai yang

diberikan oleh guru”

.

Prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik

secara individu atau kelompok dalam bidang kegiatan tertentu yang diperoleh dengan

kerja keras dan keuletan kerja. Dalam setiap kegiatan, manusia selalu mencapai

tujuan yang diikuti dengan pengukuran dan penilaian tentang perkembangan dan

kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan

kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Prestasi belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan siswa dalam bahan

pelajaran yang sudah dipelajarinya, prestasi belajar dapat dideteksi dengan alat ukur

berupa butir tes yang dirancang sesuai dengan indikator pada tiap kompetensi dasar

melalui pengukuran dan penilaian itu akan diketahui tingkat keberhasilan siswa

dalam belajar. Hasil penilaian dalam pendidikan inilah yang biasanya diwujudkan

dalam bentuk prestasi belajar. Dalam dunia pendidikan sangat penting untuk

mengetahui prestasi belajar yang merupakan hasil yang telah dicapai siswa dalam

belajar dan kemajuan program pendidikan.

Apabila setelah belajar, maka tingkah laku seseorang akan berubah sehingga

akan menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa

dinyatakan dengan nilai yang tertera dalam raport. Dengan mengetahui prestasi siswa,

guru dapat mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas apakah siswa tersebut

termasuk kelompok anak pandai sedang atau kurang.

Jadi dapat disimpulkan prestasi belajar mengajar matematika adalah hasil

yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar mengajar matematika yang dapat

dilihat dari nilai yang tertera dalam raport.


(34)

Keberhasilan belajar atau prestasi belajar dapat dilihat dari segi belajar

mengajar. Proses belajar mengajar tidak hanya terjadi akibat anteraksi antara guru

dengan siswa saja, tetapi meliputi semua proses yang disengaja untuk memngubah

tingkah laku siswa dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti

suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang

dilakukan untuk mengukur sejauh mana para siswa telah mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, setelah mengikuti proses pembelajaran dan juga

dipengaruhi faktor yang memudahkan seseorang belajar.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Prestasi yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor yang

mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri

(faktor eksternal) individu (Widodo Supriyono, 1991: 130)

a. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a)

Jasmani (fisologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,

misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b)

Psikologis baik yang besifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri

dari :

i.

Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.

ii.

Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,

kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

c)

Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a)

Sosial. Seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

b)

Budaya. Seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c)

Lingkungan fisik. Seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.

d)

Lingkungan spiritual atau keamanan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,

1991: 130

131)


(35)

17

Dalam pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

mempunyai peranan penting untuk membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar.

Jadi, kedua faktor di atas dalam penelitian mempunyai peranan yang sangat penting.

6. Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak

dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses

ini, dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna

dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar

menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk

belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai

tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri

yang memanjat tangga tersebut. Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa

siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Brooks, 1990, Leinhardt,

1992. dalam Muhamad Nur dan Prima Retno Wikandari, 2000: 2)

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada

pengajaran top-down dari pada battom-up. Top-down berarti bahwa siswa mulai

dengan masalah

masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya

memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan

dasar yang diperlukan (Muhamad Nur dan Prima Retno Wikandari, 2000: 7)

Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik (Nickson

dalam Herman Hudoyo, 2005: 20) adalah membantu siswa untuk membangun

konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui

proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi

informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah

terjadi bila pemahaman terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa.

Dengan demikian, pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Proses


(36)

membangun pemahaman inilah yang lebih penting daripada hasil belajar sebab

pemahaman akan bermakna kepada materi yang dipelajari.

Menurut kaum konstruktivisme, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan

pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa

membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa

dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis

dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri

(Betten Court, 1989, dalam Paul Suparno, 1997: 5)

Peran seorang guru sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar

proses siswa belajar dengan baik.

Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai

berikut:

1)

Menyediakan

pengalaman

belajar

yang

memungkinkan

siswa

bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

Karena itu, jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama

seorang guru

2)

Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan

gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

3)

Menyediakan saran yang merangsang siswa berpikir secara produktif.

4)

Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung

proses belajar siswa. Menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman

konflik.

5)

Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa

jalan atau tidak.

6)

Menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu

berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.


(37)

19

Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme (Nikon dalam Grouws,

1992: 106) adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep /

prinsip-prinsip dengan kemampuan sendiri melelui proses internalisasi sehingga konsep

/prinsip itu terbangun kembali. Transformasi informasi yang diperoleh menjadi

konsep/prinsip baru. Dengan demikian pembelajaran adalah membangun

pemahaman.

Kondisi lingkungan belajar konstuktif penting, namun tidak secara otomatis

menghasilkan belajar konstruktif. Siswa perlu mengembangkan keyakinannya,

kebiasaannya dengan gayanya dalam belajar sehingga kemampuan ketrampilan

kognitif siswa berkembang.

Menurut Marpaung (2003) pengetahuan objektif matematika oleh siswa

dikondisikan ulang. Proses rekonstruksi matematika oleh siswa dijelaskan sebagai

berikut: (gabungan dan modifikasi dari Ernist, 1991 dan Leiken & Zaslavsky, 1997)

a.

Pengetahuan objektif matematika direpresentasikan siswa dengan

mengkontruksi melingkar yang ditujukan dengan alur mengkaji/

menyelidiki, menjelaskan, memperluas, mengevaluasi, sehingga terjadi

rekonstruksi matematika sebagai konsepsi awal.

b.

Konsepsi awal sebagai hasil rekonstruksi individu tersebut merupakan

pengetahuan subyektif matematika.

c.

Pengetahuan subyektif matematika tersebut dikolaborasikan dengan siswa

lain, guru dan perangkat belajar (siswa-siswa

guru

perangkat belajar)

sehingga terjadi rekonstruksi matematika.

d.

Matematika yang direkonstruksi dan yang direpresentasikan kelompok

tersebut merupakan pengetahuan baru yaitu konsepsi siswa setelah belajar

sehingga menjadi pengetahuan objektif matematika.

Proses konstruksi matematika yang dialami siswa perlu dipahami guru bahkan

dialaminya. Karena itu guru seyogyanya mampu mengkonstruksi pembelajaran

sedemikian hingga siswa belajar matematika dengan pendekatan konstruktivistik.


(38)

Dari uraian di atas tersirat bahwa guru matematika perlu berusaha memahami

bagaimana siswa belajar, yaitu proses siswa dalam mengkonstruksi konsep

matematika. Dengan demikian pula dikaji bagaimana guru berpikir untuk

mengajarkan matematika, bagaimana guru mengajar matematika agar siswa berpikir

matematika (Lampert dalam Richardson, 1997). Ini berarti perlu dipikirkan

bagaimana mengubah pembelajaran di kelas yang “konvensional“ menjadi

memperhatikan cara siswa berpikir matematika. Dengan demikian guru perlu

mengkonstruksi teori belajarnya yang merefleksikan bagaimana ia mengaplikasikan

teori belajar tersebut ke matematika dan kemudian mendesain metodenya untuk

mengaplikasikan teorinya yang telah tersusun ke dalam kegiatan kelas. Ini

mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika berpusat agar siswa berpikir.

Kelas dikembangkan melalui hubungan antara siswa dan guru menjadi sistem

komunikasi yang interaktif. Komunikasi berarti baik guru maupun siswa

duanya sebagai pengirim dan penerima informasi secara timbal balik sehingga

kedua-duanya saling berfungsi. Dengan demikian peran guru dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan kontruktivistik adalah sebagai berikut:

a.

Sebagai pembimbing dan memberi sugesti memfasilitasi lingkungan agar

siswa menemukan penilaian berkelanjutan terhadap perkembangan belajar

siswa, mengklasifikasikan konflik kognitif, untuk merangsang berpikir

matematika dan mendorong interaksional. Ini mengindikasikan perhatian

guru terhadap faktor pengembangan berpikir matematika siswa.

b.

Dalam mengacu proses rekonstruksi matematika guru perlu memahami

siswanya sehingga guru dapat membimbing siswa dalam tingkat

pembimbingan yang tepat dan akhirnya secara gradual melepaskan

bimbingan dan siswa dapat memahami perilaku siswa, atensi yang kuat

terhadap kerja siswa, dan tetap mengembangkan proses yang relevan dan

kesimpulan yang bermakna.

c.

Guru perlu berkesempatan untuk mengobservasi siswa sehingga guru

mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa dan dapat melihat


(39)

21

bagaimana menyelesaikan bantuannya ke tingkat pemahaman siswa. Ini

mengindikasikan bahwa pembelajaran berpusat agar siswa berpikir dan

mendorong siswa untuk merepresentasikan matematika yang dipikirkan.

d.

Guru perlu berpartisipasi secara aktif dengan siswa secara berkelanjutan,

terutama pada tahap-tahap awal penanaman konsep matematika. Bagi

siswa yang lebih tua/dewasa dalam kelompok yang “lebih

ber

pengalaman” tidak begitu penting keterlibatan

aktif guru.

Dengan peran guru seperti di atas, dapat dilukiskan keadaan kelas

dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivistik

adalah sebagai berikut: siswa mau dan berani mengemukakan model

matematika dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain itu, siswa

mampu merepresentasikan proses mengkonstruksi konsep matematika dan

kemudian memproduksinya. Ini mengindikasikan terjadinya interaksi aktif

antara siswa-siswa

guru sehingga proses belajar siswa diutamakan, tidak

sekedar hasil belajar.

e.

Dalam pendekatan konstruktivisme peran guru dalam menilai keberhasilan

belajar siswa, tidak cukup hanya sekedar dari hasil tes/ujian saja

melainkan juga memonitor secara berkelanjutan dan komprehensif dari

semua kegiatan yang dilakukan siswa selama kegiatan berlangsung.

Dengan demikian keberhasilan belajar siswa ditentukan sebagai hasil

monitoring yang berlanjutan dan komprehensif.

Menurut Marpaung (2003) penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif

tersebut meliputi gabungan dan modifikasi dari model pandangan Hilbert dan Lefreve

(1986) Savada (1997) dan Kilpatrik dkk (2001) sebagai berikut:

1)

Kelancaran siswa dalam berpikir matematika untuk menyelesaikan

masalah. Beberapa banyak solusi atau beberapa cara menyelesaikan

masalah yang dapat dihasilkan oleh setiap siswa.


(40)

3)

Keaslian respon siswa yang ditujukan ketinggian derajat ide-ide yang

dikemukakan siswa.

4)

Elegensi ide yang dikemukakan siswa yang ditunjukkan derajat

keunggulan ide yang dikemukakan siswa. Ide yang ambigo tentu berbeda

dengan ide yang sederhana, tetapi jelas dan tepat.

5)

Pemahaman konseptual yang ditunjukkan dengan kejelasan

hubungan-hubungan konsep/prinsip matematika yang dikuasai siswa.

6)

Pemahaman prosedural yang ditunjukkan tersusunnya bahasa formal atau

sistem representasi simbol matematika termasuk didalamnya algoritme

atau aturan untuk menyelesaikan masalah.

7)

Kompeten

dalam

strategi

yang

ditunjukkan

kemampuan

memformulasikan, menyatakan dan menyelesaikan masalah

masalah dari

masalah yang dihadapi.

8)

Penalaran yang adaptif yang menunjukkan kapasitas berpikir logika,

refleksi, penjelasan dan jusifikasi.

9)

Disposisi produktif yang menunjukkan kecenderungan kebiasaan dalam

melihat matematika sebagai kegunaan, kebermanfaatan dan percaya dan

yakin akan pilihannya sendiri.

De Uries dan Kohlberg mengikhtisarkan beberapa prinsip konstruktivisme

Piaget yang perlu diperhatikan dalam mengajar matematika sebagai berikut:

a.

Struktur psikologis harus dikembangkan dulu sebelum persoalan bilangan

diperkenalkan. Bila murid mencoba menalarkan bilangan sebelum mereka

menerima struktur logika matematis yang cocok dengan persoalannya,

tidak akan jalan.

b.

Struktur psikologis (skemata) harus dekembangkan dulu sebelum simbol

formal diajarkan. Simbol adalah bahasa matematis suatu bilangan tertulis

yang merupakan representasi suatu konsep, tetapi bukan konsepnya

sendiri.


(41)

23

c.

Murid harus mendapat kesempatan untuk menemukan (membentuk) relasi

matematis sendiri, jangan hanya selalu dihadapkan kepada pemikiran

orang dewasa yang sudah jadi.

d.

Suasana berpikir harus diciptakan. Sering pembelajaran matematika hanya

mentransfer apa yang dipunyai guru kepada murid dalam wujud

pelimpahan fakta matematis dan prosedur perhitungan. Murid menjadi

pasif. Banyak guru menekankan perhitungan dan bukan penalaran

sehingga banyak murid menghafal belaka. (Paul Suparno, 1997: 70)

Struktur psikologis (skemata) adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental,

konstruksi hipotesis, seperti intelektual, kreativitas, kemampuan dan naluri. Memang

diakui bahwa struktur logis dan matematis adalah abstraks, sedangkan pengetahuan

fisis adalah kongkret.

Menurut Paul Suparno (1997) bahwa Drive dan Oldham dalam Matthews

(1994) mendriskripsikan beberapa ciri mengajar konstruktivisme sebagai berikut:

a.

Orientasi.

Murid diberi kesempatan untuk menmgembangkan motivasi dalam

mempelajaari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan

observasi terhadap topik yang mudah dipelajari.

b.

Elisitasi

Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan

berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi

kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud

tulisan, gambar, ataupun poster.

c.

Restrukturisasi ide

Dalam hal ini ada tiga hal yaitu:

1)

Klasifikasi ide yang dikonstruksikan dengan ide-ide orang lain atau

teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan

dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi


(42)

gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin

bila gagasannya cocok.

2)

Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya

bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman.

3)

Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan

ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu

percobaan atau persoalan yang baru.

d.

Penggunaan ide dalam banyak situasi.

Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan

pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat

pengetahuan murid lebih lengkap dan rinci dengan segala macam

pengecualiannya.

e.

Review, bagaimana ide itu berubah.

Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang

dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasan entah dengan

menambah suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya

menjadi lenngkap.

Penggunaan paradigma belajar didukung oleh filsafat konstruktivisme, yang

mengatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah bentukan dari orang

itu sendiri (bdk. Suparno, 1997). Dalam rangka membentuk atau mengkonstruksi

pengetahuan itu orang yang belajar tersebut harus aktif, dalam arti aktif berpikir

(mental) dan aktif berbuat (jasmani).

Menurut Brooks dan Brooks (1993: 15), dalam Marpaung, 2003,

pembelajaran konstrukvistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.

Kurikulum disajikan dari keseluruhan ke bagian-bagian dengan

menekankan ide-ide besar.


(43)

25

c.

Aktivitas kurikuler bersandar pada sumber-sumber data primer dan

penggunaan benda-benda manipulatif.

d.

Siswa dianggap sebagai pemikir dengan memunculkan teori-teori tentang

dunia.

e.

Guru pada umumnya bertingkah laku yang interaktif, dengan memediasi

lingkungan pada siswa (menggunakan lingkungan sebagai titik tolak

pembelajaran).

f.

Guru berusaha menyelidiki pandangan siswa untuk memahami

konsepsinya yang akan digunakan pada pelajaran berikutnya.

g.

Asesmen hasil belajar siswa terintegrasi dengan pembelajaran melalui

pengamatan oleh guru selama siswa belajar, melalui pameran siswa akan

kemampuannya dan portofolio.

h.

Mengutamakan belajar dalam kelompok

Di lain pihak Suparno (1997) menyebutkan bahwa ciri-ciri belajar

konstruktivis adalah:

1)

Belajar berarti membentuk makna.

2)

Belajar berarti mengkonstruksi terus-menerus.

3)

Belajar adalah mengembangkan pemikiran, bukan mengumpulkan

fakta-fakta dan menghafalkannya.

4)

Belajar berarti menimbulkan situasi ketidakseimbanngan.

5)

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pebelajar dengan dunia fisik

dan lingkungannya.

6)

Hasil belajar pebelajar tergantung pada apa yang telah dimiliki olehnya.

7)

Belajar dalam kelompok adalah baik dan dianjurkan.

8)

Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan

mediator.

Dapat

dikatakan

bahwa

dalam

pembelajaran

dengan

pendekatan

konstruktivistik guru tidak lagi mengajari siswa apa yang harus siswa lakukan dan

bagaimana dia melakukannya, tetapi memotivasi siswa dan memfasilitasinya agar


(44)

mau secara aktif mengolah informasi, baik secara individual atau melalui interaksi

dan negosiasi dalam kelompok. (Marpaung, 2003)

Dengan melihat batasan-batasan di muka dapat dijelaskan bahwa belajar

berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,

dengar, rasakan, dan yang dipengauhi oleh pengertian yang telah ia punyai. Proses

belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang

merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidak-seimbangan adalah situasi yang

baik untuk memacu belajar.

Ada beberapa kesulitan yang dihadapi pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan konstruktivistik antara lain memerlukan banyak waktu,

memerlukan fasilitas yang cukup, kurang aktifnya siswa dalam proses belajar

mengajar.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut diperlukan kepandaian guru dalam

mengelola waktu dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu

dengan memilih kegiatan mana yang memerlukan waktu yang lebih dan mana yang

tidak. Selain itu perlu diusahakan fasilitas yang memadai, antara lain buku-buku

pelajaran dan media pembelajaran. Kemudian juga diperlukan motivasi belajar siswa.

Keuntungan

yang didapat pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan konstruktivistik antara lain dapat mengembangkan potensi intelektual

siswa, dapat meningkatkan motivasi intrinsik, dapat memperpanjang proses ingatan,

dapat meningkatkan cara berpikir dan cara mendapatkan pengetahuan sehingga dapat

menyiapkan siswa untuk masa depan, siswa dapat belajar secara aktif.

Menurut Muhammad Shohibul Kahfi (2003) langkah-langkah pembelajaran

matematika dengan model konstruktivisme disusun dalam dua tahap, yaitu pra

kegiatan pembelajaran dan detil kegiatan pembelajaran. Detil kegiatan pembelajaran

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan inti dibagi menjadi

tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase pendalaman konsep.

Pra Kegiatan Pembelajaran


(1)

221

6. Keputusan Uji Ho diterima 7. Kesimpulan

Sampel mempunyai variansi yang sama atau homogen

Lampiran 31 pindah ke exel

UJI ANAVA DUA JALAN DENGAN SEL TIDAK SAMA 1. Hipotesis

HoA : Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat

H1A : Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat

HOB : Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat

H1B : Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat

HOAB : Tidak ada interaksi antar baris dan kolom terhadap variabel terikat

H1AB : Ada interaksi antar baris dan kolom terhadap variabel terikat

2. Taraf signifikan : = 0,05 3. Komputasi :

4. DaerahnKritik :

PEMBELAJARAN

No Konstruktivistik Konvensional

Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

1 24 23 18 23 21 17

2 23 22 17 22 21 17

3 22 21 16 22 20 16

4 22 21 16 22 20 16

5 22 21 16 21 20 16

6 21 20 15 21 20 15

7 21 20 15 21 20 15

8 21 20 15 21 20 15


(2)

222

10 20 20 15 20 19 15

11 20 20 14 20 19 14

12 20 19 14 20 19 14

13 20 19 14 20 19 14

14 19 19 14 19 19 14

15 19 19 14 19 19 14

16 19 19 14 19 19 13

17 19 19 13 19 19 13

18 18 19 13 18 18 13

19 18 19 13 18 18 13

20 18 18 13 18 18 12

21 18 18 12 17 18 12

22 17 18 12 16 18 12

23 17 18 12 16 18 11

24 18 11 16 18 11

25 18 16 18 11

26 18 18 10

27 18 17

28 18 17

29 18 17

30 17 17

31 17 17

32 17 17

33 17 17

34 17 17

35 17 17

36 17 17

37 17 17

38 17 16

39 17 16

40 16 16

41 16 16

42 16 16

43 16 16

44 16 16

45 16 16

46 16 16

47 16 16

48 16 15

49 16 15

50 15 15


(3)

223

52 15 15

53 15 15

54 15 15

55 15 14

56 15 14

57 14 14

58 14 13

59 14 13

60 14 13

61 13 12

62 13 11

63 13

64 12

65 11

66 22


(4)

SURAT KETERANGAN

Nomor :

Kepala SMP Negeri 2 Surakarta, dengan ini menerangkan bahwa, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta :

Nama : AGUS SUNTORO

NIM : S.850907103

Program Studi : Pendidikan Matematika

Program : Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Telah mengadakan Penelitian di SMP Negeri 2 Surakarta dalama rangka penyusunan tesis dengan judul ” EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009” dari bulan Juli 2008 sampai dengan bulan Desember 2008.

Demikian surat keterangan ini dibuat kepada yang bersangkutan untuk menjadikan maklum dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Desember 2008 Kepala Sekolah,

NAMA NIP.


(5)

SURAT KETERANGAN

Nomor :

Kepala SMP Negeri 23 Surakarta, dengan ini menerangkan bahwa, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta :

Nama : AGUS SUNTORO

NIM : S.850907103

Program Studi : Pendidikan Matematika

Program : Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Telah mengadakan Penelitian di SMP Negeri 2 Surakarta dalama rangka penyusunan tesis dengan judul ” EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009” dari bulan Juli 2008 sampai dengan bulan Desember 2008.

Demikian surat keterangan ini dibuat kepada yang bersangkutan untuk menjadikan maklum dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Desember 2008 Kepala Sekolah,

NAMA NIP.


(6)

SURAT KETERANGAN

Nomor :

Kepala SMP Negeri 17 Surakarta, dengan ini menerangkan bahwa, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta :

Nama : AGUS SUNTORO

NIM : S.850907103

Program Studi : Pendidikan Matematika

Program : Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Telah mengadakan Penelitian di SMP Negeri 2 Surakarta dalama rangka penyusunan tesis dengan judul ” EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009” dari bulan Juli 2008 sampai dengan bulan Desember 2008.

Demikian surat keterangan ini dibuat kepada yang bersangkutan untuk menjadikan maklum dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, Desember 2008 Kepala Sekolah,

Drs. Joko Slameto NIP. 131 585 328


Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

4 54 248

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008

1 26 227

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 2009

1 4 96

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

Eksperimentasi pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik ditinjau dari gaya belajar siswa kelas v sd di kecamatan leuwisari tasikmalaya Tahun pelajaran 2008 2009

1 4 82

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivistik Menggunakan ICT Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa

0 4 8

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/ 2010.

0 1 9

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE RESITASI MENGGUNAKAN LKS DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII MTsN CEPOGO, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009.

0 1 8

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009).

0 1 12

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN “SAVI” DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA ( Eksperimen pada siswa kelas VIII Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMP Negeri 1 Wuryantoro).

0 0 11