UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ruang.  Hal  ini  berdasarkan  waktu  panen  yang  diperoleh  dari  hasil  kurva pertumbuhan kapang.
Menurut Gandjar., dkk 2006, fermentasi kapang menggunakan medium cair dengan  metode  statis  pada  bagian  permukaan  medium  terlihat  pertumbuhan
miselium  kapang  berupa  lapisan  yang  makin  hari  semakin  tebal.  Hifa  vegetatif tumbuh ke dalam medium seperti akar-akar yang bercabang. Warna medium yang
semula tidak terlalu bening menjadi sangat bening, medium  yang asalnya bening tidak berwarna berubah menjadi berwarna dan juga ada medium yang pada awalnya
bening  berubah  menjadi  keruh.  Gambar  hasil  proses  fermentasi  kapang  endofit dapat dilihat pada lampiran 15.
Proses  fermentasi  yang  menggunakan  medium  cair  adalah  bertujuan  untuk memperoleh  senyawa  bioaktif  yang  lebih  banyak  dan  lebih  efektif  dalam
memproduksi biomassa. Hal ini dikarenakan kontak antara kapang dengan nutrisi terjadi lebih optimal karena seluruh bagian dari kapang berada di dalam media cair
tersebut. Penyerapan nutrisi yang lebih banyak akan membuat kapang lebih banyak menghasilkan  metabolit  sekunder  yang  dikeluarkan  secara  ekstraselular
Listiandiani,  2011.  Metabolit  sekunder  yang  diproduksi  kebanyakan  akan diekskresikan  ke  dalam  medium  pertumbuhan  Suwandi,  2008,  namun  tidak
menutup  kemungkinan  metabolit  sekunder  juga  terdapat  di  dalam  sel  kapang biomassa.
Setelah proses fermentasi, selanjutnya adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut organik berdasarkan perbedaan kepolaran menggunakan pelarut n-heksan,
etilasetat, dan metanol.
4.8 Ekstraksi Senyawa bioaktif Kapang Endofit
Proses ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis pelarut organik yang berbeda kepolarannya, yaitu n-heksan yang bersifat nonpolar, etil asetat yang
bersifat  semipolar,  dan  metanol  yang  bersifat  polar.  Perbandingan  pelarut  yang digunakan adalah 1:1. Ekstraksi terhadap supernatan dilakukan dengan cara terlebih
dahulu supernatan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian A dan bagian B. Bagian A  sebagai  dinamakan  sebagai  fraksi  A  fase  air.  Bagian  B  dilakukan  ekstraksi
bertingkat menggunakan pelarut n-heksan lalu diamkan hingga menjadi 2 lapisan. Lapisan  bagian  atas  yang  merupakan  fraksi  n-heksan  diambil  sebagai  fraksi  B.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemudian lapisan bawah diekstraksi kembali menggunakan pelarut etil asetat lalu diamkan hingga menjadi 2 lapisan. Lapisan bagian atas yang merupakan fraksi etil
asetat diambil sebagai fraksi C. Selanjutnya  bagian  biomassa  diekstraksi  menggunakan  pelarut  metanol.
Sebelum diekstraksi biomassa dihancurkan terlebih dahulu menggunakan lumpang dan  alu.  Hal  ini  bertujuan  untuk  mengeluarkan  metabolit  sekunder  yang  ada  di
dalam sel, setelah itu biomassa diekstraksi menggunakan metanol hingga terendam. Penggunaan  metanol  sebagai  pelarut  untuk  biomassa  dikarenakan  tidak
diketahuinya  senyawa  bioakif  atau  metabolit  sekunder  yang  ada  di  dalam  sel, sehingga  diharapkan  semua  senyawa  dapat  tertarik  oleh  metanol  yang  memiliki
kempuan  menarik  senyawa  mulai  dari  senyawa  polar  hingga  senyawa  nonpolar. Setelah didiamkan selama 24 jam, biomassa disaring dan diambil bagian filtratnya.
Jika  filtrat  masih  keruh  lakukan  ekstraksi  kembali  hingga  diperoleh  filtrat  yang jernih. Fraksi metanol dari biomassa ini dijadikan sebagai fraksi D.
Fraksi B, C, dan D selanjutnya dipekatkan kecuali fraksi A. Proses pemekatan menggunakan  vacum  rotary  evaporator  pada  suhu  40-50
⁰C  sampai  terbentuk ekstrak  kental.  Menurut  Brooks  1974:117,  senyawa  yang  bersifat  polar  akan
terlarut  dalam  pelarut  polar,  sedangkan  senyawa  yang  bersifat  nonpolar  akan terlarut dalam pelarut nonpolar, begitu juga dengan senyawa semipolar akan mudah
terlarut  pada  pelarut  semipolar.  Diketahui  bahwa  untuk  melarutkan  senyawa antimikroba  dibutuhkan  pelarut  dengan  sifat  kepolaran  yang  sesuai.  Penggunaan
berbagai  macam  pelarut  dengan  berbeda  kepolaran  disebabkan  karena  senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh kapang endofit belum diketahui secara jelas. Gambar
hasil ekstrak kental dapat dilihat pada lampiran 16.
4.9 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kapang Endofit