Satwa Liar Lingkungan Biologi 1. Tipe Ekosistem dan Tipe Vegetasi

58 Pemanfaatan langsung kawasan TNKS masih dibatasi pemanfaatan yang bersifat ekstraktif, seperti kepentingan pariwisata dan rekreasi pada zona tertentu. Potensi wisata di kawasan dan sekitar taman sangat mendukung, mengingat data Inter Provincial Spatial Plan dalam draft final Report tahun 1999, menunjukkan bahwa di dalam dan sekitar TNKS terdapat 92 objek wisata, dan diperkirakan sekitar 46 objek berada di dalam atau di pinggir kawasan dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek ekowisata dan mendukung pelestarian kawasan TNKS. Berbagai lokasi objek wisata di kawasan TNKS dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Objek Wisata dan Atraksinya di Kawasan TNKS Lokasi Wisata Atraksi Wisata Gunung Kerinci 3.805 m dpl gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam. Danau Gunung Tujuh 1.996 m dpl merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha panjang 4,5 km dan lebar 3 km, yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar gajah, harimau, rusa, tapir yang langsung dapat dilihat. Gunung Seblat 2.383 m dpl memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi Bukit Gedang Seblat merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam. Rawas Ulu Lakitan memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat Goa Napal Licin dan Jeram Sungai Rawas Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit serta arung Jeram yang sangat unik Wisata budaya Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci, tanah Minangkabau, tanah BengkuluRejang Lebong, serta aspek seni budaya seperti pesta adat Kerinci Kenduri Seko, tari-tarian klasik, pakaian adat, serta pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali. Obyek wisata lain di sekitar kawasan diantaranya Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung Napal Licin dianggap sebagai tempat keramat masyarakat, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu, Pusat latihan gajah PLG di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu Akik di Bengkulu dan Bangko, Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai orang pendek dan sigung sebagai penguasa hutan. Sumber: Laporan Study Ekowisata TNKS, 2007 59

4.1.4. Pengelolaan TNKS

Kawasan Taman dikelola oleh unit konservasi di bawah Direktur Jendral PHPA Departemen Kehutanan. Untuk pengelolaan Taman yang sebenarnya, ditunjuk seorang Kepala Taman oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, yang pada kenyataan lebih mementingkan perbatasan Taman, misalnya perambahan dan pemukiman, yang berkaitan dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan lokal. Kenyataan bahwa perbatasan Taman belum sepenuhnya dikukuhkan, dan dalam sejumlah lokasi masih diperdebatkan, merupakan faktor yang kompleks. Sejak Taman diusulkan pada tahun 1982, PHPA mengusulkan kegiatan proyek Taman dengan dana terbatas, sedikit karyawan dan sumber daya. Pada tahun 1983, kantor proyek TNKS dibangun di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ntuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sekarang ini, staf BKSDA yang berada di lapang berjumlah 67 penjaga terbagi pada 32 pos jaga; karyawan kantor yang jumlah begitu banyak sampai 325 orang. Berhubung kebanyakan pos jaga berada jauh dari kantor Taman dan sulit dicapai dengan kendaraaan, patroli, dan kegiatan pengamanan jarang dilaksanakan. Untuk penegakan hukum, penjaga lapangan sangat bergantung pada bantuan pemerintah daerah; mobilisasi bantuan ini merupakan proses yang lamban dan biasanya kerusakan telah parah sebelum ada tindakan . Kepala Taman dibantu oleh empat wakil yang berkantor di Sub-Balai KSDA di bawah pengawasan Kantor Wilayah Kehut, sebagai berikut Lihat Juga Gambar 12. - 1 satu Kepala Balai Besar TNKS di Sungai Penuh - 1 satu Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 tiga Sub Tata Usaha Umum, Perencanaan dan kerjasama, Data Evaluasi pelaporan dan Humas - 4 empat bidang Teknis Konservasi TNKS di Sungai Penuh, Pengelolaan Balai TNKS Wilayah I Jambi di Bangko, Pengelolaan TNKS Wilayah II Sumatera Barat di Solok, Pengelolaan TNKS Wilayah III Sumsel dan Bengkulu di Curup - 8 delapan seksi Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan di Sungai Penuh, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan di Sungai Penuh, Seksi Pengelolaan Wilayah I di Kayu Aro, Seksi Pengelolaan Wilayah II di Muara Bungo, Seksi Pengelolaan Wilayah III di Painan, Seksi Pengelolaan wilayah IV di Sangir, Seksi Pengelolaan Wilayah V di Lubuk Linggau dan Seksi Pengelolaan TNKS wilayah VI di Arga Makmur 60 - Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan Jagawana, Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis dan Sumberdaya Alam Hayati, dan Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam. Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelola TNKS Dari berbagai informasi teridentifikasi beberapa kelemahan dalam pengelolaan, yang selanjutnya menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kerusakan di dalam kawasan TNKS seperti perambahan hutan, penebangan liar, penyerobotan hutan, perburuan liar, dan penambangan emas. Kelemahan- kelemahan tersebut meliputi: 1 bentuk bentang alam kawasan TNKS yang memanjang Narrow Elongated Shape, keadaan kawasan dengan garis dan daerah batas yang panjang dan luas membuka kemungkinan dan kesempatan yang luas bagi terjadinya tekanan dan gangguan dari luar kawasan ke pusat-pusat hutan yang merupakan zona inti; 2 terjadi gangguan dan tekanan dari masyarakat sekitar kawasan yang didorong oleh kondisi sosial, ekonomi, dan budaya mereka, terlebih pada kondisi krisis saat ini; 3 adanya aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS; 4 kerusakan hutan lindung dan hutan produksi yang merupakan daerah penyangga perluasan habitat dan sosial dari