4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Lingkungan Perairan
4.1.1 Parameter fisika dan kimia
Parameter suhu di lokasi penelitian berkisar antara 28.00 – 30.00 C dengan
rata-rata 29.18 C Gambar 14. Nilai suhu terendah pada stasiun Kayu Angin
sebesar 28.00 C dan tertinggi pada stasiun Panggang sebesar 30.00
C. Kisaran suhu di perairan ini masih mendukung kelangsungan hidup organisme di
ekosistem terumbu karang dengan suhu optimal 26.00 – 29.50 C Nybakken
1992.
Gambar 14 Hasil pengukuran parameter suhu.
Kisaran nilai parameter pH dilokasi pengamatan adalah 8.20 – 8.40. Nilai pH relatif rendah pada lokasi Panggang sebesar 8.20 dan tinggi pada lokasi
Pramuka yaitu sebesar 8.40 Gambar 15. Kisaran parameter pH ini menunjukkan kondisi perairan masih dalam batas normal untuk kelangsungan hidup suatu
organisme perairan. Kisaran ini sesuai dengan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 in Mukhtasor 2007 tentang baku mutu pH untuk kehidupan organisme laut yaitu
sebesar 7.00 – 8.50. Selain itu, hasil pengamatan ini menunjukan bahwa kondisi perairan cenderung bersifat basa. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
organisme laut, terutama pada organisme yang berfotosintesis seperti alga dan fitoplankton Mukhtasor 2007. Turunnya jumlah energi hasil fotosintesis oleh
produsen menyebabkan pasokan energi bagi konsumen juga berkurang.
20,00 22,00
24,00 26,00
28,00 30,00
UntungJawa Pramuka Panggang
Semak Daun
Belanda Kayuangin
Suhu 0C
Stasiun Pengamatan
36
Gambar 15 Hasil pengukuran parameter pH. Hasil pengukuran salinitas dilokasi pengamatan berkisar antara 30.50
00
sampai dengan 32.00
00
. Lokasi Untung Jawa memiliki salinitas relatif rendah sebesar 30.50
00
sedangkan Panggang dan Semak Daun memiliki salinitas relatif tinggi sebesar 32.00
00
Gambar 16. Hasil pengamatan parameter salinitas di
lokasi penelitian masih dalam batas normal bagi kehidupan organisme di ekosistem terumbu karang. Kisaran salinitas yang baik untuk kehidupan
ekosistem terumbu karang adalah 32.00 – 35.00
00
Nybakken 1992, namun pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat tergantung pada
kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam seperti run-off, badai, dan hujan. Sehingga kisaran salinitas bisa sampai dari 17.50 – 52.50
00
Supriharyono 2007. Kasjian Juwana 2009 menambahkan bahwa terumbu karang dapat hidup pada sainitas air yang tetap diatas 30.00
00
tetapi dibawah 35.00
00
. Perairan Teluk Jakarta yang berada di bawah pengaruh 13 sungai yang
memuntahkan muatannya ke dalam teluk ini dan perairan di sekitarnya menyebabkan rendahnya niai kisaran salinitas di lokasi penelitian. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Wouthuyzen et al. 2008 menambahkan bahwa selain pengaruh sungai, faktor meteorologi hari, curah hujan dan kecepatan
angin turut mempengaruhi rendahnya nilai salinitas di perairan Kepulauan Seribu.
7,00 7,50
8,00 8,50
9,00
UntungJawa Pramuka
Panggang Semak Daun Belanda
Kayuangin
pH
Stasiun Pengamatan
37
Gambar 16 Hasil pengukuran parameter salinitas.
Kisaran kecepatan arus di lokasi penelitian adalah 0.01 – 0.13 mdtk dengan rata-rata arus 0.06 mdtk dengan arah menuju ke barat. Kecepatan arus tertinggi
di Untung Jawa sebesar 0.13 mdtk dan terendah adalah lokasi Semak Daun sebesar 0.04 mdtk Gambar 17a. Kontribusi arus terhadap ekosistem terumbu
karang yaitu dengan tetap menjamin aliran massa air yang mengandung nutrien dan mengurangi tingkat sedimentasi. Hasil pengamatan parameter kekeruhan
berkisar antara 0.42 NTU sampai dengan 0.92 NTU. Untung Jawa memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dengan nilai 0.92 NTU dan terendah adalah
Belanda dengan nilai 0.42 NTU Gambar 17b. Parameter kecepatan arus dan kekeruhan di lokasi Untung Jawa
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Kecepatan arus mempengaruhi densitas massa air yang masuk ke laut
sehingga semakin tinggi kecepatan arus maka semakin banyak massa air yang dibawanya khususnya massa air yang membawa sedimen dan nutrien dari daratan
Nontji 2007. Lokasi Untung Jawa yang dekat dengan daratan terus-menerus mendapatkan pasokan sedimen yang menyebabkan tingginya tingkat kekeruhan di
lokasi ini. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat membuat organisme laut mengeluarkan energi lebih untuk menghalau sedimen yang masuk Supriharyono
2007 sehingga energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan berkurang. Akibat dari berkurangnya energi untuk tumbuh tersebut maka organisme laut tersebut
memilih untuk pergi atau mati. Bagi hewan-hewan yang bersifat bergerak mobile seperti ikan herbivor dapat pergi untuk mencari lingkungan yang lebih
29,00 29,50
30,00 30,50
31,00 31,50
32,00
UntungJawa Pramuka
Panggang Semak Daun Belanda
Kayuangin
Salinitas 000
Stasiun Pengamatan
38 baik, namun bagi hewan yang bersifat menetap sessile seperti karang dan
makroalga cenderung mati.
Gambar 17 Hasil pengukuran parameter fisika arus a dan kekeruhan b.
4.1.2 Nutrien