UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Kultivasi Isolat Kapang Endofit
Pertumbuhan isolat kapang endofit yang telah melalui proses seleksi diukur untuk mengetahui laju pertumbuhan kapang, yaitu dengan membuat kurva
pertumbuhan sehingga dapat diketahui fase-fase pertumbuhan kapang endofit tersebut pada media biakannya, yaitu media PDY cair. Data kurva pertumbuhan
ditunjukkan pada tabel 4.6 dan grafik kurva pertumbuhan kapang endofit dapat dilihat pada gambar 4.6a
– 4.6e Tabel 4.6 Data Kurva Pertumbuhan Isolat Kapang Endofit dalam Media PDY Cair
No. Hari-ke
Nilai absorbansi OD DIM 1A
DIS 1A DIS 2A
DIT 1A DIT 3A
1. 0,056
0,051 0,043
0,050 0,047
2. 2
0,036 0,020
0,032 0,021
0,036 3.
4 0,221
0,070 0,033
0,015 0,016
4. 8
0,200 0,260
0,021 0,012
0,044 5.
12 1,320
0,774 1,949
0,146 0,120
6. 14
1,870 0,351
2,127 0,391
1,191 7.
18 1,788
1,937 1,242
0,666 1,572
8. 20
1,870 1,330
1,577 0,512
1,269 9.
26 1,470
1,537 1,380
0,101 0,862
Gambar 4.6a Grafik Kurva Pertumbuhan Kapang Endofit Isolat DIM1A
0,5 1
1,5 2
5 10
15 20
25 30
N il
ai a
b so
rb an
si OD
Hari ke-
Isolat DIM1A
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.6b Grafik Kurva Pertumbuhan Kapang Endofit Isolat DIS1A
Gambar 4.6c Grafik Kurva Pertumbuhan Kapang Endofit Isolat DIS2A
Gambar 4.6d Grafik Kurva Pertumbuhan Kapang Endofit Isolat DIT1A
0,5 1
1,5 2
2,5
5 10
15 20
25 30
N il
ai a
b so
rb an
si OD
Hari ke-
Isolat DIS1A
0,5 1
1,5 2
2,5
5 10
15 20
25 30
N il
ai a
b so
rb an
si OD
Hari ke-
Isolat DIS2A
0,2 0,4
0,6 0,8
5 10
15 20
25 30
N ial
i a b
so rb
an si
OD
Hari ke-
Isolat DIT1A
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.6e Grafik Kurva Pertumbuhan Kapang Endofit Isolat DIT3A Kurva pertumbuhan kapang menunjukkan bahwa waktu mempunyai
hubungan yang erat dengan fase pertumbuhan kapang. Membuat kurva perumbuhan kapang dilakukan dengan cara masing-masing isolat kapang endofit
diinokulasikan ke dalam medium PDY cair sebanyak 250 Ml pada erlenmeyer 1000 mL sebagai hari ke-0, selanjutnya kultur diinkubasi pada suhu ruang 27-29
⁰C selama 26 hari dan dilakukan pencuplikan bagian media setiap 2 hari sekali untuk
mendapatkan nilai absorbansi yang diukur pada alat spektrovotometer UV-VIS pada panjang gelombang 620 nm.
Bedasarkan data yang diperoleh isolat DIM1A mengalami fase lag fase adaptasi pada hari ke-0 sampai dengan hari ke-8, isolat DIS1A mengalami fase lag
dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-14, isolat DIS2A mengalami fase lag dari hari ke-0 sampai dengan hari ke-8, isolat DIT1A mengalami fase lag dari hari ke-0
sampai dengan hari ke-8. Isolat DIT3A mengalami fase lag dari hari ke-0 sampai hari ke-12. Hal ini menandakan kapang beradaptasi dengan lingkungan.
Setelah mengalami fase lag fase adaptasi kapang akan mengalami fase logpertumbuhan eksponensial, pada fase ini terjadi pertumbuhan yang cepat dan
konstan mengikuti kurva logaritmik. Isolat DIM1A mengalami fase log dari hari ke-8 sampai dengan hari ke-14, isolat DIS1A mengalami fase log dari hari ke-14
sampai dengan hari ke-18, isolat DIS2A mengalami fase log dari hari ke-8 sampai dengan hari ke-14, isolat DIT1A mengalami fase log dari hari ke-8 sampai dengan
hari ke-18, dan isolat DIT3A mengalami fase log dari hari ke-12 sampai dengan hari ke-18. Hal ini terlihat pada kurva pertumbuhan kapang yang menunjukkan
terjadinya peningkatan jumlah sel. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat
0,5 1
1,5 2
5 10
15 20
25 30
N il
ai a
b so
rb an
si OD
Hari ke-
Isolat DIT3A
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipengaruhi oleh medium tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrisi, juga kondisi lingkungan termasuk suhu, dan kelembaban udara. Selain itu, pada fase log
ini kapang membutuhkan energi lebih banyak dari fase lainnya. Tahap akhir pada fase log kecepatan pertumbuhan populasi akan menurun dikarenakan nutrisi di
dalam medium sudah berkurang dan adanya metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan kapang.
Fase selanjutnya yaitu fase stationer, pada fase ini sel menjadi tua, laju pembiakan berkurang dan beberapa sel mati karena semakin berkurangnya nutrisi
dalam medium. Akan tetapi metabolisme pada fase ini masih terus berlangsung. Metabolit sekunder pada umumnya terbentuk pada fase ini yaitu pada saat populasi
sel tetap jumlah sel tumbuh dan sel mati sama. Sintesis metabolit sekunder dimulai pada saat mulai habisnya beberapa komponen utama nutrisi pada medium
pertumbuhan. Keterbatasan sumber utama sintesis tersebut antara lain gula sebagai sumber karbon dan protein sebagai sumber asam amino atau nitrogen. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pelepasan zat-zat hasil proses katabolisme yang merupakan senyawa metabolit sekunder.
Pada kurva pertumbuhan kapang tidak begitu terlihat adanya fase stationer. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jarak waktu pengujian nilai absorbansi OD
yang terlalu panjang. Namun, fase stationer dapat ditentukan dari puncak fase log pertumbuhan eksponensial, secara teoritis setelah tercapai puncak dari fase log
merupakan awal dimulainya fase stationer yang akan berlangsung selama beberapa hari. Hal ini dikarenakan pada puncak fase log mulai terjadi penurunan nutrisi pada
medium pertumbuhan, sehingga terjadi pelepasan zat-zat hasil katabolisme yang disebut senyawa metabolit sekunder. Dari data yang telah disebutkan di atas maka
dapat diperoleh waktu untuk panen metabolit sekunder dari isolat kapang endofit. Fase selanjutnya adalah fase kematian, pada fase ini populasi kapang mulai
mengalami kematian yang disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam medium perumbuhan sudah habis dan energi cadangan di dalam sel juga habis. Isolat
DIM1A mengalami fase kematian pada hari ke-21, isolat DIS2A mengalami fase kematian pada hari ke-18, dan isolat DIS1A, DIT1A, DIT3A mengalami fase
kematian pada hari ke-20. Hal ini terlihat dari grafik kurva pertumbuhan yang mulai menurun.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kurva pertumbuhan kapang menunjukkan sebagian besar isolat kapang mencapai puncak fase log pada hari ke-18, dan mulai mengalami fase kematian
pada hari ke 20, sehingga waktu untuk panen diambil pada hari ke-21. Metabolit sekunder diharapkan dapat dipanen secara maksimal.
Metode Kurva pertumbuhan pada penelitian menggunakan kultur statis dalam media cair PDY yang diinkubasi pada suhu ruang 27-29
⁰C tanpa dilakukan agitasi pengadukan dan aerasi selama 26 hari dan hanya dilakukan agitasi secara manual
sebelum dilakukan pencuplikan. Membuat kurva pertumbuhan secara teoritis membutuhkan sistem aerasi dan agitasi pengadukan menggunakan shacker.
Sistem aerasi dibutuhkan untuk mensuplai oksigen mikroorganisme sedangkan agitasi bertujuan untuk meningkatkan suplai oksigen dalam medium dan
meningkatkan pertukaran panas sehingga distribusi suhu menjadi homogen di seluruh bagian kultur Kumala S. Pratiwi A, 2014. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa media PDY merupakan media yang baik dan cocok untuk proses kultivasi dan fermentasi kapang endofit, karena di dalamnya mengandung karbon
yang berasal dari ekstrak kentang dan dextrose, yeast extract sebagai sumber nitrogen Kumala S. dkk., 2007.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa proses kultivasi atau kurva pertumbuhan kapang yang dilakukan pada penelitian
menggunakan metode statis dan diperoleh hasil kurva pertumbuhan yang kurang bagus. Hal ini disebabkan karena proses kultivasi tidak menggunakan Shacker
sehingga hasil kurva pertumbuhan tidak optimal.
4.7 Fermentasi Isolat Kapang Endofit Hasil Seleksi