Pembelajaran Realistik 1 Hakekat Pembelajaran Realistik

24 Sehingga dalam pendekatan pembelajaran matematika adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika agar konsep yang disampaikan dapat beradaptasi dengan siswa, dengan menggunakan pendekatan realistik

b. Pembelajaran Realistik 1 Hakekat Pembelajaran Realistik

Pendidikan Matematika Realistik PMR dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Frundenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani human activities dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembalito reinvent matematika melalui bimbingan guru Gravemeijer,1994, dan bahwa penemuan kembali reivention ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelejahan berbagai situasi dan persoalan”dunia riil”de Lange,1995 http:jurotunguru.wordpress.com Marpaung 2003 : 9, menggambarkan pendekatan realistik itu sebagai berikut : 25 Gambar 2.1 Pembelajaran Realistik Supaya pembelajaran bermakna bagi siswa, maka sebaiknya dimulai dengan masalah-masalah realistik. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri sesuai dengan kemampuannya yang berarti siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi, interprestasi dan mencari strateginya yang sesuai Marpaung , 2003 : 9. 2 Karakteritik dan Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Karakteritik dan Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Marpaung : 2003 : 9 sebagai berikut : 1. Murid aktif, guru aktif . Matematika sebagai aktivitas manusia. Menurut Freudental, penggagas pembelajaran realistik, matematika itu adalah aktivitas manusia human activity. Itu, berarti ide-ide matematika ditemukan orangpebelajar melalui kegiatanaktivitas. Aktif di sini berarti aktif berbuat kegiatan tubuh dan aktif berpikir kegiatan mental . Jadi konsep-konsep matematika ditemukan Matematika realistik Matematisasi dalam Aplikasi Matematisasi dan refleksi Abtraksi dan Formalisasi 26 2. Mulailah dengan masalah kontektual realistik. Masalah realistik, artinya dapat dibayangkan oleh siswa atau berasal dari masalah-masalah dalam dunia nyata. Siswa akan memiliki motivasi untuk mempelajari matematika bila dia melihat dengan jelas bahwa matematika bermaknamelihat manfaat matemtika bagi dirinya . Salah satu manfaat itu adalah dapat memecahkan masalah yang dihadapi khususnya masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bermakna dapat juga diartikan melihat hubungan antara informasi baru yang dia terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dia miliki. Jadi masalah kontektual atau realistik adalah masalah yang berkaitan dengan situasi dunia nyata atau dapat dibayangkan oleh siswa. Pada dasarnya masalah kontekstual atau realistik adalah suatu masalah yang kompleks, yang menuntut level kognitif dari yang rendah sampai tinggi. 3. Berikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri-sendiri. Lintasan Belajar Siswa. Tidak hanya satu cara menyelesaikan masalah. Ada banyak cara, itu sangat tergantung pada struktur kognitif siswa pengalamannya. Guru tidak perlu mengajari siswa bagaimana cara menyelesaikan masalah. Mereka harus berlatih menemukan cara menyelesaikan. Soal yang diberikan pada siswa hendaknya tidak jauh dari skema yang sudah mereka miliki dalam pikirannya. 27 Dalam keadaan tertentu guru dapat membantu siswa dengan memberikan sedikit informasi sebagai petunjuk arah yang dapat dipilih siswa untuk dilalui. 4. Ciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kondisi belajar menurut hasil penelitian modern dalam bidang psikologi dan neuroscience, bukan hanya tubuh kita yang mengikuti perintah dari otak kita, tetapi otak kita juga akan bekerja sesuai keinginan kemauan kita sendiri. Itu berarti, otak kita dapat juga diperintah oleh kemauan kita. Jadi, kemempuan manusia tidak hanya ditentukan oleh IQ nya tetapi juga oleh kememuannya sikap, motivasi, ketekunan . 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok kecil atau besar diskusi, interaksi dan negosiasi. Belajar dengan bekerja sama lebih efektif daripada belajar secara individual. Memang harus diakui bahwa ada banyak tipe belajar, ada yang lebih senang belajar individual, ada yang lebih senang belajar dalam kelompok, ada yang cenderung visual, ada yang auditif, ada yang inestetik enaktif , saling tukar informasi penting untuk memahami sesuatu. Informasi yang bertentangan pun dengan yang dimiliki seseorang dapat membuat pemahaman orang itu terhadap suatu masalah menjadi lebih baik. Informasi yang baru dapat menyebabkan informasi lama ditransformas. Tugas guru membantu siswa agar informasi baru dapat memperkuat atau 28 memperbaiki pengetahuan seseorang. Maka interaksi dan negosiasi penting perlu sekali dalam pembelajaran. 6. Pembelajaran tidak selalu di kelas bisa dil luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mendengarkan atau berbuat sesuatu, termasuk untuk berpikir. Orang memerlukan variasi untuk merangsang organ-organ tubuh melakukan fungsinya dengan baik.Variasi ini juga dapat membuat suasana yang menyenangkan dalam belajar. 7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi Refleksi. Salah satu ciri penting PMRI adalah interaksi dan negosiasi. Siswa perlu belajar untuk mengemukakan idenya kepada orang lain kawan-kawannya atau guru-gurunya. Supaya mendapat masukan berupa informasi yang melalui refleksi dapat dipakai memperbaiki atau meningkatkan kualitas pemahamannya. Untuk itu perlu diciptakan suasana yang mendukung. Seperti, jangan menghukum siswa jika membuat kesalahan dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, jangan mentertawakan, tetapi menghargai pendapatnya. 8. Siswa bebas memilih modus reprensetasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah penggunaan model. Tanslasi modus reprensetasi. Pemahaman siswa dapat diamati dari kemampuannya menggunakan berbagai 29 modus reprensentasi enaktif, ikonik atau simbolik untuk membantunya menyelesaikan suatu masalah. 9. Guru bertindak sebagai fasilitator Tutwuri Handayani Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya tidak mengajari siswa atau mengantarkan ketujuan, tetapi memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru dapat membimbing siswa jika mereka melakukan kesalahan atau tidak mempunyai ide dengan memberi motivasi atau sedikit arahan agar mereka dapat melanjutkan bekerja mencari strateginya menyelesaikan masalah. Pembelajaran hendaknya dimulai dengan meyodorkan masalah kontekstual atau realistik yang tidak jauh dari skema kognitif siswa. 10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai motivasi. Hukuman hanya menimbulkan efek negatif dalam diri siswa, tetapi motivasi, khususnya motivasi internal dan sikap siswa yang positif dapat membantu siswa belajar efektif. 3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suwarsono 2001 :5 terdapat beberapa keunggulan dari Pembelajaran Matematika Realistik PMR antara lain: 30 a Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari kehidupan di dunia nyata dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. b Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksikan dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap orang`biasa` yang lain, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. c PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara menyelesaikan suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak usah harus sama antara orang yang satu dengan yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan caranya sendiri, asalkan orang itu bersungguh- sungguh dalam mengerjakan soal atau maslah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang palin tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian soal atau masalah tersebut. d PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasioanal kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama,dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani sendiri proses 31 itu, dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep dan materi-materi matematika yang lain, dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu misalnya guru. Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. Selain keunggulan-keunggulan yang telah diuraikan di atas, menurut penulis masih lagi terdapat keunggulan PMR antara lain : PMR menjadikan siswa aktif san kreaktif, siswa berani mengungkapkan pendapatnya, siswa lebih berani bertanya, dan suasana kelas lebih nampak hidup. Suwarsono 2001:8 dalam implementasi PMR di lapangan juga akan timbul kelemahan- kelemahannya antara lain: a Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan soal kontekstual. Di dalam PMR siswa tidak lagi dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala sesuatu yang sudah”jadi”tetapi dipandang sebagai pihak yang aktif mengkstruksi konsep-konsep matematika. Guru tidak lagi sebagai pengajar, tetapi lebih sebagai pendamping bagi siswa. Di samping itu peranan soal kontektual tidak sekedar dipandang sebagai wadah untuk menerangkan aplikasi dari matematika, tetapi justru digunakan sebagai titik tolak untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematika itu sendiri. 32 b Pencarian soal-soal kontektual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa disesuaikan dengan bermacam- macam cara. c Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru. d Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa, melalui soal- soal kontekstual, proses matematisasi horizontal maupun vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.

c. Pembelajaran Matematika Konvensional

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA KELAS XI IPS SMA NEGERI DI KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 5 105

PENGGUNAAN METAFORA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI SURAKARTA

1 23 209

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

Eksperimentasi pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik ditinjau dari gaya belajar siswa kelas v sd di kecamatan leuwisari tasikmalaya Tahun pelajaran 2008 2009

1 4 82

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DENGAN MULTIMEDIA KOMPUTER DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 8 237

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASEDINSTRUCTION) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA (DI SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008 / 2009).

0 0 9

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN “SAVI” DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA ( Eksperimen pada siswa kelas VIII Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMP Negeri 1 Wuryantoro).

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas II SMU.

0 1 13

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII IPS 4 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 1 6

this PDF file ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA LINGKARAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII IPS 4 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20162017 | Maulida | Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika SOLUSI 1 PB

0 4 20