84
4.4.7 Histopatologi Organ Dalam Itik
Oleh karena daun beluntas mengandung zat-zat yang bersifat antinutrien seperti tanin, maka perlu dilakukan uji pengaruhnya pada organ-
organ dalam yaitu hati, ginjal, pankreas, dan usus halus.
4.4.7.1 Hati
Hasil pemeriksaan histopatologi itik percobaan ditemukan adanya kerusakan jaringan pada hati yang meliputi degenerasi lemak
dan sirosis hati dengan tingkat kerusakan dari ringan sampai parah tercantum pada Tabel 25 dan Tabel 26.
Tabel 25 Persentase itik yang mengalami degenerasi lemak pada jaringan hati itik penelitian
Level pemberian
beluntas Persentase itik yang mengalami degenerasi lemak
pada lama pemberian pakan 3 minggu
7 minggu - sd +
++ sd +++ - sd +
++ sd +++ 83,33
16,67 83,33
16,67 1
100 83,33
16,67 2
100 83,33
16,67
Keterangan: - : normal; + : tingkat kerusakan ringan; ++ : tingkat kerusakan sedang; +++ : tingkat kerusakan parah
Tingkat degenerasi lemak hati sel hati dalam sitoplasma berisi vakuola lemak pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu
1 normal sampai kerusakan ringan Gambar 17; dan 2 kerusakan sedang sampai berat Gambar 18. Kerusakan ringan dimasukkan ke
dalam kelompok normal karena hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi
pada ternak
itik, terlebih
dengan pemeliharaan
digembaladiangon. Dari Tabel 25 terlihat bahwa itik yang mengalami degenerasi
lemak, pada perlakuan 3 dan 7 minggu, tidak hanya terjadi pada yang mendapat perlakuan pemberian tepung daun beluntas dalam pakan
sebanyak 1 dan 2, tetapi juga terjadi pada itik kontrol yang tidak mendapat tepung daun beluntas.
85
Gambar 17 Degenerasi lemak ringan hepatosit organ hati. Perbesaran objektif 40x HE
Gambar 18 Degenerasi lemak hati parah dengan vakuola
lemak yang besar-besar di dalam hepatosit panah.
Itik sampel yang mendapat perlakuan level pemberian tepung daun beluntas 1 dan 2 dalam pakan selama 3 minggu tidak
mengalami degenerasi lemak di hati tingkat sedang sampai parah, sedangkan perlakuan dengan level yang sama selama 7 minggu
tingkat degenerasi lemak di hati tidak berbeda dengan kontrol yaitu yang tidak mendapat tepung daun beluntas. Hasil pengamatan ini
dapat disimpulkan bahwa tepung daun beluntas tidak menyebabkan terjadinya degenerasi lemak di hati. Tidak adanya itik yang
mengalami degenerasi lemak pada pemberian tepung daun beluntas selama 3 minggu dapat dijadikan indikasi bahwa tepung daun beluntas
dapat memperbaiki degenerasi hati. Hal ini perlu pembuktian lebih
86 lanjut melalui penelitian karena pada perlakuan pemberian tepung
daun beluntas selama 7 minggu, persentase itik yang mengalami degenerasi hati tidak berbeda dengan yang tidak mendapat tepung
daun beluntas. Degenerasi lemak merupakan kerusakan sementara yang dapat
diperbaiki dengan pemberian pakan berkualitas baik. Dengan demikian sangat memungkinkan antioksidan dalam beluntas berikatan
dengan lemak, sehingga jumlah vakuola lemak dalam hati menurun dan jaringan hati normal kembali. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Sinaga 2006 yang menggunakan sumber antioksidan dalam daun kaliandra. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa jumlah vakuola lemak hati itik yang mendapat kaliandra lebih rendah daripada perlakuan yang tanpa mendapat kaliandra. Sel hati
dalam sitoplasma berisi vakuola lemak pada penelitian ini kemungkinan akibat aflatoxin. Aflatoksin adalah jenis racun yang
dapat memicu sel-sel epitel buluh empedu di hati untuk proliferatif sehingga daerah porta dari lobulus hati akan membengkak dan
menggertak peradangan. Kontaminasi aflatoksin pada pakan yang didapat berulang-ulang, menyebabkan peradangan menjadi kronis.
Keracunan aflatoksin berlangsung kronis, umumnya berlanjut dengan aktivasi sel jaringan ikat dengan mitosis dan membentuk akumulasi
kolagen dan dapat menimbulkan sirosis hati pengerasan hati oleh meningkatnya jaringan ikat. Saat menderita sirosis Gambar 19,
jumlah hepatosit aktif amat berkurang dari normal, sehingga fungsi hati menjadi berkurang.
Dari Tabel 26 terlihat bahwa itik yang mengalami sirosis hati perlakuan 3 dan 7 minggu, tidak hanya terjadi pada yang mendapat
tepung daun beluntas 1 dan 2, tetapi juga terjadi pada itik kontrol tanpa mendapat tepung daun beluntas.
87
Gambar 19 Sirosis hati dengan pembentukan jaringan ikat diantara hepatosit. Perbesaran objective 40x HE.
Tabel 26 Persentase itik yang mengalami sirosis pada jaringan hati itik penelitian
Level pemberian tepung daun
beluntas Persentase itik yang mengalami sirosis jaringan hati
pada lama pemberian pakan 3 minggu
7 minggu
- sd + ++ sd +++
- sd + ++ sd +++
50 50
66,66 33,34
1
66,66 33,33
100
2
33,34 66,66
83,33 16,67
Keterangan: - : normal; + : tingkat kerusakan ringan; ++ : tingkat kerusakan sedang; +++ : tingkat kerusakan parah.
Pada perlakuan pemberian tepung daun beluntas selama 3 minggu, sirosis hati itik yang mengalami tingkat kerusakan sedang
sampai parah pada itik yang mendapat tepung daun beluntas 2 lebih banyak dari kontrol, tetapi pada itik yang mendapat tepung daun
beluntas selama 7 minggu terlihat ada perbaikan. Pada kontrol jumlah hati itik yang mengalami kerusakan hati sedang-parah menurun
sebesar 33,32 dari 50 menjadi 33,34, sedangkan yang mendapat tepung daun beluntas 1 menurun sebesar 100 dari
33,33 menjadi 0 dan yang mendapat tepung daun beluntas 2 menurun sebesar 75 dari 66,66 menjadi 16,66. Hal ini
menunjukkan bahwa tepung daun beluntas dalam pakan dapat mempercepat perbaikan jaringan hati yang rusak. Beluntas
mengandung fenol dan flavonoid yang telah diketahui mempunyai
88 kapasitas sebagai antioksidan Andarwulan et al. 2008 karena
kemampuannya menurunkan pembentukan radikal bebas dan menangkap radikal bebas Burda dan Oleszek 2001. Kemampuan
sebagai antioksidan memberi efek terapi terhadap penyakit kanker patologi hati González-Gallego et al. 2007. Asupan flavonoid
dilaporkan dapat mengurangi resiko kanker, dengan cara menghambat kerja enzim prostaglandin sintase, lipoksigenase dan siklooksigenase
yang terkait dengan pembentukan tumor Zang dan Hamauzu 2003. Hasil penelitian Dragland et al. 2003 menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan salah satu tanaman herba Jepang Sho-Danau Sai dapat digunakan
untuk mengobati
hepatitis kronis,
menghambat perkembangan karsinoma hepatoseluler, mengurangi peroksidasi lipid
dan fibrosis hati pada hewan percobaan.
4.4.7.2 Ginjal dan Pankreas