70
4.2.3. Kondisi Perekonomian
4.2.3.1. Mata Pencaharian
Pola hidup masyarakat sekitar kawasan TNKS masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam setempat dan merupakan masyarakat agraris dengan sektor
pertanian utama adalah perkebunan dan peladang. Di samping itu, masih ada masyarakat yang mengumpulkan hasil hutan dari dalam kawasan. Mayoritas
penduduk 4 Desa penelitian bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 91,21, baik sebagai pemilik lahan, buruh tani maupun penggarap.
Sistem pengolahan lahan pertanian pada umumnya masih dilakukan dengan sangat sederhana dan para petani memanen hasil pertaniannya hanya sekali
setahun, kecuali tanaman karet dapat dipanen dalam waktu sepanjang tahun khususnya dimusim kemarau. Pada waktu menunggu menunggu panen, para petani
mengambil hasil hutan sebagai sampingan. Terlihat dari Tabel 19, desa dengan persentase terbesar yang penduduknya memiliki pekerjaan pokok sebagai Petani
Buruh Tani adalah Desa Napal Licin, disusul oleh Napal Melintang, kemudian Pasenan dan terendah Desa Batu Gane.
Tabel 19. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Pokok
Jenis Pekerjaan Pokok Pasenan
Batu Gane
Napal Melintang
Napal Licin
Total PetaniBuruh Tani
245 147
301 348
1041
PNS Kadeskaryawan 2
5 3
10
Dagang 11
5 11
10 37
Sopir mobil 3
3
Ojek perahu 1
1
Buruh kayu bangunan 8
3 11
Sumber : Profil desa 2009
Selain itu penduduk desa juga mempunyai pekerjaan sampingan, persentase terbesar pekerjaan sampingan penduduk adalah menjadi buruh sadap sebesar
40,95. Persentase jenis pekerjaan penduduk dapat dilihat pada Tabel 20.
71
Tabel 20. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Sampingan
Jenis Pekerjaan Sampingan
Pasenan Napal Melintang
Batu Gane
Napal Licin
Total Dagang
16 15
5 36
Buruh kayu 18
4 22
P3N 1
1
Tukang bangunan 11
2 4
17
Sopir mobil 1
3 9
13
Petani 14
14
Ojek ketek 1
1
Perangkat desa 4
4
Pengrajin anyaman 1
1
Buruh sadap 60
35 95
Dukun bayi 3
2 5
Guru 1
1
Ternak 21
21
guru Mengaji 1
1
Sumber : Profil desa 2009
4.2.3.2. Status dan Luas Lahan yang dimiliki oleh Masyarakat
Status garapan lahan pada masyarakat keempat desa tersebut sebagian besar hak milik pribadi atau warisan dari orang tua. Kepemilikan lahan tersebut
berkisar antara 0,12 ha sampai lebih dari 5 ha. Sebagian besar ditanami padi, kopi, dan karet. Jumlah rumah tangga petani gurem dengan pemilikan lahan
kurang dari 0,2 ha meningkat dari 10,8 pada tahun 1999 menjadi 33 pada tahun 2009. Oleh karena itu, dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi
peningkatan persentase rumah tangga tani gurem dari 52,1 menjadi 56,2. Masalah tersebut bertambah buruk dengan struktur penguasaan lahan yang
timpang karena sebagian besar petani gurem tidak secara formal menguasai lahan sebagai hak milik. Masalah lain adalah kurang adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap penguasaan tanah yang dikelola oleh para petani.