59 fotosintesis oleh makroalga dengan baik dibutuhkan lingkungan perairan yang
jernih sehingga intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan pada proses fotosintesis meningkat.
Gambar  35  ANOVA  satu arah antara  parameter  lingkungan dengan tutupan makroalga p=0.03, n=12
4.5 Hubungan antara Parameter  Lingkungan  dengan Tutupan  Karang
Keras
Hubungan antara dua kelompok habitat berdasarkan parameter lingkungan dengan tutupan karang keras dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu arah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok habitat  satu  memiliki rata-rata tutupan karang keras lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok habitat  dua
Gambar 36.
Gambar  36  Anova satu arah antara lingkungan dengan tutupan makroalga p=0.02, n=12
60 Kebalikan dari pertumbuhan makroalga, jika ada pertambahan nutrien
diperairan, pertumbuhan karang keras akan melambat.  Jompa  McCook 2002 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penambahan nitrat di perairan tidak
mempengaruhi laju pertumbuhan karang keras. Kadar senyawa ortofosfat PO
4
di perairan dapat mempengaruhi proses kalsifikasi terumbu oleh hewan karang Lapointe 1999; Littler et al.  2006 yang
memiliki laju pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan makroalga.  Sebagai hewan, hewan karang tidak memiliki  klorofil  yang mampu
mengolah senyawa dengan bantuan sinar matahari fotosintesis tersebut menjadi energi seperti  zooxanthellae  dan makroalga. Sehingga senyawa PO
4
yang masuk ke dalam tubuh hewan karang tersebut akan mengendap di dalam jaringan tubuh
dan kerangkanya Supriharyono 2007.  Akibatnya aliran energi yang di dapatkan dari  zooxanthellae  lebih banyak digunakan oleh hewan karang untuk
mengeluarkan senyawa tersebut dari tubuhnya dan kehabisan energi untuk terus tumbuh dan berkembang.  Di sisi lain senyawa tersebut dapat mengganggu proses
respirasi oleh hewan karang sehingga  zooxanthellae  sedikit mendapatkan  CO
2
Kimball 1983; McCook  et al.  1997 yang dibutuhkan pada proses fotosintesis. Keadaan ini membuat  zooxanthellae  tertekan stress dan berusaha untuk
melepaskan diri dari keadaan tersebut. Lepasnya zooxanthellae dari tubuh polip karang mengakibatkan karang keras mengalami proses pemutihan bleaching
Veron 1995.
4.6 Hubungan antara Parameter  Ikan Herbivor  dengan Tutupan
Makroalga
Hubungan antara dua kelompok habitat berdasarkan parameter ikan herbivor dengan tutupan makroaga dianalisis dengan menggunakan ANOVA satu
arah.  Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok habitat satu memiliki rata-rata tutupan  makroalga yang lebih tinggi dan kelimpahan ikan herbivor yang lebih
sedikit  dibandingkan dengan kelompok  habitat dua  yang memiliki rata-rata tutupan makroalga lebih rendah dan kelimpahan ikan herbivor yang lebih tinggi
Gambar 37.
61
Gambar  37  Anova satu arah antara  kelompok  ikan herbivor  terhadap  tutupan makroalga p=0.04, n = 22
Makroalga merupakan salah satu produsen di ekosistem terumbu karang sehingga ikan-ikan herbivor menjadikan makroalga sebagai makanannya Sale
1991; Hay 1997.  Dominannya tutupan  turf algae  di lokasi penelitian menunjukkan  bahwa ikan herbivor  lebih menyenangi  turf algae  sebagai
makanannya.  Ikan-ikan herbivor lebih mudah memakan  turf algae  karena ukurannya yang  kecil kurang dari 2 cm, memiliki thalli lunak berbentuk filamen
halus seperti rambut  Diaz-Pullido  McCook 2008  dan jarang yang mengeluarkan zat toksik Hay 1997.
Umumnya nilai  biomass  turf algae  di perairan  rendah  Diaz-Pullido McCook 2008; Paddack  Coven 2006  sehingga ikan herbivor membutuhkan
lebih banyak jumlah  turf algae  yang dimakan  untuk memenuhi  kebutuhan nitrogen yang terfiksasi  menjadi asam amino sebagai enzim pembentuk protein
Kimball 1983.  Ikan-ikan dari famili Scaridae memiliki ukuran tubuh lebih besar dan rahang yang  disertai dengan taring yang besar Sale 1991  dibandingkan
dengan  ikan-ikan dari famili Pomacentridae sehingga membutuhkan nitrogen lebih banyak Sale 1991; Sale 2002. Kemampuan menggigit makroalga  dari
famili Scaridae  adalah  rata-rata 20.000  –  156.000 gigitanm
2
hari Sale 1991 sehingga dapat memakan turf algae lebih banyak dengan cara grazing Hatcher
Rimmer 1985; Paddack  Coven 2006.  Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah makroalga yang dimakan ikan dipengaruhi oleh
kelimpahan ikan herbivor.
62 Keanekaragaman ikan herbivor  mempengaruhi  pola makan ikan herbivor
terhadap makroalga.  Di the Great Barrier Reef GBR Australia, ikan-ikan herbivora Scaridae telahdiklasifikasikan berdasarkan osteologi dan myologi dari
rahang oral dan pharyngeal ke dalam tiga kelompok fungsional, yaitu : sebagai penggali atau  excavators  Bolbometopon muricatum,  Cetoscarus bicolor dan
Chlorurus spp., penggaruk atau  scrapers  Hipposcarus  spp., dan  Scarus  spp.,
dan pemanen atau croppers Calotomus  spp., dan  Leptoscarus vaigiensis Bellwood  dan  Choat 1990; Bellwood 1994. Ikan penggali dan penggaruk
memakan makroalga dan sekaligus polip karang. Kedua kelompok ini membuka ruang penempelan bagi larva karang dan spora makroalga. Ikan pemanen hanya
memakan makroalga sehingga anakan karang dapat tumbuh dengan lebih baik. Dengan demikian keanekaragaman  ikan herbivor dapat mengontrol persaingan
tempat antara karang keras dengan makroalga.
4.7 Asosiasi antara Karang Keras dengan Makroalga