Peran parameter lingkungan dan ikan herbivor pada pembentukan

66

4.7.2 Peran parameter lingkungan dan ikan herbivor pada pembentukan

asosiasi antara terumbu karang dengan makroalga Sebagaimana telah dijelaskan bahwa bentuk asosiasi antara terumbu karang dengan makroalga adalah berkompetisi dalam pemakaian tempat untuk mendapatkan cahaya matahari. Keduanya membutuhkan cahaya matahari tersebut untuk proses fotosintesis. Pembentukan asosiasi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Di Kepulauan Seribu, bentuk pertumbuhan karang massive dan encrusting dengan kelompok turf algae adalah bentuk asosiasi yang terjadi. Untuk melihat peran lingkungan dan ikan herbivor pada pembentukan asosiasi antara terumbu karang dengan makroalga maka dilakukan analisis regresi linear berganda dengan menghubungkan antara indek asosiasi antara karang massive dengan turf algae Y 1 dan indeks asoasiasi antara karang encrusting dengan turf algae Y 2 dengan parameter arus X 1 , kekeruhan X 2 , NO 3 X 3 , total kelimpahan ikan herbivor X 4 . Dari hasil analisis regresi diperoleh model regresi yang nyata untuk asosiasi antara karang massive dengan turf algae dengan model sebagai berikut: Y 1 = 0.67 + 1.26 NO 3 R 2 = 46.60 ......... 2 Besarnya koefisien determinasi adalah 46.60 p 0.05 dapat dikatakan bahwa indek asosiasi antara karang massive dengan makroalga dapat dijelaskan dengan baik oleh parameter NO 3 . Parameter nitrat memiliki peran yang cukup nyata pada pembentukan asosiasi terumbu karang dengan makroalga. Nilai koefisien determinasi sebesar 46.60 pada model 1 menjelaskan bahwa masih ada 54.40 parameter lain yang mempengaruhi pembentukan asosiasi tersebut. Pengaruh aktifitas manusia seperti pembuangan sampah organik, industri pengolahan ikan bandeng mempengaruhi peningkatan kadar nitrat di perairan. Nitrat digunakan oleh makroalga sebagai tambahan nutrisi di dalam proses metabolisme dan peruumbuhan makrolga. Sehingga berpengaruh tehadap bentuk asosiasi yang terjadi antara karang keras dengan makroalga terutama pada tipe karang massive dan turf algae. Kecilnya peran nitrat di dalam proses pembentukan asosiasi 46.60 menunjukkan bahwa masih ada sebesar 54.40 parameter lain yang mempengaruhi pembentukan asoasiasi, antara lain adalah 67 proses pemangsaan grazing oleh ikan herbivor, kadar oksigen di perairan, dan kadar fosfor yang juga merupakan nutrisi bagi metabolisme dan pertumbuhan makroalga Hay 1997. Penelitian yang dilakukan oleh Jompa McCook 2002; Littler et al. 2006 yang menyimpulkan bahwa penambahan nutrien saja tidak dapat menimbulkan kematian pada terumbu karang, begitu juga dengan mengeluarkan ikan herbivor saja tidak secara langsung mematikan terumbu karang. Hal ini disebabkan herbivor lain dapat memangasa makroalga misalnya bulu babi sea urchin. Tidak terlihatnya peran ikan herbivor pada model pembentukan asosiasi antara karang keras dengan makroalga disebabkan oleh dominannya ikan-ikan dari famili Pomacentridae di perairan Kepulauan Seribu. Studi tenatang peran Pomacentridae oleh Wilkinson Sammarco 1983 menemukan bahwa ikan Pomacentridae yang bersifat teritori Sale 1991 yaitu dengan menjaga area makanannya dapat membuat perubahan pada komposisi jenis makroalga terutama pada jenis dari kelas red algae menjadi blue-green algae. Karena blue green memiliki kemampuan lebih cepat dalam menfikasi senyawa nitrogen Purcell Bellwood 2001 pada saat proses fotosintesis.

4.8 Rekomendasi Pengelolaan